Chapter 22

822 150 4
                                    

A/N:

Bosen bikin author notes di akhir jd sekarang bikin disini ya hehe. Btw mulmed ada Amanda Steele as Rosseline Steward.

Well, sebenernya gue mau curhat. Jujur, gue sedikit down karena voters yang bener-bener makin nipis. Apa susahnya sih mencet tombol bintang doang?

Gak gampang woi nulis cerita. Gue kelas 9, gue masih nyempetin buat update dengan deadline seminggu. Lo pikir gampang ya dengan jadwal lo yang super padat di selingi sama dunia wattpad?

Jujur, awalnya gue udah mau disconnected fanfic ini. But, gue dari dulu pengen bikin cerita yang sampe selesai.

So, haruskah gue nge disconnected fanfic ini?

Sorry for the very looong author notes! Love ya xx -c.

--------------

"Hei, kau mendengar penjelasan ku tidak sih?!" Tegur ku pada Niall yang mengalihkan pandangannya dari buku Matematika kami.

Seminggu lagi akan ada ujian akhir. Dan itu artinya aku sudah terbebas dari high fucking school ku ini dan berganti dengan masa collage.

"Disana sedang ada bazar makanan murah, Ann. Bolehkah aku kesana? Hanya sebentar kok!" Pinta Niall yang langsung ku beri jitakan kecil.

"Seminggu lagi kita akan ujian, Ni for godness shake! Bazar makanan seperti itu tidak hanya datang setahun sekali! Jadi tetaplah disini." Jawab ku lalu membolak-balik soal-soal yang untuk kami bahas bersama.

Niall memasang wajah cemberutnya serta puppy eyes miliknya.

"Tidak, aku tidak akan mempan dengan tatapan anak anjing mu itu. Ingat, seminggu lagi, Ni. Lalu kau akan bebas setelah itu." Nasihat ku pada pria yang sekarang menghembuskan napas kecewa.

"Baiklah. Aku ingin kau membahas soal ini." Ucap Niall menyodorkan ku selembar soal Matematika.

"Nomor berapa?" Tanya ku.

"All of them, bestie." Jawabnya lalu ku beri gelengan.

"Aku tidak begitu suka belajar di tempat umum. Kau bisa datang ke rumah ku hari ini. Aku harus pulang, mempunyai janji video call dengan Luke. Sampai jumpa, Niall!" Ucap ku yang sudah selesai merapihkan barang-barang ku yang berada di sisi meja cafè ini.

"Eh, eh tunggu!" Cegah Niall memegang pergelangan tangan ku.

"What?" Tanya ku malas.

"Apa kau yakin sudah sepakat berjanjian dengan Luke? Bagaimana jika ia melupakan janjinya? Ayolah aku sangat butuh penjelasan mengenai soal-soal ini." Bujuk Niall.

"Maaf, tapi jika aku sudah memiliki janji, aku tidak akan pernah mengingkarinya. Jika Luke mengingkarinya? Itu urusannya dengan Tuhan. Luke juga pasti mengingat janjinya bukan? Aku duluan, Ni." Ucap ku yang benar-benar keluar meninggalkan cafè.

--------------

Niall POV

Aku menghembuskan napas kasar. Ann terlalu baik untuk disakiti. Dan Luke terlalu bodoh untuk menyakiti gadis sebaik Ann.

Jujur, aku masih menyukai-- maksud ku menyayangi, sangat menyayangi Ann. Itulah alasan ku mengapa aku tidak ingin Ann disakiti oleh laki-laki mana pun.

Jika kalian berpikir aku ini tidak memiliki keberanian untuk menyatakan cinta ku pada Ann, ya itu benar.

Aku takut jika aku menyatakannya dan Ann menolak, persahabatan kita tidak akan seperti yang sedang berjalan saat ini.

Fangirl ✖️l.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang