Chapter 30

730 119 4
                                    

Niall tersenyum sangat manis pada ku lalu menarik cepat tangan ku.

Gerakannya yang begitu cepat membuat ku harus berlari mengikutinya.

"Niall kau mau mengajak ku kemana?" Ucap ku padanya yang tetap menarik tangan ku.

Tidak ada jawaban. Niall tetap menarik tangan ku tanpa menoleh ke belakang.

"Niall! Aku tidak akan mengikuti mu." Ucap ku tegas lalu melepaskan genggaman tangannya.

Niall berbalik lalu tersenyum dan berjalan mendekat.

"Hei, aku disini!" Teriakku saat Niall berjalan melewati ku.

"Aku bicara pada mu bodoh!" Seru ku saat Niall sama sekali tidak mendengar ku.

Aku mulai mengeluarkan air mata ku begitu melihat Niall yang semakin lama semakin jauh berlari.

"Niall! Niall!"

----------------

Aku terkejut begitu terbangun dari mimpi ku.

Niall.. Aku lupa bahwa ia telah pergi meninggalkan ku selamanya.

Air mata ku mulai turun saat aku mengingat bahwa tidak ada Niall lagi di samping ku sekarang.

Tidak ku sadari, aku tertidur di rumah pohon ini. Ku cabut semua catatan kecil Niall untuk ku dan ku masukkan ke dalam tas yang ku bawa.

150 missed call from Louis

98 missed call from Mom

112 missed call from Ashton

Ku putuskan untuk meninggalkan rumah pohon ini dan segera pulang menuju rumah.

Pemakaman Niall pasti akan segera berlangsung. Aku tidak boleh melewatkannya.

Ku kendarai mobil ku dengan cepat agar aku tidak terlambat.

Terlihat orang-orang yang berpakaian serba hitam memasuki rumah Niall.

"Anna! Pergi kemana saja kau?! Kami mencari mu semalaman!" Tegur Louis saat melihat ku.

Aku tersenyum dengan tatapan kosong.

"Aku baik-baik saja. Aku hanya menenangkan diri ku semalam." Jawab ku dengan pelan.

"Ayo sebentar lagi akan ada pidato pemakaman Niall." Ajak Louis lalu menarik tangan ku.

Tangan ini.. Aku merasa seperti Niall yang menarik tangan ku.

"Duduklah disini, aku harus kesana untuk memberi pidato ku. Apa kau juga ingin memberi pidato mu?" Tanyanya.

Aku mengangguk lalu tersenyum.

Terlihat member One Direction yang lain sedang mempersiapkan pidato mereka.

Walaupun mereka sedang berkabung, mereka tetap memaksakan senyuman mereka agar tidak mengkhawatirkan orang lain.

Sedangkan aku? Aku hanya duduk sambil menatap kosong orang-orang yang sibuk mengelap pipi mereka karena air mata yang terus menerus jatuh.

Prokk.. Prokk.. Prokk..

Louis telah selesai membawakan pidatonya. Bahkan, aku tidak mendengarkan isi pidatonya sama sekali.

"Ann, giliran mu." Ucap Louis lalu menuntun ku hingga ke atas altar.

Aku mengangguk lalu segera berjalan mengikutinya.

Ku tatap semua orang yang hadir disini. Terlihat Maura yang sedang menahan tangisnya.

Harry yang sedang memeluk Kendall.

Fangirl ✖️l.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang