#7 - Bitter Sweet

723 32 1
                                    

Suasana didalam rumah besar itu terasa lengang. Semua pelayan sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Tuan muda rumah itu berjalan menaiki tangga dengan tubuh yang terasa letih. Hari ini adalah salah satu hari terburuk didalam hidupnya. Dengan langkah gontai dia berjalan menuju kamarnya. Sesaat sebelum tangan pria itu menyentuh kenop pintu, sebuah suara mengagetkannya.

"Reynand, ada yang ingin mama bicarakan denganmu.."

*

Atmosfer ruangan itu mendadak terasa mencekam. Kania terbelalak kaget melihat apa yang ada didepannya. Mama Reynand, mantan ibu mertuanya.

"Tidak aku sangka kau akan kembali ke negara ini," ucap wanita paruh baya berbusana elegan dan mahal itu tanpa basa basi.

"Apa tujuanmu kembali ke sini, Kania?"

"Ingin mengganggu Reynand ku eh?"

Kania masih berdiri mematung, seakan tidak mempercayai apa yang barusan dia dengar. Dengan tergagap, dia mencoba menenangkan dirinya sendiri.

"Bu-bukan ma, saya hanya ingin bekerja kembali di Indonesia," terangnya lambat.

Mama Reynand mengangkat alisnya dan kembali menatap Kania dengan meremehkan.

"Mama kata mu? Kau memanggilku mama?" suaranya meninggi,"Hey anak miskin, aku bukan ibu mu!"

Wanita itu akhirnya bangkit dari tempat duduknya. Dia mengibaskan tangannya seolah membersihkan mantelnya dari debu.

"Terlalu lama bersama mu, aku rasa kutu-kutu akan segera mengotori pakaianku," lanjutnya kemudian tersenyum miring.

"Aku tidak akan lama, aku hanya ingin memberikan penawaran kepadamu," wanita itu terus menatap lurus Kania dan meneruskan ocehannya.

Kania diam, menunggu. Dadanya terasa mendidih menahan amarah atas penghinaan yang mantan mertuanya lontarkan kepadanya.

"Aku berikan kau cek 10 milyar dan pergilah dari Indonesia, sejauh-jauhnya dan jangan pernah ganggu Reynand ku lagi.."

Cukup sudah, kemarahan Kania sudah tidak dapat dia tahan lagi. Wanita tua ini sudah amat keterlaluan.

"Mrs. Arganta yang terhormat," geram Kania dan memandang wajah didepannya dengan menantang.

"Aku.. Tidak.. Perlu.. Uangmu.." ujarnya lagi dengan lambat,"Dan aku juga tidak perlu dengan putera mu itu."

"Jadi, ku mohon pergilah," Sebuah bulir airmata sudah jatuh dari pelupuk matanya.

"Sebelum aku mengusirmu, nyonya Arganta.."

*

Kania tidak mampu mengingat kembali apa yang terjadi beberapa saat yang lalu di ruangannya. Mama Reynand pergi begitu saja dengan wajah terhina. Kania bergindik ngeri apa yang bisa dilakukan mama Reynand setelah ini kepadanya.

Tidak lama setelah kejadian itu, asisten Kania dengan sopan mengetuk pintu ruangan Kania dan menjelaskan kalau Kania pagi ini harus menjadi dokter anak di ruang Resusitasi neonatus•.

'Pasien ibu muda usia 20 tahun, G1P0A0 usia kehamilan 36 minggu dengan KPD• 18 jam dan fetal distress, akan dilakukan seksio caesarea (SC) 10 menit lagi'

"Muda sekali usia ibunya," gumam Kania saat mendengarkan laporan Residen Anak yang sudah bersamanya di ruang resusitasi.

"Maaf dokter? A-apa ada yang saya lupakan?" Residen Anak itu tergagap mendengar Kania bersuara namun tidak dapat didengarnya dengan baik.

"Ah tidak apa-apa," Kania tersenyum kepadanya,"Siapa nama mu?"

"Nama saya Naina, dok."

"Owh baiklah Naina, kali ini aku yang akan menjadi pembimbingmu. Kau pernah melakukan resusitasi sebelumnya?"

QUARRELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang