'Membalas dendam?'
Kania merutuk dirinya sendiri. Darimana dia memiliki keberanian mengatakan hal seperti itu kepada Reynand. Kania sadar, baru saja dia telah mengibarkan bendera perang kepada mantan suaminya.
Reynand adalah anak bungsu keluarga Arganta. Reynand, seorang lelaki yang ambisius, tidak cukup cerdas dan introvert. Karena itu dia memanfaatkan kehadiran Kania didalam hidupnya untuk menunjang pendidikannya di Kedokteran.
Kania berjalan cepat menuju halaman parkir RSCM. Kepalanya sesekali melirik kearah belakang, dia takut Reynand mengikutinya. Kania tidak ingin Reynand mengganggu kehidupan yang sudah Kania bangun kembali dengan susah payah.
Tidak berapa lama kemudian Kania melihat mobil Keenan di area parkir RSCM tidak jauh dari tempatnya berjalan. Kania tidak tahu berapa lama lagi dia harus menunggu Keenan. Namun beruntunglah dia, ponselnya terdengar berbunyi dari dalam tas yang dia bawa.
Keenan is calling
'Ya Keenan?'
...
'Aku tadi berjalan-jalan keluar karena aku bosan menunggu disana. Sekarang aku sudah di parkiran. Kita bertemu disini ya'
...
Kania menutup ponselnya. Sepertinya dia tidak perlu menceritakan kejadian tadi kepada Keenan. RSCM ini luas dan sangat besar. Sangat kecil kemungkinan dirinya akan bertemu kembali dengan mantan suaminya itu. Kania sendiri akan berkerja di Divisi Anak, sesuai dengan spesialisasinya dan akan lebih banyak menghabiskan waktu dibagian Kardiologi-anak untuk membantu Keenan, terutama membimbing dokter-dokter Residen yang sedang menempuh pendidikan spesialisasi dibagian jantung.
Reynand itu tidak cukup cerdas, hati Kania terasa perih mengingat bagaimana Reynand memanfaatkannya untuk membantu kelulusannya meraih gelar dokter. Kania sangat yakin berkat andil nama besar keluarga Arganta lah Reynand dapat bekerja di rumah sakit besar seperti RSCM ini, bukan karena kemampuannya.
Lamunan Kania seketika buyar ketika Keenan merangkul tubuh kecil Kania dengan lengannya yang kekar.
"Kenapa kau melamun ditengah lapangan siang bolong begini huh?" Keenan menatap Kania dengan mata teduhnya.
"Aku lapar. Aku hampir pingsan menunggu dirimu sambil kelaparan," nada suara Kania dibuat seperti merajuk.
Keenan tertawa dan mengusap puncak kepala Kania. Wanita ini selalu membuatnya merasa nyaman dan tanpa wanita ini, Keenan merasa ada sesuatu yang kurang di hidupnya. Ya, Kania bagaikan pengganti Nesha, adiknya.
"Baiklah. Baiklah, ayo kita makan siang sebelum aku mengantarkanmu ke Apartemen," Keenan menggiring Kania masuk kedalam mobil miliknya.
"Gado-gado ya? Please," Kania menatap Keenan yang duduk di kursi kemudi dengan puppy eyes nya.
Melihat raut wajah Keenan yang bingung, Kania melanjutkan dengan tertawa,"Karena di Amerika, tidak ada gado-gado seenak di Indonesia."
Keenan tersenyum.
"Kau sangat merindukan Indonesia rupanya."
"Ya, aku sangat sangat merindukan tanah kelahiranku ini.."
*
Besoknya, di RSCM.
Kania duduk dengan gelisah. Berkali-kali dia memainkan kursi putar yang sedang dia duduki. Sekarang Kania sedang berada diruang praktek Keenan. Keenan berjanji akan mengajaknya berkeliling untuk berkenalan dengan seluruh anggota di Divisi yang akan dia masuki. Keenan sudah terlambat hampir 1 jam, beberapa kali Kania mengecek ponselnya namun Keenan tidak ada memberi kabar. Saat Kania tiba tadi, Perawat yang bekerja untuk Keenan hanya menitipkan pesan kalau Keenan sedang ada keperluan sebentar.
"Dokter Keenan sedang keluar.. Anda residen dibawah bimbingan beliau?"
Terdengar suara Perawat Keenan berbicara dengan seseorang dibalik pintu.
"Saya harus mengumpulkan tugas ini hari ini." suara itu terdengar sedikit panik.
"Boleh saya letakkan di atas meja beliau ga? Saya takut kena marah dr. Keenan."
Kania tertawa kecil, ternyata Keenan cukup ditakuti diantara para Residen. Terdengar bunyi pintu dibelakang Kania terbuka.
"Permisi, saya ingin mengantarkan tugas.."
Suara sama yang tadi didengar Kania. Kania membalikkan tubuhnya dan matanya terbelalak kaget melihat sosok yang berdiri didepannya.
'Kenapa-dunia-ini-begitu-sempit?!'
*
KAMU SEDANG MEMBACA
QUARREL
RomanceSudah 5 tahun sejak kedatangan Kania di kota ini untuk pertama kalinya, di Berkeley City. Kota dimana dia kembali menata hidupnya, memulai kembali lembaran kehidupan Kania yang sempat porak poranda. Kania, seorang wanita dengan nasib yang kurang ber...