Kania sedang berdiri di depan pintu apartemennya ketika Keenan datang untuk mengecek keadaan Kania. Keenan baru saja tiba dari perjalanannya dan bergegas naik ke lantai apartemen tempat Kania berada. Dia lebih mengkhawatirkan wanita itu.
Kania melangkah masuk kedalam tanpa menyadari kalau Keenan ada dibelakangnya. Pintu apartemen itu sudah kembali tertutup ketika Keenan berjalan mendekat. Tanpa membunyikan bel terlebih dahulu, Keenan membuka pintu dan masuk kedalam. Pintunya tidak terkunci.
Keenan dengan jelas melihat Kania duduk di sofa menyandarkan kepalanya. Tampak kelelahan.
"Apa ada sesuatu yang terjadi selama aku pergi?" Sapa Keenan kepada Kania dengan tatapannya yang lembut.
Kania tersentak kaget dan melihat Keenan lah yang berdiri didepannya, dia tersenyum lebar dan bangkit berdiri.
"Kamu sudah pulang," serunya sembari mendekat kearah Keenan dan melingkarkan tangannya dilengan Keenan yang besar,"Apa kau baik-baik saja? Kamu tidak ada kabar, Keenan."
Keenan mengusap puncak kepala Kania.
"Maafkan aku. I'm okay," jawabnya,"Malam itu baterai ponselku habis dan aku harus menunggu keesokan paginya untuk meminjam kabel charger milik Residen yang lain."
"Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Keenan dengan khawatir.
Kini mereka sudah duduk berdua di sofa. Kania menengadahkan kepalanya dan memandang wajah Keenan sejenak.
"Ada apa?" Keenan menatap Kania heran.
Wanita itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya,"Tidak apa-apa. Aku baik-baik saja," jawabnya.
"Besok kita akan bertemu dr. Susan," kata Keenan kepada Kania.
"Dan kita akan segera mempersiapkan pernikahan kita," tambahnya.
*
Keenan membahas pernikahan lagi. Sekarang pikiran Kania kacau. Apa dia bisa berbohong kepada Keenan?
Kania tidak mungkin mengatakan kepada Keenan, kalau dirinya dan Reynand sudah berbaikan. Keenan pasti akan marah besar dan membencinya.
Kania menganggukkan kepala mengiyakan permintaan Keenan dan menyandarkan kepalanya dibahu Keenan disampingnya.
"Apa kamu tidak ingin mengajakku makan keluar?"
Keenan tertawa mendengar permintaan Kania. Wanita ini memang sangat suka makan.
"Ayo.." ajaknya kepada Kania.
*
Ini apartemennya.
Reynand melirik bangunan didepannya dari balik kaca mobilnya.
Saat dia hendak menjalankan mobilnya masuk kedalam, tampak dua sosok yang sudah sangat dikenalnya berjalan keluar dari bangunan itu.
Kania dan Keenan.
Mereka masuk kedalam mobil dan mobil itu melaju keluar menuju jalan raya.
Reynand mengikuti mereka dari belakang.
*
Reynand mengikuti mereka tiba di sebuah restoran. Reynand mengambil tempat duduk tidak jauh dari pasangan itu.
Entah apa yang ada didalam pikiran Reynand, niat awalnya yang ingin menemui Kania di apartemennya malah menjadi membuntuti Kania dan Keenan seperti ini.
Reynand menundukkan kepala menatap layar ponselnya tetapi dia menajamkan pendengarannya untuk mendengarkan percakapan kedua pasangan itu.
"Aku pikir aku sudah tidak perlu bertemu dr. Susan lagi," terdengar suara Kania membuka percakapan diantara mereka.
"Apa kamu yakin?" Kali ini suara bariton Keenan yang terdengar.
"Ya, aku pikir aku tidak perlu konsultasi lagi, Keenan," ucap Kania.
"Aku merasa sudah lebih sehat," tambahnya lagi.
"Dan lebih bahagia."
Reynand tersenyum tipis. Dia juga merasa kalau dia lebih bahagia sekarang. Sebuah tanda tanya besar sekarang menghampirinya. Siapa dr. Susan yang mereka maksud? Konsultasi apa yang mereka bicarakan?
"Kita akan pergi untuk memilih gaun pengantin kamu, aku sudah membuat janji dengan wedding organizer yang mengurus pernikahan kita."
'Deg' jantung Reynand terasa seperti berhenti berdetak. Mereka membicarakan pernikahan. Berarti kabar itu bukan hanya gosip belaka.
"Kamu ingin gaun yang seperti apa?" tanya Keenan kepada Kania.
"Gaun pengantin seperti gaun pernikahan impianku."
"Berwarna putih dengan gaya yang elegan."
Reynand terdiam seribu bahasa. Jawaban Kania seperti sinyal kalau wanita itu akan menerima pernikahannya dengan Keenan.
Permainan apa yang sebenarnya yang mereka mainkan ini.
Ada perasaan marah bercampur kecewa sekarang meliputi hatinya.
*
KAMU SEDANG MEMBACA
QUARREL
عاطفيةSudah 5 tahun sejak kedatangan Kania di kota ini untuk pertama kalinya, di Berkeley City. Kota dimana dia kembali menata hidupnya, memulai kembali lembaran kehidupan Kania yang sempat porak poranda. Kania, seorang wanita dengan nasib yang kurang ber...