Say haii to
dr. Keenan Osbert, Sp.JP (K)*nyengir
———————
"Keenan?"
Kania memanggil nama itu untuk kesekian kalinya, namun lelaki yang ia maksud tidak kunjung keluar dari persembunyiannya.
"Ini sama sekali tidak lucu, ayo keluarlah," nada suara Kania berubah membujuk. Ia kemudian berjalan menyusuri ruangan masih dengan buket besar lavender itu ditangannya. Kania mencari-cari keberadaan Keenan disana, namun hasilnya, nihil.
Apa bukan Keenan yang memberikan kejutan ini?
Pertanyaan itu tiba-tiba terlintas dibenak Kania. Hatinya merasakan feeling yang tidak enak saat mengingatnya. Ya benar, Kania harus menghubungi Keenan untuk memastikannya. Kania bergegas mendekati tas tangannya yang terletak diatas kursi kerjanya dan mengambil ponsel miliknya.
Tidak memerlukan waktu yang lama, saluran teleponnya sudah tersambung dengan Keenan diseberang sana.
"Keenan.. Apa kau yang memberikan semua bunga ini untukku?"
*
Keenan's PoV
Tidak perlu menunggu lama, sebuah ketukan terdengar dari pintu masuk ruang kerjaku. Aku menegakan posisi duduk ku dan menatap lurus kearah pintu.
"Masuk," ujarku singkat.
Sesosok berbadan jangkung masuk kedalam ruangan, dari sorot mata yang aku tangkap, dia tampak kebingungan.
Aku mempersilakan Reynand duduk dikursi depan meja kerjaku dan Reynand menurutinya. Mataku diluar kendali langsung menatap pria didepanku ini dengan tatapan menilai. Apa istimewanya dia sampai membuat Kaniaku marah luar biasa?
"Apakah anda ingin bertemu saya dok?" tanya Reynand kaku.
Aku tertawa kecil untuk melumerkan suasana yang terasa kaku di antara kami berdua.
"I wanna talk to you about something. Like a man to.. A man," ujarku lugas.
"Jadi, aku mohon, agar kau berkata jujur kepadaku dr. Rey."
Sekarang aku melihat raut terkejut dari wajah Reynand. Namun tidak lama kemudian dia menganggukkan kepalanya untuk menyetujui penawaranku.
"Dan aku harap, ini dapat menjadi rahasia di antara kita."
*
Reynand's PoV
"Apa kau mengenal secara pribadi dr. Kania?"
Aku sungguh terkejut mendengar pertanyaan yang aku dengar barusan. Pria di depanku ini adalah Konsulen Jantung yang di segani di Rumah Sakit tempat aku menempuh pendidikan spesialis sekarang, Konsulen muda yang terkenal dingin dan tidak ada seorangpun yang tahu tentang kehidupan pribadinya. Dan sekarang dia menanyakan seorang Kania—mantan istriku—kepada ku.
Baru tadi malam mama mengintrogasi diriku tentang kepulangan Kania ke Indonesia. Hal yang sudah membuat kepalaku berdenyut sakit setelah menghadapi rapat audit medik kemarin sore.
Cobaan apa lagi ini.
"Ya," jawabku singkat. Entahlah, aku ada yang salah dengan jawabanku ketika melihat cara dr. Keenan sekarang menatapku.
"Apa kalian memiliki hubungan khusus sebelumnya?"
Sial. Kenapa aku merasa seperti di kantor polisi sekarang.
*
Author's PoV
Kedua lelaki yang duduk saking berhadapan itu sekarang diam seribu bahasa. Mereka tenggelam kedalam lamunan masing-masing.
Setelah Reynand mengiyakan pertanyaannya beberapa menit yang lalu, benang kusut yang ada didalam otak Keenan perlahan terurai.
Jadi, Reynand lah lelaki itu.
*
Saat mendapatkan ide cemerlang itu, Keenan sudah setengah perjalanan menuju ruangan Kania. Dia merasa bersalah karena tidak peka akan perasaan Kania. Sangat wajar Kania marah kepadanya, karena trauma di masa lalu Kania itu. Bagaimana perasaan Kania yang hidup terkatung-katung di benua asing dengan kehamilannya yang sangat muda. Tapi Keenan berani bersumpah kalau dia tidak tahu menahu kalau Reynand yang selama ini berada dibawah bimbingannya adalah lekaki di masa lalu Kania. Selama ini Kania hanya bercerita tanpa menyebutkan siapa nama lelaki itu.
Reynand tertawa sinis, jika dia mengetahui fakta itu sejak awal, mungkin saja dia sudah mempersulit jalan pendidikan Reynand sekarang ini.
Keenan memutar arah dan berjalan menuju lift dan menekan tombol basement. Sebagai permintaan maafnya, dia ingin memberikan kejutan kecil untuk Kanianya.
*
Keenan memandangi dengan puas dekorasi ruangan kerja Kania yang sekarang berubah menjadi ungu. Tadi dia pergi ke toko bunga dan membelikan bunga Lavender sebanyak yang dia bisa untuk Kania. Dibantu oleh Lia, asisten Kania, mereka menata bunga cantik itu disetiap sudut ruangan.
"Dokter Kania pasti suka," Lia tersenyum menatap Keenan yang berdiri disampingnya. Masih dengan tatapan puasnya.
Keenan mengangguk.
Suasana hening itu tiba-tiba terpecahkan oleh suara dering ponsel Keenan.
Keenan memohon maaf kepada Lia dengan tatapannya saat meminta izin untuk mengangkat telepon. Lia dengan sopan pamit keluar ruangan untuk kembali ke mejanya.
"Hallo?" sapa Keenan tenang ditelpon.
Tidak lama raut wajah Keenan terlihat menegang dan beberapa bulir keringat mengalir di pelipisnya.
Tanpa bersuara dia kemudian menutup telponnya dan bergegas keluar dari ruang kerja Kania. Keenan tidak melihat Lia di mejanya namun Keenan terus saja berjalan tanpa menghiraukan beberapa orang yang berpapasan dengannya. Perasaan Keenan terasa campur aduk. Tangannya bergegas membuka pintu mobilnya sesaat tiba di basement dan melajukan mobil sport itu ke sebuah alamat yang disebutkan tadi ditelpon.
'Wanita itu kembali'
Debar jantung Keenan sekarang terasa semakin tidak terkendali.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
QUARREL
RomanceSudah 5 tahun sejak kedatangan Kania di kota ini untuk pertama kalinya, di Berkeley City. Kota dimana dia kembali menata hidupnya, memulai kembali lembaran kehidupan Kania yang sempat porak poranda. Kania, seorang wanita dengan nasib yang kurang ber...