#19 - Two Couples (2)

254 8 0
                                    

              Hening.

              Hanya ada suara isakan Alena yang kemudian terdengar. Keenan hanya bisa diam terpaku mendengar pengakuan Alena bahwa dia masih mencintai Keenan. Tangannya masih mengelus puncak kepala Alena berusaha menenangkan isakan wanita itu.

               "Hawa disini sangat dingin, apa kamu tidak ingin masuk kedalam mobil bersamaku?"

               Sebuah pertanyaan bodoh tentu saja, tapi hanya itu yang bisa dia katakan sekarang. Karena Keenan bingung dengan perasaannya saat ini.

*

               "Kenapa kamu ingin menikahi Kania?"

              Alena sudah mulai bisa menguasai dirinya, kini mereka berada didalam mobil Keenan yang sudah selesai Keenan perbaiki.

              Keenan yang duduk disebelah Alena terdiam. Alena menatap Keenan dengan penuh harap.

               "Apa kamu sudah tidak mencintaiku lagi, Keenan?" lanjutnya.

               Keenan menyampingkan posisi duduknya dan sekarang dia menatap wajah Alena yang masih menunggu jawaban darinya.

                 "Alena.. Aku..." jawabnya dengan ragu.

                Alena menaikkan sedikit alisnya. Dia menunggu sebuah jawanan. Jawaban dari Keenanlah yang terpenting baginya saat ini. Alena telah mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan Keenan.

               "Katakan.. Apa kau masih mencintaiku?" Tuntut nya lagi.

               "Ya," jawab Keenan.

               "Lalu, kenapa kamu tidak melamarku? Kenapa kamu sekarang akan menikahi Kania?"

              "Melamar? Darimana kamu tahu kalau aku akan melamar kamu?" Keenan terkejut tentu saja. Dia tidak pernah menceritakan kepada siapapun kalau dia akan melamar Alena kembali, tidak kepada siapapun kecuali...

              "Papa," jawab Alena," Aku bertemu papa tadi. Papa yang mengatakan segalanya."

              "Tepat sebelum aku datang menemui kamu disini, Keenan."

               Ya, dr. Lie pasti akan mengatakannya kepada Alena, Keenan tidak bisa menyalahkannya. Namun segalanya berubah setelah dia tahu kalau Kania mengalami depresi dan soal hubungan darah Kania dan Reynand. Keenan tidak bisa membiarkan kedua hal itu terus terjadi. Dia harus memisahkan pasangan itu untuk kembali bersama.

               "Alena," tangan Keenan terulur mengusap pipi Alena yang duduk disampingnya. Dia memandang Alena dengan pandangan putus asa.

               "Aku tidak bisa menjelaskannya kepada kamu. Sekarang situasinya sangat berbeda, aku tidak bisa menikahi kamu. Aku mohon mengertilah,"

               "Mengerti? Apa yang harus aku mengerti?!"

               Alena melepaskan tangan Keenan dari wajahnya. Alena marah. Kenangannya bersama Keenan di masa lalu kembali berputar di kepalanya.

               "Kenapa kamu selalu mengorbankan kebahagiaan kita untuk orang lain Keenan? Jawab aku!"

               Keenan terdiam. Alena benar. Dia tidak bisa membantah itu. Cerita pilu keduanya dimasa lalu mungkin akan terulang kembali. Dan pada Akhirnya mereka berdua selalu tidak pernah ditakdirkan untuk bersama.

             "Maafkan aku Alena.."

            "Aku tidak butuh permintaan maaf darimu!" Alena membuang muka dan seluruh dadanya terasa bergemuruh marah.

            "Apa kau tahu?" suara Alena mulai terdengar semakin lirih. Suara isakan itu kembali terdengar ditelinga Keenan.

            "Aku tinggal di Amerika dan menikah disana, aku harap aku akan bisa melupakan kamu. Namun pada akhirnya, aku tidak bisa melupakan kamu Keenan."

            "I divorced karena aku mengatakan kepada mantan suamiku kalau aku tidak pernah mencintainya."

             Keenan terdiam. Dia hanya bisa menatap punggung wanita itu yang sekarang  duduk membelakanginya.

            "Kau yang telah membuat aku menjadi sejahat ini di dunia, Keenan..."

            "Dan aku tidak percaya, pertanyaan kamu tentang pernikahan bersama Kania itu bukan sebuah lelucon untuk membuat aku cemburu..."

            "Semua lelucon ini sungguh tidak lucu. Aku membenci kamu Keenan. Selamat tinggal."

            Pintu mobil terbuka dan Alena berjalan bergegas meninggalkan Keenan yang masih terdiam seribu bahasa. Menyesali semua kebodohannya.

*

"Keenan-Kania? Or Keenan-Alena?"
—Henbaby

QUARRELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang