Mermaid: One

5.4K 313 0
                                    

Andre's POV

"ANDREE!!" Aku mendengar suara Dimas dan yang lainya menyerukan nama ku. Sepertinya mereka sedang mencariku. Dan saat aku membalikan kepalaku untuk mengucapkan terima kasih kepada putri duyung itu, dia telah kembali kelautan lepas.

"Hay! Mau kemana?" teriaku. Dia menghilang di telan ombak. Aku terlambat, aku belum mengenalnya lebih jauh lagi, dan aku juga belum membalas kebaikanya karna dia menolongku.

"Andre!" Mereka menghampiriku. "Lo baik-baik aja kan?" tanya Dimas. Aku menoyor kepalanya dengan tanganku.

"Lo kaga liat, gua hampir mati kelelep di lautan," jawabku. Dimas hanya menggaruk-garukan kepalanya.

"Iya, sori. Kalo gitu, ayo cepet ke villa ganti baju lo. Ntar masuk angin," Dimas merangkul ku karna aku masih lemas sehabis tenggelam di laut. Mulai sekarang aku benci dengan laut! Ya aku benci laut! Tapi tidak dengan gadis duyung itu.

Setelah aku mengganti pakaianku. Kami semua berkumpul di ruang keluarga. Aku masih memikirkan gadis duyung itu. Aku ingin bertemu denganya lagi.

"Bagaimana bisa lo di selamatin sama putri duyung? Lo ngarang ya?" tanya Arsyi. Mereka semua masih belum percaya dengan ceritaku.

"Gue gak ngarang bego. Gue beneran di selamatin sama putri duyung. Sumpah dia cantik banget," ucapku kesekian kalinya. Tetapi reaksi mereka hanya menertawakanku. Menyebalkan sekali.

*

Pagi hari nya au berniat ke pantai, siapa tau aku bisa bertemu dengan putri duyung itu lagi. Yang jelas tidak dengan Dimas, Dion, dan Arsyi. Mereka sengaja aku tinggal karna mereka pasti merusak moment ini.

Aku menyentuh air laut, dingin. Itu lah yang aku rasakan. Ya, karna ini masih terlalu pagi untuk bermain di pantai. Aku melihat ekor ikan muncul dipermukaan laut tak jauh dariku. Aku yakin, itu pasti dia. Aku mengenal warna ekor ikanya.

"Hey!!" aku memanggilnya. Semoga saja dia mendengar teriakanku. Dia menyembulkan kepalanya, lalu tersenyum kearahku, dan menghampiriku.

"Kau sendirian?" tanya nya saat sia sudah berada di dekatku. Aku memperhatikanya dari ujung sampai atas kepalanya. Dia benar-benar putri duyung, aku tidak bermimpi jika dihadapanku adalah benar-benar putri duyung yang ada di film-film fantasy. "Hei!" dia mengibas-ngibaskan kedua tanganya di depan wajahku.

"Eh ya," aku terkejut lalu tersenyum kearahnya. Dia juga membalas senyumanku. Duh, manis banget sih.

"Itu ekor, asli?" pertanyaa bodoh, Andre! Duh, aku malu banget. Dia hanya terkekeh pelan.

"Apa kau, mau memegang nya? Supaya tau ini asli atau palsu?" tanya nya.

"Oh, gak usah. Aku udah yakin, kalo kamu emang beneran putri duyung." jawabku. Senyum nya itu bisa menghipnotis siapa saja.

"Aku mau tanya dong. Jadi manusia yang punya dua kaki itu gimana rasanya?" pertanyaan Lorena sungguh membuatku terkejut. Apa dia mau menjadi manusia?

"Em, gimana ya ngejelasinya. Enak gak enak sih," jawabku. Karna aku tidak tau juga apa maksud dia menanyakan hal itu. Dia hanya manggut-manggut.

Tiba-tiba saat aku sedang asik mengobrol dengan Lorena ada sebuah ombak besar dan munculah dua seperti pengawal menghampiri kami. Aku tidak tau mereka siapa, tapi sebelumnya mereka membungkukan badan untuk menghormati Lorena.

"Maaf tuan putri. Tuan putri harus kembali ke istana atas perintah baginda raja." ucap salah satu pengawal itu. Aku hanya memandang ke arah Lorena.

"Aku tidak mau. Aku masih mau disini, kalian saja yang kembali." Lorena menolak ajakan pengawal nya itu. Sementara aku tidak bisa berbuat apa-apa.

"Tapi tuan putri. Ini perintah baginda Raja, tidak bisa di bantah."

"Tolong, biarkan dia disini dulu sebentar saja," entah dari mana kata-kata itu bisa keluar dari mulutku.

"Hei manusia! Jangan campuri urusan kami! Oh, atau kau yang sudah mempengaruhi tuan putri. Sudah! Ayo tuan putri kita harua segera pergi!" kedua orang itu menyeret Lorena. Asal kalian tau, kedua pengawal itu memiliki dua kaki seperti manusia. Entah kenapa. Lorena mulai meronta karna tidak mau di bawa ke istana.

"Stop! Jangan paksa dia!" teriak ku menghentikan langkah mereka. Salah satu dari mereka berbalik badan. Dan menjulurkan tongkat yang mereka bawa.

Sebuah cahaya muncul dari tongkat itu dan hendak mengenai badanku jika Lorena tidak melindungiku dari sinar itu. Dan Lorena terjatuh di hadapanku, dia pingsan atau mati? Aku begitu panik melihatnya.

"Lorena!"

"Tuan putri!" mereka pun sama terkejut denganku. Lalu mereka membawa Lorena ke dalam laut lagi. Aku takut dia mati atau kenapa-napa. Tuhan, lindungi dia supaya aku bisa kembali bertemu denganya.

"Arrgghh!" aku mengacak rambutku sendiri. Seharusnya dia tidak melindungiku dari sinar sialan itu. Harusnya aku yang kena bukan dia.

"Wes bro! Lo kenapa?" Dimas dan teman lainya menghampiriku.

Aku hanya menggeleng, dan kembali menatap kearah lautan, untuk kesekian kalinya aku benci laut. Karna laut yang telah memisahkan aku dengan Lorena.

"Ayolah. Jangan ngelampiasin amarah lo ke arah lautan. Curhat aja ke kita-kita. Buat apa ada kita kalo lo kaya gini," kata Dion. Aku menatap mereka bertiga.

*

Sudah 3 hari aku selalu menunggu Lorena di bibir pantai. Tapi dia tidak kunjung muncul dan menemui ku juga. Apa dia sudah melupakan aku? Aku begitu merindukanya. Lorena, kamu di mana.

Sebenarnya aku ingin menemui dia hanya u tuk mengucapkan kata perpisahan. Karna hari ini aku kan segera pulang ke Jakarta. Dan kemungkinan aku tidak akan kembali lagi ke sini, dan otomatis aku tidak bisa bertemu lagi denganya.

Dimas menepuk pundaku dan menganggukan kepalanya tanda mereka sudah siap untuk pulang. Aku melangkahkan kaki ku meninggalkan pantai, sebelum nya aku menengok ke belakang untuk memastikan jika Lorena benar-benar tidak menemui ku.

Di sepanjang perjalanan, aku tidak begitu bersemangat seperti yang lainnya yang sedany bernyanyi-nyanyi tidak jelas mengikuti alunan musik yang dinyalakan di mobil. Aku terus saja menghela nafas, rasanya waktu ingin ku putar kembali di kejadian saat dia menolongku. Akan ku perpanjang pertemuanku denganya.

Bersambung

Love
Sillverss

MermaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang