Andre's POV
Aku merasa tidak enak saat Lorena menanyaiku dari mana. Sebenarnya aku ingn jujur, tapi hati ini berkata jangan dulu. Biar waktu yang akan membantuku bekata jujur.
Dia terlihat menghela nafas. Maafkan aku Lorena. Dan saat Rain mengatakan ingin kembali kepadaku, sebenarnya aku masih mempunyai perasaan sedikit kepadanya. Tapi aku berpikir jika sudah ada Lorena yang menggantikan posisinya.
Ya, aku jatuh cinta kepada Lorena. Entah sejak kapan, aku sudah tidak memikirkan alasan Rain untuk meninggalkanku waktu dulu. Tapi, apa Lorena juga mempunyai rasa yang sama denganku? Ku harap iya.
Semenjak aku pergi bersama Rain dan meninggalkan Lorena di kelas, entah kenapa Lorena sedikit tidak mau banyak berbicara denganku. Dia lebih menyibukan dirinya dengan buku-buku pelajaran.
"Ren, aku minta soal no. 7 dong," aku sedikit berbasa-basi denganya. Siapa tau kesananya aku bisa memgobrol banyak hal lagi denganya.
Dia menuliskan soal no. 7 untuku, dan menyerahkanya kepadaku tanpa mengatakan kata apapun. Ada apa dengan dia. Aku harus cari tau penyebab dia tidak mau mengeluarkan suaranya.
*
Sampai bel pulang sekolah pun kami tidak mengobrol seperti biasanya, aku melihat dia sedang menunggu Arthur didepan kelasnya. Dengan inisiatif aku menghampirinya.
"Hai Ren. Lagi nunggu Arthur?" tanyaku, dia seperti terkejut mendapati aku berada disampingnya.
"Iya," lagi-lagi jawaban singkat. Aku hanya tersenyum tidak tau mau mengatakan apalagi.
"Boleh aku menemanimu?"
"Oh tidak perlu, sebentar lagi Arthur keluar. Terimakasih telah mau menemaniku. Sebaikanya kamu pulang, aku sebentar lagi akan pulang bersama Arthur." itu kalimat terpanjang yang dikeluarkan oleh Lorena hari ini.
"Oh baiklah. Tapi aku ada latihan basket hari ini."
"Oh, ya sudah."
Setelah mengatakan kalimat itu, aku melihat Lorena dan Arthur bergandengan tangan menuju parkiran seolah. Aku hanya bisa menatapnya dengan nanar. Sepertinya alasan Arthur menjauh dariku karna dia sudah punya ikatan hubungan dengan Arthur.
"Liat Andre, cewe yang lo cintai ternyata sudah menjadi milik orang lain." aku terkejut dengan keberadaan Rain dengan tiba-tiba disampingku.
"Mereka hanya teman, Rain." ya, aku sangat yakin sekali jika mereka berdua masih berteman dan belum memiliki hubungan apapun.
"Terserah." aku melihat Rain oergi dengan kesal.
Jika saja Rain tidak berpaling dariku waktu dulu. Mungkin sampai saat ini aku masih mempunyai hubungan denganya. Tapi semuanya telah Tuhan atur rencananya.
*
Author's POV
Sedari tadi Lorena hanya membalik-balikan posisi tubuhnya diatas kasur. Entah apa yang dia pikirkan sepertinya dia terlihat gelisah.
Sekali-kali dia mengecek handphone nya, menunggu seseorang ada yang menghubunginya ataupun mengirimnya pesan lewat apapun.
"Kenapa Andre tidak menghubungi atau mengirim pesan, aku kan bosan. Huft!" Lorena membalikan tubuhnya hingga wajahnya tenggelam dengan bantal dan mengangkat satu kakinya. Sepertinya dia prustasi.
TRING!
Dengan cepat dia meraih ponselnya dia berharap Andre mengirimnya pesan. Dan setelah dibuka, muka Lorena ditekuk kembali karna yang mengirimnya pesan adalah operator.
Lorena membanting ponselnya kembali di sampingnya dan kembali dengan posisi seperti tadi.
Tok Tok Tok!
Seseorang ada yang mengetuk pintu kamar Lorena. Sebenarnya Lorena mendengar ketukan pintu, tapi dia enggan untuk beranjak dari kasur. Tidak lama oramg yang mengetuk pintu Lorena lebih memilih untuk masuk kedalam kamar, walaupun belum mendapatkan ijin dari sang pemiliknya.
"Rena, kau kenapa?" ternyata itu Arthur dan dia duduk ditepi ranjang millik Lorena.
Lorena membalikan badanya, dan berangsur untuk duduk. Sekali lagi dia mengecek ponselnya, sama seperti beberapa menit yang lalu, ponselnya tidak menujukan apapun.
"Kau, pasti menunggu kabar dari Andre. Iya kan?" tanya Arthur, Lorena hanya menghela nafas.
"Aku tidak menunggunya Arthur. Memangnya tidak boleh, aku mengecek ponsel ku sendiri." Lorena tidak ingin di katai oleh Arthur. Jadi dia terpaksa berbohong.
"Kau berbohong, Lorena. Tercetak jelas dijidat kau ada tulisan BOHONG" dengan spontan Lorena mengelus jidatnya sendiri, dan itu membuat Arthur terkekeh melihat tingkah Lorena.
"Kau menipuku?" tanya Lorena. Menajamkan tatapanya kearah Arthur.
"Aku tidak menipumu. Kau saja yang terlalu polos."
"Ish! Awas kau yah!" dengan sigap Lorena melemparkan bantal yang ada didekatnya ke arah Arthur dengan keras. Dan Arthur membalasnya, dengan memukul Lorena menggunakan bantal juga, hingga terjadilah perang bantal diantara mereka yang akhirnya kamar Lorena berantakan dengan kapuk-kapuk bantal yang berhamburan.
"Sudah-sudah. Haha" dengan nafas yang memburu Lorena menyudahi permainannya. Begitu juga dengan Arthur.
Bunyi deringan ponsel Lorena terdengar menandakan jika ada yang menghubunginya, dia segera mengangkatnya.
"Ya, hallo?"
"..."
"Aku gak papa."
"..."
"Malam ini? Duh gimana ya?"
Arthur hanya melihat gelagat ekspresi Lorena yang seperti kebingungan, lalu (namakamu) pergi dari hadapan Arthur untuk sedikit menjauh.
Bersambung
Love
Sillverss
KAMU SEDANG MEMBACA
Mermaid
FantasySalahkah jika putri duyung sepertiku menyimpan perasaan kepada seorang manusia sepertinya? Aku mencintainya apakah itu salah? Meskipun diriku akan berakhir menjadi buih-buih gelembung seperti kisah putri Ariel aku tak masalah, aku hanya ingin bersam...