Andre's POV
Pagi-pagi sekali aku harus segera pergi ke sekolah. Karna aku ada jadwal untuk latihan basket bersama teman-teman yang lain. Saat di perjalanan aku melihat ada seorang gadis cantik yang sedang gelisah, melirik kesana-kesini seperti mencari sesuatu. Sepertinya dia anak sekolah ku juga, karna seragam nya sama. Setelah ku dekati ternyata itu Lorena.
"Hai, butuh tumpangan?" ucapku setelah membuka helm. Dia sepertu terkejut melihatku, lalu tersenyum gembira.
"Hai. Boleh, dari tadi aku tidak mendapatkan kendaraan satu pun." jawabnya. Aku menuyuruhnya untuk menaiki motorku. Dia memeluku dari belakang. Aku merasakan seperti ada kupu-kupu terbang di perutku saat Lorena memeluku.
Setelah semuanya siap, aku melajukan motorku dengan kecepatan sedang. Karna ini masih pagi.
Saat sudah sampai di parkiran sekolah. Aku bingung, karna Lorena tidak kunjung turun juga. Dia masih setia memeluku dan menyenderkan kepalanya di punggungku. Apa dia tertidur?
"Lorena." ucapku. Dia hanya bergerak sejenak. Lalu tidak ada pergerakan dari dia lagi.
Aku menunggu beberapa menit. Akhirnya dia terbangun juga.
"Sudah sampai?" tanya nya. Aku hanya menahan tawaku, karna dia terlihat lucu sekali jika bangun tidur.
"10 menit yang lalu, Lorena." jawabku. Dia langsung turun dari motor dengan tergesa. Dan sedikit merapikan pakaiannya.
"Maaf, kau menunggu lama. Kenapa kau tidak membangunkan ku?"
"Aku tidak tega membangunkanmu. Ayo sebaiknya kita harus ke kelas menaruh tas. Abis itu, aku harus Iatihan basket."
"Aku ikut!"
Aku hanya mengangguk. Dan menggenggan tangan dia untuk menuju kelas kami. Suasana sekolah belum ramai.
Setelah sampai di kelas aku kembali ke lapangan basket tentunya bersama Lorena karna dia memaksa untuk ikut bersamaku. Sekarang dia hanya duduk di pinggir lapangan basket. Sementara aku masih latihan bersama teman-teman lainya. Tidak lama aku melihat Lorena menghampiriku.
"Aku mau belajar main basket dong." ucapnya. Aku tidak salah dengan, dia ingin belajar basket. Semua teman-temanku memandangku penuh tanda tanya.
Aku memberi kode kepada teman-teman yang lain, sebaiknya istirahat dulu. Mereka semua menuju pinggir lapangan sementara aku dan Lorena ada di tengah lapangan, berdua.
Lorena sudah memegang bola basket dan mendrible nya menuju ring. Aku hanya melihat skil dasar dia. Ternyata bola yang dia masukan ke ring tidak lah masuk. Dia hanya cemberut dan menatapku kesal, aku hanya tertawa.
"Sini aku bantu. Kalo mau masukin bola ke ring itu. Harus dari sebelah sini." aku menggeser tubuh Lorena menuju posisi yang pas, dan aku memegang bola basket dari arah belakang Lorena. Dan kami berdua memasukan bola tersebut ke dalam ring. Dan..
Bingo!
Bola tersebut masuk tepat sasaran. Lorena terlihat begitu senang dan berbalik memeluku.
"Aku bisa! Aku bisa!" dia terlihat senang sekali karna bis memasukan bola basket ke dalam ring. Ya, walaupun masih dalam bantuanku.
"Sebuah peningkatan yang bagus, Lorena. Kao kamu ingin lebih bisa lagi, terus lah berlatih." aku memberinya semangat. Dia mengangguk semangat pula.
Untung saja bel masuk sudah berbunyi. Kini saatnya aku dan Lorena kembali ke kelas. Sebelum ada guru yang mendahuluiku.
*
Seharian ini aku tidak melihat keberadaan Arthur ya. Apa dia tidak sekolah, biasanya kan dia selalu berada di dekat Lorena kaya lem tikus.
"Loren, itu si Arthur kemana? Kok tumben dia gak nongol?" tanyaku saat di jam istirahat.
"Oh Arthur, dia lagi sakit. Ada apa?" tanya nya balik. Oh, bagus deh lagi sakit. Kan gak ada yang gangguin aku sama Lorena.
"Em, gak ada sih. Cuma nanya aja." dia hanya manggut-manggut. Dan melanjutkan memakan nasi goreng yang dia pesan.
"Andre! Lo sama siapa?" aku terkejut dengan suara cempreng milik Fia, dia adalah sepupuku. Tapi entah kenapa dia menyukaiku.
"Oh dia. Dia Lorena, murid baru jelas gue. Kenapa?" Fia duduk di sampingku bahkan dia sengaja merapatkan tubuhnya dengan tubuhku, aku sudah merasa jengkel denga sikap Fia ini. Tapi Lorena hanya acuh tak acuh dengan keberadaan Fia.
"Kenapa dia sana lo. Harusnya kan dia sama temen-temen cewe yang lainya." ucapnya dengan melirik sinis ke arah Lorena.
"Karna aku mau nya sama Andre." itu jawaban dari Lorena sendiri. Ternyata dari tadi dia mendengar pembicaraan Fia.
"Gue nanya sama Andre, kenapa lo yang jawab?!" Fia sepertinya sudah merasa kesal dengan Lorena.
"Karna yang jadi topik kamu itu adalah aku. Jadi aku juga boleh dong menjawabnya. Ya kan Andre?" dia meminta persetujuan denganku. Aku hanya mengangguk kaku.
Fia seperti sedang menahan emosi terhadap Lorena terlihat dia sudah mengepalkan kedua tanganya di atas meja dan menatap tajam kearah Lorena. Aku harus segera membawa Lorena pergi dari hadapan Fia saat ini juga. Kalau tidak mereka akan bertengkar.
Aku menarik tanga Lorena untuk menghindar dari Fia. Sementara Fia aku mendengar dia hanya meneriakan nama ku saja. Dia itu tidak punya rasa malu, teriak-tetiak di kantin. Dasar cewe aneh.
"Dia siapa?" tanya Lorena saat kami menuju lapangan basket, karna jam istirahat masih panjang.
"Dia sepupuku, namanya Fia. Sudah lah jangan terlalu dipikirkan. Dia memang sepertu itu orang nya." kami duduk di bangku yang teduh tepat di hadapan kami adalah lapangan basket. Ini adalah tempat favoritku.
"Kayanya dia gak suka deh kalo aku deket-deket sama kamu."
"Udah gak papa, santai aja. Jangan di dengerin."
Dia hanya mengedikan kedua bahunya. Dan menatap orang-orang yang sedang bermian basket. Aku pun begitu, jadi hanya keheningan yang terjadi di antara kami.
Lorena itu cantik, apa bisa aku memilikinya? Walaupun banyak perbedaan di antara kami. Aku manusia sementara dia hanya sebangsa ikan yang hidup di air. Apa dia akan selamanya menjadi manusia? Aku belum menanyakanya.
"Lorena?" dia menengok kearahku. "Apa kamu selamanya akan menjadi manusia?" aku melihat ada ketegangan di wajahnya. Sepertinya dia baru menyadari akan hal itu.
"Em, aku tidak tau. Hingga aku lekas saja menjadi manusia." ucapanya terlihat berat. Aku tidak tau apa itu artinya.
Aku berharap kamu akan selamanya menjadi manusia, supaya aku bisa memilikumu seutuhnya suatu saat nanti.
Bersambung
Love
Sillverss
KAMU SEDANG MEMBACA
Mermaid
FantasySalahkah jika putri duyung sepertiku menyimpan perasaan kepada seorang manusia sepertinya? Aku mencintainya apakah itu salah? Meskipun diriku akan berakhir menjadi buih-buih gelembung seperti kisah putri Ariel aku tak masalah, aku hanya ingin bersam...