Lorena's POV
Aku bingung. Andre mengajak ku dinner malam ini. Tapi aku barus saja baikan dengan Arthur. Aku tidak mau Arthur terus-terusan di tinggal sendirian. Dan tentunya Arthur pasti kecewa. Ini sudah jam setengah 7malam.
"Tidak usah menonton tv. Kalo pikiran kamu kemana saja." aku baru sadar kalo tv yang tadinya aku tontonni sudah mati. Ternyata tadi aku sedang melamun.
"Ih so tau banget sih. Nyalain lagi Arthur!" aku hendak merebut remot digenggaman Arthur. Tapi dia selalu menghindar.
Alhasil, kami berdua jadi lari-larian mengelilingi sofa didepan tv. Hingga aku merasa lelah untuk mengejar Arthur kembali. Ternyata dia gesit juga dalam hak berlari menghindar.
"Ayo nyalain lagi tv nya. Aku kan mau nonton. Dan kau juga harus menonton bersamaku disini." aku menepuk-nepuk sofa yang berada disampingku untuk menyuruh Arthur untuk duduk disampingku.
Dia mengkitu permintaanku dan duduk disampingku. Tapi, entah kenapa suasana menjadi canggung begini. Arthur seperti memikirkan sesuatu.
TRING!
Ponselku berbunyi. Ternyata ada WA masuk dari.. Andre. Arthur seperti pura-pura tidak memperdulikan nya. Aku segera membuka WA dari Andre. Lama aku terdiam, masih memikirkan tawaranya. Sesekali aku menatap Arthur.
"Kalo mau pergi, pergi saja. Aku tidak melarang. Itu hak kamu." aku terkejut mendengar suara Arthur yang tiba-tiba tau kegelisahanku.
Apa aku tidak salah dengar? Arthur mengijinkan ku untuk pergi bersama Andre.
"Tapi—"
"Cepat pergi Rena!. Sebelum aku berubah pikiran." aku segera menuju kamarku untuk mengganti pakaian. Setengah hatiku bersorak senang dan setengahnya lagi aku merasa sedih jika harus meninggalkan Arthur.
Arthur pasti sudah menunggu di lobi. Duh, rasanya lift ini begitu lambat untuk turun aku sudah tiga kali melirik jam tangan, semoga Andre tidak menunggu lama.
"Hai! Maaf ya lama." aku menyapa Andre yang sedang duduk menungguku di lobi apartemen.
"Gak papa. Harus nya kamu gak usah lari-lari." Andre melap sedikit keringat didahiku. Aku jadi malu, saat Andre memperlakukan ku seperti itu. "Sudah. Yuk berangkat!" dia menggandeng tanganku menuju mobilnya.
Kami sudah sampai disebuah cafe yang tidak jauh dari apartemenku. Cafenya sangat sederhana tapi terkesan mewah dan romantis. Dia menyuruhku duduk dikursi yang sudah dia persiapkan untuku.
"Mau makan apa?" tanya nya. Aku sedang memilih-milih makanan dan minumanya dibuku menu.
"Aku mau yang ini."
"Salad?"
"Iya, karna aku sedang diet, hehe." dia memesankanku salad. Sebenarnya aku sedang tidak diet. Hanya saja aku masih kenyang dengan makanan yang Arthur buat.
"Aku mau tanya. Kenapa, disekolah tadi. Kamu terlihat menghindariku?" Damn it! Aku harus jawab apa?
"Em, tidak ada apa-apa."
"Yakin?"
Aku hanya menggguk, syukurlah Andre tidak banyak bertanya lagi.
Kami berdua makan malam dengan tenang sesekali ada candaan ada obrolan diantara kami.
*
Aku hanya duduk berdua dengan Vivi di bangku yang ada didepan kelas kami. Ini yang selalu kami berdua lakukan. Melihat anak laki-laki bermain basket sambil memakan cemilan atau tidak melihat orang-orang yang sedang berlalu lalang disekolah.
"Rena." aku terkejut karna seseorang yang memanggil dan menepuk pundaku.
"Oh, ada apa?" ternyata itu Rain. Ada apa dia menghampiriku.
"Bisa ikut gue sebentar? Berdua." yang tadinya Vivi ikut berdiri, jadi duduk kembali.
Aku haya mengikuti kemana Rain mengajaku pergi. Ternyata dia mengajaku ke rooftop. Kenapa dia mengajaku kesini? Dan ada perlu apa dia.
"Rena. Lo kenal Andre udah berapa lama?" pertanyaan yang mencurigakan.
"Sekitar satu bulan ini. Ada apa?"
"Lo tau? Gue mantanya Andre." aku hanya mengangguk. "Sebenarnya, gue masih suka sama dia. Tapi, dia malah suka sama cewe lain." ini dia. Ini jawaban yang aku tunggu-tunggu, siapa wanita yang Andre maksud.
"Terus? Hubunganya sama aku apa?"
"Karna LO cewe yang disuka sama Andre! Lorena, gue mohon banget. Lo jauhin Andre, biarin dia sama gue lagi. Gue mohon banget, please." aku sudah tidak kuat melihat matanya yang berbinar-binar. Apa maksudnya ini? Andre suka kepadaku? Sejak kapan?
"Tapi—"
"Please. Demi gue." dia malah berlutut kepadaku. Aku jadi semakin tidak enak. Aku segera membantu dia berdiri, sebelum ada yang melihat dan menyangka yang tidak-tidak terhadapku.
*
Aku hanya berjalan lusuh memikirkan hal yang tadi. Apa yang harus aku lakukan? Andre! Aku juga suka sama dia.
"Demi gue."
Kata-kata itu masih terngingan dikepalaku. Aku tidak mungkin menyakiti perasaan orang lain. Arthur! Kau dimana, aku butuh bantuanmu.
"Kau butuh bantuanku?" lagi-lagi aku terkejut demgan keberadaan Arthur yang ada didepanku sambil melipatkan kedua tanganya didada.
"Arthur!"
Aku segera berhambur memeluknya dan dia membalas pelukanku. Entah kenapa, aku merasa tenang jika sudah ada seseorang yang memeluku. Aku rindu Kak Alexis.
"Ada apa? Cerita." dia menuntunku untuk duduk dibangku yang ada.
Aku segera menceritakan semuanya. Kecuali aku tidak bilang jika aku menyukai Andre. Dia terlihat mendengar dengan seksama ceritaku ini.
"Jadi, dia memaksamu untuk menjauhi Andre karna dia masih mencitai Andre?" aku hanya mengangguk dan mengumpulkan mutiara yang berjatuhan dari mataku. "Yah, padahal aku menyukai Rain."
"Apa kau bilang?!"
"Oh tidak. Lupakan," dia menggaruk tengkuknya. "Sebaiknya kau turuti apa maunya Rain. Dari pada masalah semakin besar.
Aku berpikir kembali. Ada benarnya juga apa yang dikatakan oleh Arthur. Apa aku harus menjauhi Andre kembali setelah semalam kami dinner? Itu hal konyol yang pernah aku lakukan.
"Tapi Arthur. Ini terlalu konyol, gimana kalo Andre menanyakan sebab aku menjauhinya apa?"ini yang membuatku bingung. Alasanya itu yang menjadi masalah.
"Biar kupikir kan nanti. Sebaiknya kau kembali ke kelas. Pelajaran sebentar lagi dimulai." dia menarikku untuk kembali kekelas. Arthur memgantarkanku sampai deoan kelas yang sudah ada Andre didepanya. Aku hanya menundukan kepala dan melewati Andre dengan masuk ke dalam kelas.
Sementara Andre mengikutiku dari belakang dan duduk dikursi Vivi seperti biasa. Aku harus menyibukan diri dengan duniaku sendiri dan memasang earphone.
Andre menyodorkan buku dengan tulisan 'BISA LEPAS DULU EARPHONE NYA?'
Tapi aku hanya mebalasnya dengan buku juga tepatnya dibawah tulisan dia. 'TIDAK BISA'
Tiba-tiba dia melepas earphoneku, dan aku hanya menatapnya tajam karna kesal.
"Kamu kenapa lagi? Baru aja kemaren kita baikan." ucapnya, duh aku mulai bingung harus bilang apa.
"Aku tidak apa-apa. Sebaiknya kau kembali ke bangkumu." aku mengusirnya karna Vivi sepertinya ingin duduk dibangkunya sendiri.
"Vivi, lo duduk di bangku gue aja dulu."
"Gak! Gue gak mau duduk sama si Dimas." Vivi sepertinya sudah kesal. Bagus Vivi.
Akhirnya Andre mau mengalah juga, dan dia pergi menuju bangkunya.
Bersambung
Love
Sillverss
KAMU SEDANG MEMBACA
Mermaid
FantasySalahkah jika putri duyung sepertiku menyimpan perasaan kepada seorang manusia sepertinya? Aku mencintainya apakah itu salah? Meskipun diriku akan berakhir menjadi buih-buih gelembung seperti kisah putri Ariel aku tak masalah, aku hanya ingin bersam...