Andre's POV
Aku berniat untuk bertemu dengan Lorena dan sekarang aku sudah berada di lobi apartemenya. Aku ingin tau keadaan dia setelah sehari tidak masuk sekolah. Aku begitu merindukanya, sangat.
Aku segera mengirim pesan untuk menuruh Lorena turun dari lantai atas dan menemuiku, setelah mendapatkan balasanya, ternyata dia enggan untuk menemuiku. Tapi aku tidak langsung pulang. Aku masih ingin berada disini menunggu Lorena menemuiku.
Beberapa menit aku menunggu, pintu lift utama terbuka dan munculah Lorena dibalik pintu lift tersebut. Aku segera berdiri untuk menyambutnya, lalu dia berlari menghambur kearah pelukanku.
"Kenapa nangis? Apa ada yang sakit?" tanya ku lembut tepat ditelingnya.
Dia menggeleng, aku sebenarnya tidak mengerti dia kenapa tiba-tiba menangis, tapi aku mencoba untuk tidak menanyakan nya langsung, biarkan dia menenangkan dirinya terlebih dulu.
"Andre, aku akan pulang ketempat asalku. Aku mau minta maaf sama kamu, dan terimakasih sudah mengajariku tentang kehidupan disini." aku terkejut dengan penuturanya. Ada banyak sekali pertanyaan dikepalaku, kenapa mendadak sekali dia akan pulang.
"Kenapa secepat ini?"
"Aku hanya ingin mengobati rasa sakit ini, Andre. Sekali lagi terimakasih untuk semuanya."
Dengan kondisi masih menangis, lalu dia kembali menuju lift meninggalkan ku yang masih memandanginya penuh tanda tanya. Hingga pandangan kami tertutup oleh pintu lift.
*
Aku memakirkan mobilku digarasi rumah, tapi aku melihat mobil lain yang terparkir didepan rumahku, siapa dia. Apa ada tamu? Ah, sebaiknya aku masuk kedalam rumah dulu.
"Nah, ini dia anaknya baru pulang." aku terkejut karna tamu tersebut adalah orang tua Rain dan dia juga ada disini. Ada apa ini, kenapa semuanya berkumpul disini.
Aku segera menyamai mereka semua, dan ku melihat Rain mengedipkan sebelah matanya kepadaku, itu membuatku ilfil. Langsung saja aku duduk di sebelah Mamah ku.
"Berhubung semuanya sudah berkumpul, jadi bagaimana kelajutanya?" kelanjutan apa, aku semakin tidak mengerti apa yang sedang mereka bicarakan.
"Maaf. Mah, Pah, Tante, Om. Ini ada apa ya? Andre kurang paham." tanyaku sopan.
"Begini Ari. Kami sedang merencanakan perjodohan kamu dengan Rain. Sejauh mana hubungan kalian selama ini?"
Apa?! Perjodohan?! Aku melihat sebuah senyuman manis dari Rain. Apa ini kerjaan nya. Sengaja meminta orang tuanya untuk menjodohkan kami?
"Andre, rasa. Soal perjodohan itu sebaiknya dibiarakan nanti saja. Andre pengen melanjutkan sekolah dulu, Om, Tante. Maaf, kalo gitu Andre keatas dulu, masih ada tugas yang belum Andre selesaikan." aku segera pergi dari kumpulan yang menurutku tidak ada manfaatnya.
Aku mengunci pintu kamarku. Aku benar-benar tidak ingin diganggu. Hari ini sunggu banyak kejutan, mulai dari Lorena yang akan pergi dari sisiku, dan tentang perjodohanku dengan Rain. Rasanya aku ingin menghilang saja dari dunia.
*
Aku sengaja menunggu Lorena digerbang sekolah, aku ingin mendengar penjelasan nya tentang perkataanya yang kemarin. Sudah setengah jam aku menunggunya digerbang, anak-anak yang lain sudah banyak yang datang. Tapi Lorena maupun Iqbaal mereka tidak kunjung datang juga.
"Hai, Andre. Sweet banget sih nungguin aku ya." aku hanya mendelik kearah Rain yang baru saja turun dari mobil Ayahnya. Setelah mobil Ayahnya pergi, aku segera melepas pelukan Rain dengan kasar.
"Lo ngapain sih meluk-meluk gue. Risih tau gak! Udah sana lo masuk!" aku mengusir keberadaan Rain yang menurutku seperti parasit ini.
"Gue mau nya sama lo. Lo nungguin siapa sih? Gue kan udah ada didepan lo."
Teeeettttt!!
Suara bell sudah berbunyi, mungkin sampai sini aku menunggu Lorena datang. Sepertinya dia masih demam. Lantas kenapa Iqbaal ikutan tidak sekolah juga.
Aku hanya berjalan lusuh memasuki kelas, aku edarkan semua pandanganku ke setiap penjuru kelas. Sama saja, aku tidak mendapati Lorena dikelas juga. Dia benar-benar tidak sekolah lagi.
"Ndre! Rena kemana?" tanya Vivi yang menyadarkan lamunanku.
"Eh, gue gak tau. Semalem sih gue ke apartemen dia. Dia lagi nangis gitu. Dan gue gak ngerti saat dia ngucapin kata perpisahan gitu, Vi."
"Kok sama ya. Dia juga nelpon gue, terus dia bilang katanya mau pulang. Emang dia mau balik ke LA ya? Kok cepet banget?" aku baru menyadari dan mencerna perkataan Lorena semalam, jadi ini maksudnya. Dia akan pergi.
"Gak! Gak mungkin!"
"Lo kenapa Dre? Apanya yang gak mungkin?" ini saatnya Vivi juga tau siapa Lorena sebenarnya. Aku menceritakan asal usul Loreana memalui bisikan kepada Vivi. Dan dia terkejut mendengarnya bahkan hampir berteriak jika aku tidak membekap mulutnya.
"Seruisan lo?"
"Tiga rius buat lo, Vi. Sekarang lo mau kan bantu gue buat nyari dia?" Vivi terlihat memikirkan sesuatu. Dan akhirnya..
"Oke, tapi dimana?"
"Ke pantai Klayar." jawabku, pasti Lorena ada disana, pertama aku bertemu dengannya disana. Ya, aku masih mengingatnya.
"Itu kan di Jawa Timur, jauh amat." aku mematap tajam kearah Salsha gina untuk memaksa dia agar bisa ikut mencari Lorena bersamaku. Dia hanya menunjukan jejeran giginya yang rapi. "Oke, kapan kita akan berangkat?"
"Weekend ini. Gimana?" usulku.
"Oke! Nanti lo jemput gue ya ke rumah."
Aku hanya mengacungkan jempolku. Karna guru yang akan mengajar sudah tiba.
"Perhatian buat kalian semua. Salah satu teman kalian, Lorena. Sudah pindah dari sekolah ini. Karna keluarganya akan kembali ke Los Angeles." semua teman-teman yang lain terlihat riuh membicarakan kepindahan Lorena kecuali aku dan Vivi.
*
Weekend yang ditunggu-tunggu sudah datang juga, aku segera bersiap-siap memanaskan mobilku untuk menjemput Vivi.
"Andre. Kamu kamu mau kemana?" teriak mamah. Aku berbalik badan dan menghadapnya.
"Andre ada tugas. Harus wawancara didaerah Jawa Timur. Andre, pamit ya. Udah telat nih." aku mencium punggung tangan mamah.
"Tunggu, ajak Rain dong. Bentar lagi Rain kesini buat ikut sama kamu." aku terkejut atas perkataan mamah. Ngapain dia ikut, ini pasti kerjaan mamah.
"Hai Andre, Tante." Rain datang dan memeluk mamah. Caper banget sih.
"Udah ah, Andre berangkat." aku segera menstater mobilku, dan Rain bergegas memasuki mobil. Jadi dia benar-benar ikut?! Ah sudahlah, hari ini aku malas berdebat.
Bersambung
Love
Sillverss
KAMU SEDANG MEMBACA
Mermaid
FantasySalahkah jika putri duyung sepertiku menyimpan perasaan kepada seorang manusia sepertinya? Aku mencintainya apakah itu salah? Meskipun diriku akan berakhir menjadi buih-buih gelembung seperti kisah putri Ariel aku tak masalah, aku hanya ingin bersam...