Andre's POV
Semenjak aku tau bahwa Lorena benar-benar mempunyai hubungan khusus, disitu aku merasa jika perjuanganku hanya sampai sini. Hatiku luluh lantah mendengarnya, ini seperti mimpi. Tapi nyata.
Dan saat istirahat pun dengan beraninya Arthur menjemput Lorena ke kelas hanya untuk mengajaknya ke kantin bersama. Aku mencoba mengikuti mereka yang terlihat mesra didepanku. Hingga aku terkejut dengan kedatangan Rain yag tiba-tiba bergelayut manja dilenganku.
"Andre, kekantin bareng yuk!" ajak nya. Aku tau jika Lorena melirik kearahku namun hanya sebentar. Tapi aku harus terlihat tenang, anggap saja aku dekat lagi dengan Rain.
"Aww!" aku terkejut saat melihat Lorena mengeluh dadanya sakit, ada apa dengan dia? Apa di sedang sakit. Dan aku segera membantunya untuk menyeimbangkan badannya, tentunya dengah Arthur juga.
Arthur menawarkanya untuk pergi ke UKS, namun dia menolaknya. Aku berjalan kembali dengan Rain mendahului mereka.
Sampai sesampainya dikantin pun. Aku melihat jika Lorena lebih bahagia dengan Arthur. Aku hanya bisa tersenyum tipis. Kebahagiaan itu, saat melihat orang yang kita cintai tertawa bahagia.
Saat dia melihat kearahku pun, aku kembali berpura-pura ngobrol dengan Rain tertawa-tawa juga seperti hal nya yang dia lakukan.
"Andre, liat nya kesini dong. Ngapain sih liat orang yag pacaran terus. Kaya gak ada pemandangan lain apa." aku sedikit risih dengan setiap gerutuan yang Rain keluarkan.
Kurasa jika terus berlama-lama berada satu kantin denganya membuatku semakin panas saja. Aku segera beranjak dari kantin ini.
"Andre, mau kemana? Tungguin!"
Rain, ya aku harus melampiaskanya kepada Rain. Dia orang yang paling mudah buat aku manfaatkan. Aku membawa Rain ke halaman belakang sekolah, disinilah tempat favoritku. Kami berdua duduk dibawah pohon akasia.
Kami berdua masih saling diam dalam pikiran kita masing-masing aku sendiri hanya menghirup udara segar disini, menikmati angin yang berhembus membawa jauh perasaanku padanya.
Rain sendiri, da hanya bersdar dipundaku menikmati semilir angin juga. Ini mengingatkanku saat kami berdua masih mempunyai hubungan. Jauh disaat aku belum mengenal dia.
"Rain?"
Dia mengangkat kepalanya dan beralih menatapku, menungguku melanjutkan pembicaraanku.
"Apa kau masih mencintaiku?" dia hanya mengangguk sanbil tersenyum. "Sungguh?" kembali dia mengangguk semangat. Jika Lorena mempunyai hubungan dengan Arthur. Kenapa tidak?
*
"Seriusan kalian balikan?!" aku hanya bisa menutup kedua telingaku saat Vivi dan Dimas mengintrogasiku.
"Iya. Kenapa? Masalah bagi kalian?"
"Tapi kan. Selama ini yang gue tau lo Pedekatean nya sama Lorena. Kenapa jadianya malah sama Rain?"
Aku hanya mengedikan kedua bahuku. Sedari tadi aku belum melihat Lorena kembali kekelas. Kemana dia? Oh iya, mungkin lagi menikmati masa pacarannya dengan Arthur.
Aku melihat jika Vivi ijin untuk pergi ke UKS, tapi aku tidak tau apa tujuannya. Aku rasa Lorena berada di UKS karna tadi di bagian dada dia terlihat kesakitan.
Tapi aku menyangkalnya, mungkin saja itu Vivi sendiri yag merasa tidak enak badan. Hingga sampai jam pulang istirahat pun aku tidak melihat keberadaan Lorena. Yang aku lihat Arthur mengambil tas kekasihnya ke kelas.
"Dimana Rena?" aku menghadang Arthur yang hendak keluar kelas lagi setelah mengambil tas milik Lorena
"Kau tidak perlu tau. Sebaiknya kau segera keluar, karna Rain sudah menunggumu diluar sana."jawabnya dengan dingin. Aku tidak yakin jika keadaan Lorena sekarang baik-baik saja.
"Andre! Lama banget sih keluar kelasnya." baru juga aku keluar dari kelas sudah mendapat rengekan dari Rain, aku segera menggandeng Rain untuk segera mengantarka dia. Dan setelah itu pegi ke apartemen Lorena. Untuk melihat keadaanya.
Setelah mengantar Rain ke rumahnya. Aku segera melesat pergi keapartemen Lorena.
Lama aku menekan bel pintu apartemenya, yang membuka kan ternyata Arthur. Dia ada disni?! Kami berdua sama-sama terkejut.
"Ngapain lo disini?" tanyaku penuh emosi, entah kenapa aku tidak suka keberadaan Arthur diapartemen Lorena.
"Seharusnya aku yang nanya, ngapain kamu disini? Aku jelas ada disini, karna aku pacar Rena." ucapnya sarkatis. Aku hanya bisa diam, benar juga perkataannya. "Ya sudah, jika kamu ingin menjeguknya. Masuk lah." Aku mengikuti langkah Arthur menuju kamar Lorena
"Siapa Arthur?"
"Ini aku, Rena" aku duduk dipinggir rabuang dia. Wajahnya terlihat sangat pucat, benar saja tadi Vivi pergi ke UKS untuk menemani dia.
"Oh kamu." jawabnya ada sedikit senym untukku. Tapi aku tidak melihat Arthur ada didalam kamar Lorena. Mungkin dia memberiku waktu bersama Lorena.
"Kenapa kamu gak ngasih tau aku, kalo kamu sakit?"
"Aku gak mau ngerepotin kamu." jawabnya. Ya ampun dia benar-benar keras kepala. Bagaimanapun aku juga masih teman dekat dia.
"Aku gak ngerasa direpotin sama kamu."
"Oh ya. Kamu beneran balikan sama Rain?" aku gak tau jika diwajahnya terdapat mimik muka yang sulit diartikan saat menanyakan itu.
"Iya. Maaf aku gak ngasih tau kamu."
"No problem." suaranya tiba-tiba sedikit purau. Dan seperti menahan nangis. Apa dia sakit hati mendengar aku sudah balikan sama Rain.
"Waktu jenguk habis!" Arthur mengusirku. Ternyata dia memberi waktu kepada kami berdua. Dengan pasrah aku harus kembali pulang.
"Cepet sembuh ya." sebelum aku pulang, aku mengacak rambut dia seperti biasa.
Bersambung
Love
Sillverss
KAMU SEDANG MEMBACA
Mermaid
خيال (فانتازيا)Salahkah jika putri duyung sepertiku menyimpan perasaan kepada seorang manusia sepertinya? Aku mencintainya apakah itu salah? Meskipun diriku akan berakhir menjadi buih-buih gelembung seperti kisah putri Ariel aku tak masalah, aku hanya ingin bersam...