Mermaid: Eight

1.9K 108 0
                                    

Lorena's POV

"Dari mana saja kau?!" aku terkejut dengan suara Arthur yang tiba-tiba saat aku menyalakan lampu apartemen.

"Arhur, kau mengejutkan ku." aku mengelus dada untuk menetralkan detak jantungku. "Kan, kau sudah tau aku pergi bersama Andre." Arthur itu pelupa kali yah.

"Apa kau tidak memikirkan aku yang khawatir padamu?! Kau ini seorang duyung! Dan kau berbeda dengan manusia!" perkataan Arthur sungguh membuat hati ku sakit. Mengapa Arthur jadi seperti ini. Apa tidak boleh aku mengenal dunia manusia.

"Maaf kan aku. Maaf, jika aku membuatmu khawatir. Sebaiknya kau kembali ke apartemenmu, aku ingin istirahat." sungguh aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Jika ada seseorang yang memarahiku, lebih baik aku diam.

Aku melewati Arthur yang masih diam belum beranjak keluar, aku tidak memperdulikanya. Aku hanya ingin menenangkan hatiku. Dan membanting pintu kamar sekedar membalas apa yang Arthur lakukan kepadaku.

Kenapa aku menangis? Mungkin Arthur bisa diapartemen sendirian tanpa aku. Dia memarahiku karna dia mengkhawatirkanku. Apa, dia mulai menyukaiku? Tapi tidak mungkin, karna aku sudah terlanjur menyukai seseorang, Andre.

*

Hari ini sudah memulai aktivtas seperti biasa yang manusia lakukan, sekolah. Aku mengetuk pintu apartemen Arthur untuk mengajaknya pergi sekolah. 

Baru saja satu ketukan, Arthur sudah membuka pintunya. Dan kami saling pandang sebentar, lalu Arthur mendahuluiku pergi.

"Arthur tunggu! Kau tau, kaki ku sangat pendek. Dan tidak bisa mengejarmu." setelah mengatakan itu Arthur berhenti sepertinya dia menungguku. Dan saat aku sudah sejajar dengaya, baru lah kami melanjutkan jalan kami menuju lobi apartemen.

Kami kesekolah menggunakan mobil Arthur. Dia punya mobil, ya dia memang punya dan itu dari jentikan tangan dia sendiri. Oh, tuhan. Dia menggunakan kekuatan magic nya kembali, untung saja di lobi apartemen masih sepi, jadi tidak ada orang yang melihat jika tiba-tiba ada mobil didepan kami.

Arthur membuka kan pintu mobil untuku.  Sebelum masuk, aku tersenyum untuk mengucapkan terimakasih kepada Arthur.

Dia melajukan mobilnya dengan keadaan tenang, tidak ada topik pembicaraan dari kami berdua. Hanya suara musik yang mengalun dari mobil Arthur.

Hanya membutuhkan waktu 20 menit kami sudah sampai disekolah. Suasana ternyata sudah ramai. Dan kami menuju kelas bersama-sama. Banyak desas-desus dari anak-anak kelas lain yang kami lewati. Ternyata manusia itu hobi sekali ya membicarakan orang lain yang belum menjadi fakta, ckck.

'Loh itu kan, Arthur anak baru di kelas XI IPA3.'

'Ya ampun Arthur gandeng siapa tuh?'

'Ih si Lorena genit banget sih deketin calon cowo gue'

Dan masih banyak lagi gosip yang berlalu lalang ditelingaku dan Arthur. Tuhan, maafkan lah dosa-dosa mereka.

"Hai Ren" aku terkejut dengan sapaan Andre yang tiba-tiba datang dari arah belakangku dan mensejajarkan jalanya denganku dan Arthur.

"Haii." balasku. Aku melihat Arthur pergi meninggalkan kami, karna memang kelas dia berbeda dengan kami. Atau mungkin dia sengaja.

Dengan tiba-tiba dia menggandeng tanganku.Tapi aku hanya tersenyum mendapati perlakuan manisnya.

"Hey-hey! Ngapain lo gandeng tangan Andre?! Gak boleh tau!" aku da Andre terkejut karna genggaman tanganku dan Andre dilepas paksa oleh Fia. Dia lagi, kali ini bersama dengan temanya yang kemarin.

"Lo apaan sih Fi?!" ucap Andre membentak Fia.

"Denger ya cewe gak tau malu! Tadi aja berangkat bareng sama Arthur a.k.a calon pacar gue! Sekrang ke kelas bareng sama pacarnya Fia a.k.a sepupunya juga sih." itu ucapan dari gadis yang bernama Ira, ternyata dia menyukai Arthur. Aku melihat Fia menyenggol lengan Ira.

Aku hanya tersenyum miring dan sepertinya aku tau apa yang harus aku lakikan kepada dua cewe aneh ini.

'WUSSHH!'

Seketika itu juga rok mini mereka terangkat sedikit seperti terkena hembusan angin. Dan betapa malunya mereka karna banyak orang yag menertawakan mereka berdua, karna malu mereka langsung pergi meninggakan aku dan Andre.

"Apa kamu yang melakukanya?" tanya Andre. Aku hanya mengedikan bahu dan tersenyum jail. Aku kira Andre akan marah tapi dia malah mengacak rambutku dan meneruskan jalan menuju kelas.

*

"Andre, bisa kita ngobrol sebentar?" aku dan Andre menoleh ke arah samping, dan mendapati seorang gadis cantik dengan fostur tubuh yang sangat ramping, bisa mencapai kata perfect.

"Rain? Ada apa?" Rain? Siapa gadis ini, Andre menunjukan ke kakuan jika berhadapan dengan Rain.

"Aku pinjam Andre sebentar boleh?" tanya nya kepadaku, aku menjadi bingung ada apa ini sebenarnya.

"Em, iya boleh kok." Andre menatap mataku dan seperti mengatakan 'sebentar ya' tapi aku hanya mengangguk.

Ekor mataku terus melihat Andre dan Rain pergi keluar kelas. Ada rasa penasaran di dalam diriku. Aku berniat untuk mengikuti mereka.

Mereka berhenti di halaman belakang sekolah, saat aku sudah sampai disana aku melihat jika Rain sudah menangis dipelukan Andre. Sedangkan Andre membalas pelukanya. Aku hanya menutup mulutku karna terkejut, apa Rain itu pacarnya Andre? Tapi aku jarang melihat mereka selalu bersama.

"Please, Andre. Aku mohon maafin gue. Gue masih sayang sama lo. Hiks" apa? Sayang? Jadi benar mereka pacaran.

"Apa lo gak inget, apa yang lo lakuin dulu sama gue?" Andre melepas pelukanya secara paksa. Sementara Rain masih menangis menutupi wajahnya.

"Iya gue salah! Gue minta maaf, please. Gue pengen kita balikan."

"Sorry Rain. Gue udah jatuh cinta sama orang lain." Andre jatuh cinta? Sama siapa?

"Siapa Andre? Cewe itu? Oke fine!" dia sepertinya akan meninggalkan Andre. Aku harus segera pergi dari tempat ini sebelum Rain ataupun Andre melihat keberadaanku.

Aku kembali berpura-pura membaca buku di tempat duduku, tidak lama Andre datang wajahnya terlihat kusut. Dia mengusap wajahnya gusar. Aku ingin sekali menanyakan untuk apa dia pergi bersama Rain. Tapi ku urungkan niat ku, karna aku tau kondisi hati nya seperti apa.

"Maaf lama." ucapnya dan beralih duduk ditempat Vivi.

"Oh, em iya gak papa. Abis.. Dari mana?" tanyaku kikuk. Ayo dong Rena janga kikuk begini, nanti Andre curiga.

"Oh, abis dari ruang Osis." bohong! Entah kenapa aku tidak suka jika Andre berbohong. Apa susahnya dia jujur saja abia dari mana, toh aku tidak akan marah.

"Oh gitu." aku kembali menyibukan diri membaca buku. Kenapa tiba-tiba dadaku terasa penuh dan sakit sekali mengingat hal itu.

Bersambung

Love
Sillverss

MermaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang