Mermaid: Sixteen

1.5K 96 0
                                    

Lorena's POV

"Apa kau sudah siap?" tanya Arthur untuk kesekian kalinya. Aku masih ragu dengan pilihanku ini.

"Siap." jawaban itu spontan keluar dari mulutku tanpa aku yang menyuruhnya.

Kami bertiga (aku, Arthur, dan kak Alexis) sudah berada di pantai Klayar, gerbang menuju sebuah kerajaan bawah laut, yaitu kerajaan yang akan aku pimpin.

Saat mengijakan kaki ku diatas air. Semua anggota badan dari bawah mulai berubah seperti semula, yaitu ekor ikan. Dengan beberapa detik kami sudah berubah menjadi seekor duyung kembali.

Arthur dan kak Alexis sudah berenang terlebih dulu, sementara aku menatap tepian pantai, dimana awal pertama kali aku bertemu dengannya.

"Rena ayo! Sebelum ada orang yang melihat kita." teriak ka Alexis. Aku kembali berbalik dan menyusul mereka kedasar laut. Aku selalu berpikir mungkin akhir dari segalanya. Aku memang tidak ditakdirkan dengan seorang manusia sepertinya dan harus mengikuti perjoodahan ini.

*

"Kau sudah kembali Putri Lorena. Kami sangat merindukanmu."

Kepulanganku disambut hangat oleh keluargaku di istana. Mereka terlihat sangat merindukanku.

Kulihat Ibunda sampai menjatuhkan air matanya karna terlalu merindukanku. Begitupun aku, tapi aku bukan menangis karna merindukan mereka. Entah kenapa aku ingin sekali menangis sejadi-jadinya jika mengingat dia.

Setelah acara penyambutanku dan Arthur. Aku langsung memasuki kamar, rasanya aku ingin sendiri tanpa gangguan dari siapapun.

'TOK TOK TOK'

Terdengar ketukan pintu dari kamarku. Tapi aku enggan bangkit ataupun sekedar menyuruhnya masuk. Aku benar-benar ingin sendiri saat ini, menenangkan isi pikiranku.

Tidak lama terdengar bunyi pintu kamarku dibuka. Dan aku merasakan seseorang sedang duduk ditempat tidurku.

"Bisa bicara sebentar." aku yakin itu suara kak Alexis, aku membalikan badanku dan bersandar pada sandaran di tempat tidurku bersiap mendengarkan apa yang akan diucapkan kak Alexis. "Apa kau masih merasakan sakit itu?"

Aku menggeleng enggan mengeluarkan sepatah katapun.

"Kau tidak boleh menunjukan kesedihanmu didepan Ayah dan Bunda. Mereka akan menanyakan sebabnya kepadamu, dan itu akan berakibat fatal jika kau jujur."

Aku menghela nafas sebentar. "Baiklah akan ku coba. Tapi, ada satu pertanyaan dariku."

"Apa itu?" kak Alexis semakin mendekat kearahku, siap mendengar pertanyaanku.

"Apa aku bisa bertemu dengannya kembali?"

"Tidak bisa! Kau tidak boleh bertemu dengan manusia yang telah membuatmu sakit seperti ini, apa lagi jika kau berhadapan denganya." sudah ku duga. Kak Alexis pasti melaranhnya. Ari, aku merindukanmu.

"Tapi kak-"

"Aku tidak mau kehilanganmu, Lorena! Kau satu-satu nya adik kesayanganku. Dan kau satu-satunya harapan kita semua, rakyat kita semua. Mereka semua sangat menanti siapa calon Ratu mereka selanjutnya. Yaitu kau, Rena!"

Aku benar-benar muak dengan tata peraturan di kerajaan ini. Ini yang membuat hidupku terkekang. Aku tidak biaa hidup seperti gadis-gadis duyung yang lainya.

"Aku cape kak. Kenapa hidupku harus seperti ini. Andai saja aku terlahir bukan seorang putri duyung. Tapi sebagai manusia biasa. Aku pasti tidak mengalami hal-hal seperti ini. " kak Alexis memeluku, sekedar untuk menenangkanku. Dan akhirnya aku menangis kembali.

Cinta, aku telah jatuh cinta jepada seorang manusia sepertinya. Yang memberiku kehangatan, kehidupan, dan kesempurnaan didalam hidupku. Tapi sekarang, semuanya lenyap begitu saja. Membuatku ingin sekali menghilang dari dunia ini. Dunia yang bagaikan penjara khusus untuku.

*

Malam tiba, seperti biasanya setiap malam aku biasakan dengan melatih diri cara memberi sambutan kepada semua rakyatku kelak. Aku paling malas jika harus belajar seperti ini. Ini kegemaranya kak Alexis, seharusnya dia yang berada di posisiku sekarang.

"Maaf mengganggu. Rena kau harus menemui Ayah dan Bunda sekarang." ijin kak Alexis yang tiba-tiba membuka pintu tempat aku berlatih.

"Hm baiklah."

Aku mengikuti langkah kak Alexis yang bebarada didepanku. Apa Ayah dan Bunda tau perihal aku pergi ke dunia manusia? Ah, semoga bukan masalah itu yang akan dibicarakan nanti.

"Aku datang Ayah, Bunda." aku memberi hormat kepada ayah dan bunda. Mereka mempersilahkanku duduk disamping mereka.

"Baik semuanya sudah berkumpul disini. Sebenarnya ada yang ingin Ayah bicarakan."

Kebiasaan Ayah jika akan berbicara pasti ada pembukanya, seperti sambutan saja. Aku hanya menganggukan kepalaku tanda mempersilahkanya berbicara.

"Pertunangan kalian akan Ayah laksanakan saat kau memakai mahkota itu." ucapnya sambil menunjuk sebuah mahkota yang di lindungi oleh kaca anti pecah berbentuk persegi. Lalu apa maksudnya, pertunangan siapa?

"Maaf Ayah. Pertunangan siapa?" tanyaku penasaran.

"Tentu saja kau dan Pangeran Arthur."

Deg!

Apa Ayah tidak salah berbicara? Aku tunangan dengan Arthur saat aku dinobatkan sebagai Ratu? Dan itu artinya 15 hari lagi!

"Ayah, kami tidak saling mencintai. Bagaimana mungkin kamu tunangan dengan orang yang tidak kita cintai." bantahku. Ayah menatapku tajam.

"Ini sudah kesepakatan kita semua, Rena! Kau tidak bisa membantahnya." sepertinya aku tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Yang bisa aku lakukan adalah meminta bantuan kepada kak Alexis dan Bunda dengan tatapan memelas.

"Apa ini tidak terlalu cepat Ayah? Setau Alexis, tata peraturan dikerajaan ini adalah seorang adik tidak boleh melangkahi kakaknya terlebih dulu. Bukan begitu, Bunda?" kak Alexis memang pintar. Aku ikut mengangguk semangat.

"Biar Ayah yang menjelaskan lebih detail." jawab Bunda.

"Begini Alexis. Memang benar adanya peraturan seperti itu. Tapi jika seorang adik itu mempunyai darah pewaris tahta maka diperbolehkan baginya untuk melangkahi kakaknya." adakah peraturan seperti itu? Tapi aku belum pernah membacanya. Apa itu hanya dibuat Ayah semata?

Aku mengehela nafas mendengat penjelasan Ayah. "Aku mengantuk. Nanti akan kupikirkan 14 hari. Permisi." aku meninggalkan semua orang yang berada di ruang keluarga. Aku tidak mengantuk, tapi aku bosan jika terus-terus saja membahas hal seperti ini.

*

Siang ini aku berniat ingin pergi ke tepian pantai. Aku ingin mengingat semuanya sebelum aku akan melupakan semuanya.

Sial! Mengapa harus ada penjaga dipintu gerbang. Aku harus mencari akal untuk bisa keluar dari istana.

"Maaf Tuan Putri, anda mau kemana? Biar kami temani." ucapnya sebelum aku keluar dari gerbang.

"Mm, a-aku ingin bertemu dengan pangeran Arthur. Tidak usah, aku butuh privasi denganya."

"Baiklah."

Huft! Untung saja aku bisa keluar dari sini. Aku berenang secepat mungkin. Sudah tidak sabar ingin pergi ke tempat itu.

Kini aku sudah berada diatas permukaan laut. Aku sunggu sangat lega bisa melihat tempat dimana aku dan dia bertemu.

Tapi, tunggu! Itu dia! Dia ada disini?! Betapa bahagianya aku melihat dia ada disini. Tapi, dibelakangnya muncul sosok Rain. Dia kesini bersama Rain? Tega sekali dia! Mengapa mereka berlibur harus ketempat ini? Sungguh dadaku kembali terasa sakit. Dan aku harus segera cepat-cepat pergi dari sini.

Bersambung

Love
Sillverss

MermaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang