Andre's POV
Hari kemarin adalah hari yang paling menyenangkan bagiku, karna kemarin si Arthur tidak masuk sekolah, Lorena bilang sih sakit. Aku baru tau orang kaya si Arthur bisa sakit.
Aku bisa berduaan bebas dengan Lorena sepuasnya dis sekolah tanpa gangguan si Arthur.
Arthur itu kaya pengawalnya si Lorena ya. Kemana-mana pasti bareng Lorena terus, dan besok adalah weekend, dan aku berencana ngajakin Lorena jalan keluar.
Tiba saat nya, aku sudah ada di depan apartemen Lorena. Aku segera memberi tahu si Lorena untuk mengajaknya jalan. Aku harap dia mau dan pastinya dia mau.
Tidak lama aku mendapatkan balasanya, dan akhirnya dia mau, aku harus menunggu nya selama 10 menit. Ada sedikit rasa kecewa karna Lorena akan mengajak Arthur, aku sih tidak masalah.
Aku melihat ke arah pintu utama apartemen dan keluarlah seorang Princess putri duyung yang sedang menjelma menjadi manusia. Tapi, aku tidak melihat dia bersama Arthur, aku yakin Arthur pasti tidak mau ikut, bagus.
*
"Kita ngapain kesini?" tanya nya. Aku hanya tersenyum dan menggenggam tangannya seolah takut dia hilang.
"Kamu pasti suka. Ikuti saja," dia tidak banyak bertanya lagi, aku terus menyeretnya ke tempat yang pasti tidak akan pernah dia lupakan bersama ku. Karna aku tau waktu dia di dunia manusia tidak lah banyak.
Aku sengaja membawa Lorena ke tempat bermain yang bernama Time Zone. Catat! Bukan Friendzone ya.
Mata Lorena tampat berbinar melihat tempat yang ramai dengan anak kecil, ada juga anak yang seusia kami dengan pasanganya ataupun teman satu genk nya.
"Wahh! Bagus sekali, aku suka tempat ini aku pengen main yang itu," Lorena menunjuk arena bermain basket. Aku hanya mengangguk dan segera membeli koinya.
Saat kami sudah membeli koin, kami segera menuju stand basket yang masih kosong. Dia sangat terlihat antusias untuk memasukan bola kedalam ring. Terkadang dia juga tertawa saat bola tidak berhasil masuk dan malah melesat keluar, sementara aku harus mengambil bola itu.
Sudah lebih dari tiga jam kami bermain di Time Zone. Dan sekarang kami sedang beristirhat di bangku yang sudah di sediakan. Sepertinya dia terlihat lelah.
Aku berdiri untuk membeli minuman tapi lengan dia menahanku untuk pergi.
"Mau kemana?"
"Aku mau membeli minuman, kamu pasti haus iya kan?" dia mengangguk dan aku pergi meninggalkan dia sendiri dan tidak akan jauh dari nya.
5 menit aku kembali, tetapi aku tidak mendapati Lorena di tempat kami duduk tapi, kemana dia? Kenapa tiba-tiba dia menghilang.
"Maaf mbak, apa mbak liat cewe rambutnya sebahu, memakai baju biru muda disini?" aku mencoba bertanya pada seorang mbak-mbak tentang keberadaan Lorena.
"Maaf de, gak liat."
Duh! Rena, kamu dimana sih. Aku harus cari kamu kemana. Dia kan belum tau tempat seperti ini.
Tiba-tiba aku melihat Lorena keluar dari toilet, ternyata dia habis dari sana. Huh! Bikin khawatir aja.
"Kenapa kamu gak bilang mau ke toilet?" tanyaku langsung. Dan memberikan minumanya kepada Lorena.
"Maaf, tadi aku buru-buru gak sempet bilang sama kamu." jawabnya.
"Perasaan tadi kamu pake kalung warna putih, terus yang warna birunya ada satu deh. Kok sekarang yang warna birunya ada tiga sih?" aku bingung dengan kalung yang dia kenakan. Untuk apa dia mengganti kalungnya.
"Oh, sebenarnya tapi aku sedang butuh air. Kalung ini yang menjadi pertanda jika aku membutuhkan air. Dia akan berwarna biru jika aku sudah tersentuh air." jelas nya. Aku mulai mengerti sekarang.
"Ya ampun Andre, kamu kesini kok gak ngajak aku sih? Kamu malah pergi sama cewe ini." Aduh kenapa bisa ada si Fia sih.
"Kamu ngapain sih kesini. Suka-suka aku dong mau kemana aja dan sama siapa aja. Kok kamu yang sewot, lagian kan kamu udah sama si Ira." ucap ku. Aku benar-benar kesal jika sudah dihadapkan dengan Fia.
Dari pada dia semakin mencari masalah sebaiknya aku pergi dengan Lorena menghindari Fia dan Ira. Aku mendengar gerutuan Fia dari kejauhan karna suara dia kan kaya kaleng rombeng.
*
"Kamu mau makan apa?" ya, aku dan Lorena berada di sebuah cafe yang berada di dalam mall.
"Aku mau sandwich tuna sama lemon tea aja." ucapnya menyebutkan apa yang dia mau.
Pelayang tersebut segera mencatat pesanan kami, dan pegi menuju dapur. Kami di landa keheningan kembali. Ayo Andre, cari topik.
"Rena," aku mencoba memanggilnya dan dia menatap wajahku. "Aku su-"
"Ini mas mbak pesananya, maaf menunggu lama." perkataanku di potong oleh pelayan yang mengantarkan pesanan kami.
"Ren, aku-"
"Sstt. Nanti aja bicara nya, sekarang kita makan dulu aku udah laper nih." lagi. Kali ini Lorena yang memotongnya. Huft! Baiklah, maybe someday.
Kali ini hanya suara garpu dan sendok yang beradu dengan piring. Tidak kata sepatah kata yang keluar dari mulut kami sebelum makanan yang kami pesan habis.
"Nah sekarang udah selesai makan nya. Tadi kamu mau bicara apa?" hilang sudah mood ku untuk mengatakanya kembali, aku takut ada seseorang lagi yang memotongnya.
"Aku lupa. Lain kali aja." aku terpaksa berbohong dan aku tidak mau Lorena terus mendesaku menanyakan hal itu lagi.
Kami kembali jalan-jalan di sekitar mall. Niat nya mau pulang, tapi kurasa waktu masih lama dan aku masih ingin bersama Lorena.
"Ari aku ingin kesana." Lorena menunjuk sebuah photobooth.
Aku segera menariknya, dan kami sudah berada di dalam photobooth. Banyak sekali ekspresi yang kami keluarkan. Disana Lorena benar-benar tertawa senang.
Cekrek! Cekrek! Cekrek!
Hasil nya sangat memuaskan disana aku bisa melihat Lorena tertawa bersamaku. Dia juga terilah cantik sekali.
"Nih yang ini kamu lucu banget sih. Hahaha" lagi-lagi Lorena meledek ekpresiku.
Aku hanya pura-pura marah ataupun kesal karna dia menertawakanku terus.
Ya, hari ini aku sangat puas sekali bisa berduaan full dengan Lorena. Walaupun aku tidak sempat mematakanya. Tetapi aku cukup puas."Makasih ya buat hari ini." ucapnya saat aku usai mengantarkan dia pulang.
"Sama-sama. Jangan lupa tidur yang nyenyak, besok sudah masuk sekolah lagi. Aku pulang dulu ya, see you tomorrow" aku memberanikan diri untuk mencium puncak kepala Lorena. Dia terlihat seperti menahan malu tapi aku suka dengan warna pipinya.
Aku sudah berada di mobil dan melajukan mobilku meninggal kan Lorena yang masih menunguku.
Bersambung.
Love
Sillverss
KAMU SEDANG MEMBACA
Mermaid
FantasySalahkah jika putri duyung sepertiku menyimpan perasaan kepada seorang manusia sepertinya? Aku mencintainya apakah itu salah? Meskipun diriku akan berakhir menjadi buih-buih gelembung seperti kisah putri Ariel aku tak masalah, aku hanya ingin bersam...