Andre's POV
Aku merutuki diriku sendiri sejak tadi. Karna dengan bodohnya aku mempersilahkan Rain untuk ikut bersama kami. Tadinya aku berniat akan pergi berdua denga Vivi. Tapi dia tetap saja memaksa untuk ikut bersama kami.
Sepanjang perjalanan dia banyak berceloteh dan bertingkah. Mulai dari mananyakan mengapa aku menjemput Vivi, lalu menuduhku berselingkuh dengan Vivi, dan lain sebagainya yang tidak aku dengarkan.
"Oya, dari tadi kita jalan. Kok aku belum tau arah tujuan kita kemana?" tanya nya untuk kesekian kali. Sementara Vivi sudah tertidur di jok belakang, mungkin saja dia lelah mendengar celotehan Rain sejak tadi.
"Kita akan ke pantai Klayar." jawabku singkat tanpa menoleh kearah Rain.
"Jauh banget, kita kepantai kuta aja."
"Heh! Itu lebih jauh lagi! Udah deh lo diem. Gue lagi fokus nyetir supaya bisa cepet-cepet sampe." kesabaranku sudah habis , dan berakhir aku membentaknya. Berhasil, kali ini dia diam tanpa bersuara.
Hingga akhirnya kita semua sampai ditempat tujuan setelah memakan waktu ber jam-jam didalam mobil. Aku memindahkan sebagian bajuku yang ku bawa ke villa begitu juga dengan Vivi. Rain hanya diam, karna dia memang tidak membawa baju satupun.
"Ari, kita nginep disini?" tanya nya dengan polos.
"Iya. Lo mau pulang, pulang aja." usirku dengan halus.
"Kok kamu gitu, ini kan udah malem. Tapi aku gak bawa baju gimanam?"
"Ya lo pake baju itu lagi lah," Vivi menimpali.
"Gue minjem baju lo ya."
"Gak! Enak aja. Entar baju gue kena virus lagi."
"Udah, diatas ada baju cadangan. Kamu pake aja yang itu." saranku. Lalu dia menganggku dan kami segera memasuki kamar masing-masing.
Pagi menjelang, disini aku hanya bisa melijat hamparan laut dari balkon villa. Yaps, laut yang akan dikuasai oleh Lorena Semoga kau masih ada disini, menungguku.
"Andre, kapan kita ke pantai? Katanya mau nyari Lorena." aku terkejut dengan suara Vivi yang tiba-tiba saja ada disampingku.
"Satu jam lagi, ini masih terlalu pagi. Lagian belum tentu jika dia ada disini dan dia akan menampakan dirinya di atas permukaan laut." jawabku. Terdengar helaan nafas dari Vivi. Begitu juga denganku.
"Good morning, babe. Nyenyak gak tidurnya." lagi-lagi Rain memeluku dari belakang. Ya ampun aku kira dia sudah mandi, ternyata belum.
"Hm" jawabku hanya dengan deheman.
"Ih bau banget sih! Sana mandi duku kek!" usir Vivi sambil menutup hidungnya dan mengibas-ngibaskan tanganya diudara.
"Ih apaan sih lo! Gue wangi ko." ucao Rain yang menciumi lengannya sendiri.
"Cuma orang gak waras aja yang bilang lo wangi, Rain!"
"Udah. Sebaiknya lo mandi, gue sama Vivi sarapan duluan. Kalo nungguin lo mandi, bisa-bisa kita mati kelaparan." aku mendahului mereka masuk ke villa lagi diikuti oleh Vivi dan Rain.
*
Sebenarnya aku tidak suka jika harus bertemu dengan laut lagi, itu akan mengingatkanku pada kecelakaan itu, dimana aku pasti mati tenggelam jika bukan Lorena yang menolongku.
Rain berjalan dibelakangku, sementara Vivi dia ingin kembali ke villa karna handphone dia tertinggal. Aku sudah sampai ditepi pantai, masih sama seperti yang dulu suasananya. Rain berpindah ke sisiku.
"Andre, kita ngapain ke pantai, kamu so sweet banget sih bawa aku ke pantai." lagi-lagi Rain bergelayut manja dilenganku.
Tunggu! Aku melihat ada ekor duyung yang masuk kedalam air lagi. Itu dia! Dia ada disana, dia ada!
"Lorena!"
Aku berlari menuju laut untuk mengejar Lorena. Aku harus bertemu denganya. Aku harus!
"Andre!"
Aku tidak perdulikan teriakan Rain maupun Vivi yang berteriak ditepi pantai. Aku terus mengejranya hingga batas air mencapai bagian dadaku, tapi aku belum menemukanya juga.
Sial! Aku kehilangan jejak dia. Lorena! Ayo muncul lagi, temui aku. Aku merindukanmu.
"Lorena! Kau dimana?!" sesekali aku berteriak memanggil namanya. Hanya deburan ombak yang menjawab teriakanku. Hening, tidak ada tanda-tanda dia akan muncul kembali.
Aku hanya bisa kembali ketepian pantai duduk diatas pasir putih. Vivi terlihat menghampiriku juga dengan Rain. Aku mengusap kasar wajahku, aku penyebab dia pergi dari hidupku. Aku pantas untuk disalahkan. Aku menyesal!
"Andre! Gak semudah itu lo bisa bikin Lorena kembali dikehidupan lo, semua butuh proses. Mungkin saja dia ngehindarin lo, karna dia butuh ketenangan hati." ucap Vivi seraya mengusap punggungku pelan. Tetap saja aku tidak bisa tenang jika Lorena tidak ada disampingku.
"Andre, maafin gue ya. Ini juga salah gue. Gue udah sadar cinta itu gak bisa dipaksain. Gue udah tau semua tentang Lorena, dan siapa dia sebenarnya dari Vivi. Lo keliatan tulus sama Lorena. Jadi gue serahin lo sama Lorena, gue ikhlas." aku terkejut dengan perkatan Rain. Kemasukan apa dia? Apa dia sudah sepenuhnya sadar? Syukur deh kalau begitu.
"Thanks ya, Rain." sengaja aku memeluknya. Karna ingin mengucapkan terimakaish dan memberi sedikit semangat kepadanya, walaupun aku tidak bisa memcintainya lagi.
"Iya sama-sama." Rain membalas pelukanku.
Seharian ini aku masih disini, masih ditempat yang sama sejak pagi tadi. Vivi dan Rain sudah kembali ke villa. Awalnya mereka mengajaku juga, tapi aku enggan untuk singgah dari tempat ini.
Semilir angin menerpa tubuh dan rambutku. Menatap lurus lautan lepas, menikmati ombak yang menerpa kakiku. Ini akan menjadi tempat favoritku. Tempat dimana aku akan menunggunya sampai kapanpun.
*
Ini hari ke 14 aku masih berada di pantai klayar. Masih menunggu nya yang tidak kunjung muncul kembali. Ditempat yang sama ditepi pantai. Vivi dan Rain sudah kembali ke Jakarta, tinggalah aku sendiri disini. Syukurlah mereka sudah pulang, jadi aku bisa lebih menikmati tempat ini.
Aku melihat dari jauh seorang gadis cantik seperti menghampiriku. Aku yakin dia bukan penduduk asli orang sini. Dia menggunakan dres selutut tanpa lengan dan rambutnya dihiasi tiara yang sangat berkilau jika diterpa matahari.
"Kau Andre?" tanya nya. Bagaimana dia tau namaku?.
"Iya. Kamu siapa ya?" aku berdiri untuk mensejajarkan tubuhku dengannya.
"Aku Alexis. Kakak kandung dari putri Lorena."
Alu terkejut mendengar kalimat terakhir darinya. "Ada perlu apa?"
"Aku hanya ingin sekedar memberi tau, jika putri Lorena akan segera dinobatkan sebagai Ratu sekaligus bertunangan dengan Pangeran Arthur." ucapnya tanpa basa basi. Tunangan?! Secepat itu?! Gak! Ini tidak boleh terjadi.
"Gak! Ini gak boleh terjadi. Apa aku bisa menemui Lorena sekarang?" tanyaku memegang kedua bahunya.
"Jika kau ingin menemuinya, temui dia didasar laut tepatnya kau diundang keacara pertungangan dia. Aku tau, manusia sepertimu tidak bisa bernafas didalam air. Maka, makanlah ganggang yang ada disebelah utara laut, dan kau akan bisa bernafas didalam air. Dan aku akan menunggumu dibatu karang ke tiga." jelasnya. Aku cepat mengangguk menyetujui persyaratanya.
"Satu lagi, jika mau sudah bertemu denganya. Jangan pernah berdekatan denganya"
"Mengapa?"
"Karna dia telah jatuh cinta kepadamu. Dan jika dia berhadapan denganmu dan mengucapkan bahwa dia mencintaimu. Maka, dia akan menjadi buih-buih gelembung. Menghilang dan tidak akan pernah kembali. Jadi, jangan lakukan itu!" aku harus mengingatnya walaupun berat bagiku. Ini demi kebaikan dia. Bisa melihat dia dalam keadaan baik-baik saja. Itu sudah lebih cukup bagiku.
Bersambung
Love
Sillverss
KAMU SEDANG MEMBACA
Mermaid
FantasySalahkah jika putri duyung sepertiku menyimpan perasaan kepada seorang manusia sepertinya? Aku mencintainya apakah itu salah? Meskipun diriku akan berakhir menjadi buih-buih gelembung seperti kisah putri Ariel aku tak masalah, aku hanya ingin bersam...