Mermaid: Fourteen

1.4K 93 0
                                    

Lorena's POV

Sedari tadi di sekolah, tidak tau kenapa bagian dadaku selalu tetasa sakit, apa aku terlalu berlama-lama di dunia manusia? Jika iya, kenapa Arthur tidak merasakan hal yang sama. Berarti bukan, lalu apa lagi.

Setiap aku melihat atau mendengar Andre bersama Rain, rasa sakit ini selalu muncul. Rasa sakit ini belum pernah aku rasain seumur hidup ku.

"Rena. Kau harus minum ini dulu, ini akan meredakan sakit nya." Arthur memberiku ramuan yang dibuatnya dari alga merah. Aku mencoba untuk meminumnya  walaupun aku tau ini pasti rasanya tidak enak.

Aku menaruh kembali gelasnya. Arthur tampak memandangiku intens, dan memegang kalung mutiaraku.

"Ada apa?" tanyaku bingung, dia terus saja memperhatikan kalungku.

"Tidak ada masalah. Aku hanya heran saja kau sakit karna apa. Ini tidak mungkin berasal dari kalungmu." pikiranku dengan Arthur ternyata sama. "Wajahmu juga terlihat pucat Rena, aku khawatir kau kenapa-kenapa. Apa tidak sebaiknya, kita pulang ke kerajaan?" tanya nya.

"Aku gak mau Arthur. Jangan sekarang-sekarang dulu. Masih ada waktu 15 hari lagi." ucap ku. Aku belum sip untuk berpiaah dengan Andre.

"Terserah kau saja. Kalo gitu, aku pergi sekolah dulu. Kau tetep di apartemen, jangam kemana-mana. Tunggu aku pulang, dan jangan lupa makan. Kalo ada apa-apa telpon aku. Bye." aku hanya memutar kedua mataku mendengar celotehan Arthur.

Berada di apartemen sendirian itu bukan hal yang menyenangkan bagiku, hanya suara televisi saja yang sedang aku tonton di apartemen ini.

Saat sedang asik menonton acara tv, ponsel ku berbunyi menandakan ada yang menepon, aku segera meraih nelponku yang segara diatas nakas.

'Andre's Calling'

Aku menggeser layar ponselnya kearah kiri.

"Hallo?"

'Kamu masih sakit?'

"Iya nih, jangan alfa in aku ya disekolah."

'Oh iya tenang aja. Boleh aku nengok?'

"Mending gak usah deh, aku mau istirahat dulu. Maaf ya."

'Oh gitu, ya udah gak papa. Ya udah aku tutup ya telponya, cepet sembuh princess'

Andre menutup telponnya. Sebenarnya aku mau jika Andre menengok ku. Tapi saat Andre ada disampingku sakit itu kembali menyerangku.

Sekarang masih jam 11 siang. Dua jam lagi Arthur pulang. Oh Tuhan! Aku sudah tidak kuat jika harus berlama-lama ada di apartemen, apa yang harus lakukan. Semua nya sudah aku lakukan, tapi tetap saja bosan.

Aku punya ide, kenapa dari tadi aku tidak memikirkan untuk pergi kecafe. Disana kan rame, untung saja cafe nya ada disebelah apartemen, jadi tidak jauh-jauh jika Arthur mencariku. Aku segera mengganti pakaianku untuk pergi ke cafe.

*

Aku memilih tempat duduk yang tidak terjamah oleh keramaian. Lalu aku memesan hot chocolatte untuk menghangatkan tubuhku. Sambil sharing-sharing di google ataupun mengecek sosmed, sampai akhirnua bermain game.

"Lorena." aku menengadah untuk mengetahui seseorang yang menyapaku.

"Kak Alexis?!" aku terkejut, ternyata itu kak Alexis. Lalu aku berhambur memeluk kak Alexis. "Ka Lexis ngapain ada di dunia manusia?"

"Em, sebaiknya kita ngobrol di apartemen kamu deh." aku segera mengajak kak Alexis ke apartemenku untuk membicarakan hal ini.

"Wajah kamu pucat, kamu sakit?" ka Alexis memegang kedua pipiku. Aku melepaskanya.

"Aku gak tau ini sakit apa. Dadaku selalu terasa sakit jika mendengar atau melihat Andre dengan Rain."

"Kau cemburu, Rena" ucap kak Alexis. Cemburu? Apa itu.

"Maksud kakak?" aku semakin bingung di buatnya.

"Ini adalah proses kamu akan mulai jatuh cinta kepada Andre, Rena. Dan ini gak boleh terjadi, kau pasti akan menjadi buih-buih gelembung." aku terlejut atas ucapan kak Alexis. Aku jatuh cinta kepada Andre? Ini sungguh diluar dugaanku.

"Jatuh cinta?!"

Aku dan kak Alexis menoleh kearah pintu kamarku dan terkejut dengan keberadaan Arthur diambang pintu.

"Arthur."

"Apa maksudnya? Kau jatuh cinta kepada Andre?!" tanya nya dan mulai mendekati kami.

"Bukan Arthur, tapi ini masih proses." sela kak Alexis.

"Lalu kita harus bagaimana untuk mencegahnya?" tanya Arthur antusias.

"Kita harus membawa Lorena pulang ke kerajaan."

"Gak! Aku gak mau!" aku belum siap pulang sekarang. Aku masih ingin bertemu dengan Andre.

"Kenapa?" tanya mereka bersamaan dan menatapku intens.

"Aku masih ingin bertemu dengan Andre." jawbaku dengan sura sangat kecil. Mungkin saja mereka tidak mendengarnya.

"Apa kau sudah gila! Kau bisa mati Rena! Sedangkan rakyat kita dikerajaan bawah laut sangat menanti pewaris kerajaan selanjutnya, yaitu kamu!" aku hanya bisa menundukan kepala saat melihat amarah kak Alexis murka. Ini sungguh pilihan yang berat bagiku. Andai saja bukan ku pewaris tahta selanjutnya, mungkin aku tidak mengalami hal seperti ini.

"Kenapa bukan kak Alexis saja yang menjadi Ratu?! Kenapa harus aku kak?! Aku benci keadaan yang seperti ini!" aku semakin kacau saat ini. Aku hanya bisa melampiaskan amarah ku dengan mengacak-acak tempat tidur, air mataku sudah banyak yang keluar.

"Sudah Alexis, sebaiknya kita keluar. Biarkan dia menenagkan dirinya terlebih dulu." aku melihat Arthur dan kak Alexis. Kini hanya tinggal aku sendiri di kamar. Menangis sejadi-jadinya, menenggelamkan diri dibalik selimut tebal.

TRING!

Aku meraba-raba tempat tidur ku untuk mencari ponselku yang berbunyi.

•AndreaHenry
Rena, bisa keluar sebentar? Aku ada di lobi apartemen kamu.

LorenaMT
•Maaf Andre, aku sedang tidak mood untuk keluar apartemen (read)

Maaf kan aku Andre, mungkin aku harus mengikuti jalan kak Alexus dan Arthur. Aku harus mulai melupakan Andre. Bagaimanapun aku dan Andre sangat lah berbeda.

Aku hendak keluar untuk menemui kak Alexis dan Arthur. Mereka sepertinya sedang berbincang.

"Kak Alexis, aku mau pulang." ucapku dengan ekspresi yang tidak mudah terbaca. Arthur dan kak Alexis saling pandang dan tersenyum sumringah.

"Syukurlah kalau begitu. Besok juga kita akan pulang." ucap ka Alexis. Lagi-lagi aku mengeluarkan ari mataku. Dan berlari keluar apartemen.

Di lobi aku mendapati Andre yang tengah duduk dan memainkan ponselnya. Dia ternyata menyadari keberadaanku. Dan segera menghampiriku. Aku langsung menghambur kedalam pelukan Andre.

"Kenapa nangis? Apa ada yang sakit?" tanya nya lembut tepat ditelingaku.

Aku menggeleng, sepertinya sangat susah mengucapkan kata perpisahan kepada Andre.

"Andre, aku akan pulang ketempat asalku. Aku mau minta maaf sama kamu, dan terimakasih sudah mengajariku tentang kehidupan disini." Andre melepas pelukanku, wajahnya seperti bertanya-tanya.

"Kenapa secepat ini?"

"Aku hanya ingin mengobati rasa sakit ini, Andre. Sekali lagi terimakasih untuk semuanya.

'Dan terimakasih, kau sudah membuatku jatuh cinta kepadamu.'

Kata-kata yang terakhir itu aku ucapkan didalam hatiku. Lalu aku kembali menuju lift meninggalkan Andre yang masih memandangiku. Hingga pandangan kami tertutup oleh pintu lift.

Bersambung

Love
Sillverss

MermaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang