Mermaid: Six

2.4K 123 3
                                    

Lorena's POV

Saat aku sedang enak-enak nya makan. Ada seorang perempuan menghampiri kami dan bertanya kepada Andre.

Sepertinya dia tidak suka jika aku berdekatan dengan Andre. Begitupun aku, aku sangat jijik melihat dia nempel-nempel dengan Andre.

Andre sepertinya tidak suka juga dengan keberadaan gadis itu. Dan dia segera menariku pergi dari kantin dan kami sudah berada di pinggir lapangan basket menikamati orang-orang yang sedang main basket. Hanya ada keheningan di antara kami. Kecuali suara riuh para pemian basket.

Dia terus menatapku sehingga membuatku sedikit merasa risih.

"Lorena." aku terkreut karna tiba-tiba dia memanggilku. Aku menengok ke arahnya. "Apa kamu selamanya akan menjadi manusia?" mengapa dia bertanya seperti itu. Aku tidak tau kapan aku akan berhenti menjadi manusia dan kembali kelautan.

"Em, aku tidak tau. Hingga aku lelah saja menjadi manusia." ucap ku. Ya, mungkin hingga aku lelah dan bosan menjadi manusia. Entah itu kapan, aku berharap akan menjadi manusia seterusnya. Tapi bagaimana dengan nasib keluarga ku di kerajaan bawah laut, aku juga tidak mungkin meninggalkan mereka. Ah, akan ku pikirkan nanti.

*

"Arthur, apa kau sudah sembuh?" aku melihat Arthur tengah berbuat sesuatu di dapur. Sedang membuat apa dia.

"Tadaa! Ini Spaghetti khusus untuk kau. Aku sengaja membuatnya, karna aku tau kau pasti lelah sehabis pulang sekolah." wanginya sangat harum, dan aku betah menghirup aroma sedap nya. Bentuknya seperti cacing, aku sedikit jijik. Tapi karna bau nya yang sangat enak mau gak mau aku pasti akan memakanya.

"Apa ini enak, dan gak akan membuatku mati terkena racun?" aku memastikan jika makanan ini tidak bermasalah.

"Hahahaha. Loren, mana mungkin aku memberimu makan yang ada racunnya. Buat apa coba? Ayo makan, enak atau tidak buatanku?" aku sedikit ragu untuk menyendok cacing tersebut. Dan aku mulai membuka mulutku sambil menatap mata Arthur.

Slurrp!

Aku membalalakan mataku karna terkejut. Ini sungguh sangaat enak!
Arhur pintar sekali membuatnya. Aku terus menyendok makanan yang bernama spaghetti itu hingga tandas.

Arthur hanya terkekeh melihatku seperti orang yang kelaparan. Dia menaruh air putih di atas meja, dan aku segera meminumnya hingga habis. Kenyang sekali! Tidak sia-sia aku mengajak Arthur untuk menjadi manusia juga. Kalau saja aku tidak mengajaknya, sudah pasti tidak tau tentang dunia manusia.

"Terima kasih, Arthur. Ini sungguh enak sekali, lain kali buatkan aku seperti ini juga ya."

"Sama-sama. Oke, jika kau memang menyukai masakanku." dia menaruh piring sisa makananku ke tempat cucian dan kembali duduk disamping ku untuk menonton tv. "Selama tidak ada aku di sampingmu. Apa kau baik-baik saja di luar sana?"

Aku mengangguk. "Aku baik, untung saja ada Andre yang menemaniku di sekolah." Arthur menurunkan rangkulan tanganya di pundaku. Dan dia membenarkan posisi duduknya. "Kenapa?"

"Nothing," jawabnya dan dia jadi lebih fokus terhadap tayangan di tv. Ada apa dengan Arthur.

"Besok kau sudah masuk sekolah?" tanya ku memancing pembicaraan, aku tidak suka dengan suasana hening.

"Ya, sepertinya begitu. Aku tidak terlalu suka jika harus berdiam diri di dalam apartemen." da menjawabmya dengan matanya yang masih ke arah tv.

"Em, sampai kapan kita akan menjadi manusia?" pertanyaan yang bodoh. Pertanyaan itu dengan tidak sengaja nya keluar dari mulutku.

"Aku kira kita membutuhkanya dalam waktu 100 hari, itu sudah cukup. Aku tidak mau kedua keluarga kita mencemaskan kita karna berlama-lama berpetualang." ucapan Arthur ada benarnya. Aku tidak bisa berlama-lama di dunia manusia, kurasa dalam waktu segitu sudah cukup untuk menikmati dunia manusia. Tapi tidak untuk bersama Andre.

"Kau kenapa?" tanya Arthur, apa dia melihat wajahku yang muram? Aku hanya menjawabnya dengan gelengan semata lalu dia fokus kembali ke layar televisi.

*

Hari ini sekolah libur, dan aku tidak bisa bertemu dengan Andre untuk hari ini, sudah jam 10 lebih tetapi aku dan Arthur hanya berdiam diri di dalam apartemen, tanpa melakukan apapun. Ternyata yang namanya libur itu sangat membosankan.

TRING!

Aku mendapat sebuah WA dari Andre. Aku segera membukanya karna penasaran dengan isi pesan yang Andre kirim.

Wattshap mode on

AndrHenry
•Loren, jalan yuk! Aku udah ada di apartemen kamu sekarang.

LorenaMT
•Ayo! Aku siap-siap dulu ya. Tapi aku boleh ajak Arthur kan?

AndrHenry
•Oke, waiting.

Wattshap mode off

"Arthur! Sebaiknya kau siap-siap. Kita akan pergi jalan-jalan." ucapku dan segera berdiri untuk menuju kamarku.

"Kemana? Sama siapa?" tanya nya yang terlihat masih santai.

"Ikut aja! Ayo cepet!"

Brak!

Aku tidak sengaja membanting pintu kamar karna tidak sabar ingin pergi jalan-jalan bersama Andre. Aku sudah mengacak-acak isi lemari untuk mencari pakaian yang pas. Sekitar 10 menit aku sudah berpakaian rapi dan tentunya cantik. Aku memandang diriku di depan cermin, perfect!

Saat aku kuluar dari kamar, aku masih mendapati Arthur belum mengganti bajunya dan masih bersantai menonton televisi.

"Arthur! Kau tidak ikut?" dia melihat ku sejenak.

"Aku tidak mau ikut, dan kalaupun aku ikut kau pasti akan sibuk berdua dengan Andre," Aku melihat sekilas ke arah jendela dan aku lihat tirainya sedikit terbuka.

"Kau sudah tau. Aku akan pergi bersama Andre?" dia hanya mengedikan bahunya dan pergi dari hadapanku menuju apartemenya lewat pintu yang terhubung itu.

Aku kembali mengedikan bahu dan segera menuju keluar untuk menemui Andre. Masa bodo Arthur, aku kan sudah mengajaknya.

Aku melihat Andre duduk di kursi kemudi dengan pinyunya yang terbuka. Dia mengenakan baju hitam senada dengan warna mobilnya, ya ampun dia sangat tampan sekali jika sudah berpadu dengan mobil yang keren.

Dia melihatku keluar dari gedung apartemen, dan berdiri seperti ingin meyambutku. Dia tersenyum dan aku pun membalasnya dengan senyuman juga lalu sampai di hadapan Andre.

"Arthur mana?" perkataan pertama yang dia ucapkan. Kenapa harus menanyakan Arthur, apa sebenarnya dia ingin pergi bersama Arthur?

"Oh, dia tidak mau pergi. Katanya ingin menyelesaikan tugas, kemarin kan dia tidak sekolah." maaf Andre aku berbohong. Sepertinya Arthur tidak suka jika harus pergi bersamamu.

Dia mengangguk. "Ya sudah, ayo naik." Ari membukakan pintu untukku dan aku tersenyum dan segera duduk di dalam mobil. Andre pergi ke arah pintu kemudi dan segera melajukan mobilnya.

Bersambung

Love
Sillverss

MermaidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang