S E M B I L A N

502 212 132
                                    

FELICIO berhenti di pinggir jalan dengan napas terengah-engah. Napasnya habis karena kelelahan mengejar Echa yang lari begitu saja dari bar. Gadis itu berlari jauh sekali—terlalu jauh, malah, sampai Felicio harus berlari kencang seperti orang gila yang berujung membuatnya kini hampir tidak bisa bernapas. "Rebecca!" panggil Felicio ulang.  Ampun, deh. Apa sih yang gadis itu pikirkan? Untung jalanan sepi, jadi nggak ada yang mengenali dia di sini.

Akhirnya cowok itu sampai juga di tempat Echa. Napas gadis itu sendiri ternyata juga terengah-engah. Dengan sedikit kencang cowok itu menyentakkan bahu Echa. "Bec, lo apa-apaan sih? Kabur gitu aja tanpa pamit! Nggak enak sama Sally Alexandra, Bec! Gimana kalo dia habis ini mutusin kontraknya sama lo, terus lo—" Felicio tergagap ketika menyadari air mata telah mengguyur habis pipi Echa. Cowok itu seketika teringat, bahwa bersama Echa ia tidak bisa menggunakan nada kencang. Sambil menundukkan kepalanya cowok itu berbisik, "Sorry. Bukan maksud jahat gue ngegas sama lo. Lo kenapa, Cha? Ada yang lo takutin?"

Selebriti cantik itu menggelengkan kepalanya, akan tetapi matanya masih tidak menatap ke arah Felicio. Matanya seolah terpaku kepada jalanan yang ada di bawahnya. "Aku bukan nangis karena kamu."

"Terus karena...?"

"Orang yang memperhatikanku."

Felicio mengernyit. "Siapa?"

Sebutir air mata Echa kembali menetes, tampak bersinar di tengah gelapnya malam. "Aku tadi melihat ada yang memperhatikanku di depan kamar mandi. Mungkin kamu nggak liat, karena itu samar-samar banget. Tapi aku tahu, dia memperhatikanku. Seringainya kelihatan menakutkan. Aku takut kalau itu..." Echa terisak. Kedua tangannya terangkat untuk menyembunyikan wajahnya. "Aku yakin mereka sudah tahu siapa aku. Siapa Rebecca Alessiya. Mereka sudah tahu dimana aku tinggal. Itulah kenapa tanpa berpikir lagi aku lari sekencang-kencangnya. Di pikiranku, aku hanya tidak boleh tertangkap olehnya."

Felicio menarik gadis penakut itu ke dalam pelukannya. "Kenapa lo seyakin itu?" tanyanya sambil mengusap rambut palsu Echa yang berwarna hitam mengkilat di bawah terangnya cahaya bulan.

Akan tetapi Echa tidak menjawab pertanyaannya. Gadis itu diam dalam pelukannya tanpa membalas, napasnya terdengar semakin tidak teratur—yang entah karena menangis, ngos-ngosan, atau dua-duanya. Felicio sangat bisa merasakan betapa gemetarnya gadis itu dalam pelukannya, serta seberapa besarnya keinginan gadis itu untuk berteriak dan melampiaskan ketakutannya. Yang Felicio sendiri tidak tahu juga kenapa.

Entah apa yang pernah menimpa gadis itu sampai ia bisa seperti ini. Pikiran Felicio melayang pada kejadian saat taksi mereka ditabrak beberapa waktu lalu.

Saat itu mereka ada di tempat tidur rumah sakit, dan Echa masih belum banyak berbicara lagi. Terakhir, Echa hanya berkata pada Felicio saat mereka masih di taksi, bahwa tabrakan itu disengaja. Membuat Felicio, yang saat itu dalam kondisi panik, langsung ikut menatap keluar dengan pandangan horor karena ketakutan. Akan tetapi, setelah kepanikan Felicio surut dan ia mulai bisa berpikir jernih kembali, Felicio sama sekali tidak yakin dan tidak merasa kalau kecelakaan itu disengaja. Sama seperti Astrid, cowok itu berpikir bila ini disengaja, maka kecelakaan itu harusnya maha dahsyat, bukan yang membuat mereka terbaring di rumah sakit tanpa luka apapun. Akan tetapi, mengerti bahwa gadis itu syok berat, Felicio memilih membisu sampai mereka dilarikan ke rumah sakit.  Echa sendiri juga tidak berkata apa-apa lagi.

Baru setelah mereka berada di IGD untuk menunggu mendapatkan kamar untuk bed rest selama satu hari,  Echa kembali berkata bahwa ia yakin mobil itu sengaja menabrak taksi mereka dengan maksud untuk mengancam nyawa mereka. Segala argumen yang coba dipakai Felicio untuk membantah ucapan gadis itu, semuanya ditolak mentah-mentah.

Entahlah, batin Felicio. Semua kejadian buruk, walaupun mungkin terlihat sangat simple, semuanya ditanggapi dengan berlebihan oleh gadis itu. Dan ia akan sangat marah bila dugaannya itu ditentang. Padahal, sebelumnya Echa tidak pernah begini. Echa adalah gadis yang ceria, berbakat, cantik, dan tampak bahagia saat memutuskan untuk menjadi orang terkenal.

Décembre ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang