T U J U H ~ B E L A S

342 163 117
                                    

A/N : Aku mohon kebijakan kalian dalam membaca ini karena ini makin dark. Dan di sini aku nggak menyindir pihak manapun, semua aku buat untuk kepentingan cerita. Terima kasih.

Selamat bermalam minggu dengan bacaan hari ini. ❤️

🎭🦋

Sebulan setelah penyerahan.

"KAMU... apa?!"

Kedua mata Arnoldi Tanuwijaya membelalak tak percaya ketika melihat segepok uang yang diberikan oleh Amelia Tanuwijaya, istrinya. Pria itu menatap uang tersebut dengan raut ekspresi kecewa, sedih, dan tak percaya.

"Aku meminjam uang pada Andi dan Sara Suryadi. Kenapa memang?"

"'Kenapa memang'?!" bentak Arnoldi frustasi. Serta merta pria itu bangkit, tangannya terangkat untuk menampar Amelia. Akan tetapi, melihat wajahnya yang sangat serupa dengan anak-anaknya membuat tangan itu tertahan di udara. Dengan marah pria itu membalikkan tubuhnya, menahan dirinya untuk tidak memukul sang istri. "Aku baru tahu secinta ini kamu pada uang, Amelia! Ya Tuhan... kecintaanmu itu bahkan mengalahkan perasaanmu terhadap anak-anak?!"

Lidah wanita itu membisu. "Aku hanya ingin menolongmu," cicitnya.

"Menolongku, atau menolong dirimu sendiri? Kamu hanya tidak ingin dibicarakan di arisan kompleks atau di acara keluarga, sialan!" maki Arnoldi, benar-benar marah kini. Bayangkan betapa terkejutnya ia. Ia baru saja mendapat pekerjaan di kota yang berjarak sekitar tiga ratus kilometer dari kota tempat mereka tinggal, yang membuatnya hanya bisa pulang satu bulan sekali. Alangkah terkejutnya ia saat sampai di rumah, karena rumahnya kini kosong-melompong karena ketidakhadiran anak-anaknya. "Kamu tahu kan, dua Suryadi itu sudah lama dicurigai negara sebagai dalang dari penculikkan dan penjualan anak?! Mereka itu hanya berlagak saja peduli terhadap keluarga yang memiliki banyak anak tapi kondisi finansialnya buruk, padahal hal ini malah mereka jadikan peluang untuk berbisnis! Setelah mengadopsi anak, anak-anak itu akan dijual kembali entah kemana!"

Amelia mengangguk dengan ekspresi ketakutan. "Tapi kan, mereka masih ada hubungan keluarga dengan kita. Tidak mungkin mereka sekeji itu."

"Astaga, Amelia, kamu buta apa bagaimana? Dia tidak akan peduli kita keluarganya atau tidak!" geram pria itu. Dengan gemas diambilnya kunci mobil, lalu menarik Amelia keluar. "Sekarang juga kita ke tempat Suryadi. Kita jemput anak-anak!"

🎭🦋

Akan tetapi, ketika mereka sampai di rumah pasangan suami-istri Suryadi itu, keduanya tampak begitu polos dan tak bersalah. Baik Andi maupun Sara Suryadi sama sekali tidak terlihat terganggu oleh ekspresi murka Arnoldi dan frustasi Amelia. "Istrimu menjual tiga anaknya agar kalian hidup enak," Andi Suryadi tampak terkekeh mengejek. "Ketiga anak kalian sudah bukan hak milik kalian lagi. Aku sudah mengeluarkan uang yang banyak untuk mereka."          

"Aku tidak pernah menyetujuinya!" Intonasi suara Arnoldi meninggi. "Cepat kembalikan anak-anakku!"

"Bisa. Asal kamu bisa membayar mereka kembali," Andi menyeringai. "Bagaimana?"

"Kalo begitu, kukembalikan saja semua uang yang telah kau berikan pada Amelia! Uang itu belum terpakai!"

"Wah... sayang sekali. Bisnis ini sangat berbeda dengan bisnis biasa, kau tahu? Karena bisnis ini menyangkut manusia, maka aku akan meminta kalian membayar dua kali lipat."

"Sialan, Andi! Aku akan melaporkanmu pada polisi!"

"Silahkan!" Tawa Andi Suryadi meledak. "Money talks louder, Arnoldi. Apa gunanya kamu melapor polisi jika tidak punya uang? Dengan uangku, kamu tidak bisa menangkapku! Polisi akan berpihak padaku!"

Décembre ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang