S E M B I L A N ~ B E L A S

317 160 83
                                    

A/N : Saranku, kalau bingung baca bab ini, silahkan balik ke chapter 7 & 10. Maaf ya kalo alurnya kek lambat banget, sabar abis ini bakal gas ngueng kok :D

Happy reading! Jangan lupa jebolkan notifikasi akunku dengan vomment kalian <3

🎭🦋

"FELICITY berada dalam bahaya?" Astrid tidak bisa memahami pertanyaan Echa. "Tapi kenapa?"

"Ya, gue juga nggak paham maksud lo, Cha. Gue nggak tahu dia bahaya dari mana," timpal Varo kebingungan. "Ada sesuatu yang lo pikirin?"

"Iya. Aku—" Baru Echa hendak menjawab, namun tiba-tiba mereka berempat dikagetkan oleh Felicio yang tampak berlari di ujung koridor, menuju ke tempat mereka.

"Dimana Felicity?" tanya cowok itu begitu sampai di tempat mereka. Matanya bergerak-gerak mencari wujud adik kembarnya itu. "Arion tadi ke sini?"

"Arion?" Astrid mengucapkan nama itu dengan sejuta tanda tanya dalam ucapannya. "Arion ke rumah sakit ini? Kenapa dia nggak ke sini, deh?"

"Jadi dia nggak kemari?" Felicio tercengang. Tanpa sadar, mereka saling berbalas tanya tanpa ada yang menjawab pertanyaan masing-masing. "Waktu gue mau balik ke sini, gue lihat Arion datang, tapi dia ke toilet, jadi gue cepat-cepat ke sini buat mastiin adek gue masih ada apa enggak. Ternyata dia udah nggak ada," kini cowok itu berkacak pinggang, lalu melototi Rey yang tampak santai-santai saja. "Lo dateng sama dia, Rey. Kenapa lo nggak anter dia pulang?"

Ekspresi Rey langsung berubah menjadi tidak terima. "Lah, kenapa lo jadi nyalahin gue? Gimana elo, yang kakak kembarnya!" seru Rey nyolot.

Felicio merasa emosinya sedikit naik mendengar ucapan itu. "Lah, yang bawa dia ke sini yang tanggung jawab pulangin juga, dong!" Felicio balas nyolot. "Kenapa lo biarin aja dia pergi? Pasti dia sekarang lagi sama Arion!"

Astrid maju, lalu meraih kerah seragam Felicio. "Calm down, Bro Cio.  Dengerin Rey dulu, oke? Ada anak kecil di sini. Lagian kalo iya dia sama Arion, apa ruginya sih? Emangnya Arion mau ngapain coba sama dia?"

Echa menolehkan kepalanya ke arah Astrid dengan ekspresi 'maksud-lo-tuh-gue-kak?' , namun detik berikutnya ia kembali memperhatikan Reynold dan Felicio yang kini tampak saling menatap dengan ekspresi tidak suka.

"Huft, oke," Felicio mengalah, membuat Astrid melepaskan pegangannya. Memang, sejak Felicio melihat Rey bersama Alice, Felicio jadi malas untuk bertegur sapa dengannya. Hal ini juga membuatnya ia jadi cepat emosi juga terhadap temannya itu.  Walau ia sudah mendapatkan fakta bahwa Alice adalah sepupu Rey, akan tetapi entah kenapa Felicio masih saja menyimpan kekesalan padanya. "Jadi gimana?"

Rey mencibir. "Adik kembar lo tadi pergi begitu lo ngejer Echa tadi. Dan Arion sama sekali nggak mampir ke sini, makanya kita nggak tahu. Mungkin tadinya Arion mau jenguk Echa, tapi begitu ketemu Felicity—dia berubah pikiran dan ikut pulang," Rey bersedekap. "Jadi udah puas belom, Bapak Bos?"

Felicio mengangguk, meski tak ayal wajahnya masih terlihat kesal. "Gue tetap berpendapat, sebagai orang yang membawanya kemari, harusnya lo yang bawa dia pulang, Rey."

"Udahlah, itu nggak penting lagi!" tukas Varo, yang sedari tadi sudah bosan mendengar perdebatan tidak jelas antara Felicio dengan mantan calon adik iparnya. "Bahasan kita jadi melantur, kan! Lo tadi mau bilang kalo Felicity dalam bahaya ya, Dek?" tanya Varo, kini ucapannya ditujukan pada Echa.

"Ya," angguk Echa, membuat Felicio yang baru tahu mengenai perkembangan ini langsung terkejut. "Kamu inget apa yang dulu Ibu ceritakan ke kita kan, Bang? Ibu bilang, mereka membohongi kita dengan mengatakan..." Mendadak Echa menutup mulutnya, sadar kalau baik Astrid ataupun Rey seharusnya tidak tahu mengenai hal ini. Bahkan Felicio saja tidak, karena ia tidak pernah bercerita sejauh itu padanya. "Bang Varo, kita harus membicarakan ini sendiri."

Décembre ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang