D U A ~ P U L U H ~ D U A

365 144 90
                                    

HARI itu hari Jumat. Jadwal Echa sedang kosong, yang membuat artinya baik Felicio maupun Echa bisa bersekolah dengan tenang tanpa perlu terburu-buru ataupun izin. Hari itu lewat begitu saja, karena Echa sama sekali tidak memperhatikan urusan sekolah. Ia bahkan tidak memedulikan Hellena dan Alice yang mengajaknya berbicara seharian. Pikirannya begitu tersita pada kejadian beberapa hari lalu dimana dirinya menjadi trending dan fotonya yang berbicara dengan Detektif Aran tersebar luas.

Saking takutnya, ia bahkan meminta Varo untuk mengizinkan Felicio menginap di rumahnya untuk beberapa hari, sampai kondisi lebih tenang. Bagi Echa, hal ini benar-benar kronis dan menakutkan.

Apakah udah saatnya aku... Echa mengerutkan keningnya. Ah tidak, sepertinya belum. Aku harus berbicara dulu dengan Bang Varo, lalu...

"Chaaa.. cowok lo udah jemput, tuh..." Hellena mencolek-colek lengan Echa, membuat Echa akhirnya tergugah dari lamunannya. "Tuh, lihat. Dari tadi udah bel pulang, lo nggak sadar, ya?"

Echa menatap Hellena dengan tatapan linglung, lalu bola matanya bergerak ke arah Felicio yang tampak bermain ponsel di depan kelasnya. "Oh iya, makasih ya," Echa buru-buru membereskan barangnya, lalu bangkit dari kursinya. "Duluan, Hel."

"Iyaaa. Hati-hati, beb."

Echa-pun keluar kelas. Hatinya begitu lega melihat pacarnya itu terlihat baik-baik saja. Seketika segala pikiran buruknya sedikit terusir. "Hai."

Felicio membalas senyumnya. "Hai. Mau langsung pulang?"

"Boleh," Echa mengangguk. "Eh, Bang Cio..."

"Ya?"

"Kita pulang bareng Kak Felicity aja, gimana?" tanyanya. "Ada sesuatu yang mau aku tanyain ke dia, jadi aku kepikiran buat pulang ke apartemen dulu hari ini. Ada beberapa barang juga yang pengen kuambil."

Felicio tercenung. "Eh, Felicity lagi sakit, Cha. Hari ini dia nggak masuk sekolah. Makanya, rencananya abis pulangin lo, gue mau ke apartemen buat besuk dia. Sekalian ngerawat dia, kasian kalau dia sakit sendiriran."

"Oh gitu. Aku boleh ikut jenguk?" tanya Echa.

"Kamu-nya yakin mau jenguk dia? Aku nggak maksa, lho," kata Felicio sambil mengangkat alisnya.

"Nggak apa-apa. Aku emang pengen ketemu Kak Felice."

Felicio merangkul bahunya sembari mulai berjalan, membuat beberapa orang yang memperhatikan mereka jadi tersenyum. "Makasih ya, baik banget deh cewek gue."

"Hoeeek..." Terdengar suara dari belakang, yang ternyata dari Hellena dan Alice. Keduanya terlihat cekikikan di belakang Felicio dan Echa, membuat wajah Echa langsung memerah. "Gini deh kalo bucin. Kita mah apa atuh, cuma 'ngontrak di kosan' di dunia ini." Lalu sebelum Echa sempat berkutik, keduanya sudah berlari sembari tertawa-tawa.

"Dasar tuh dua orang," gumam Echa, namun sudut bibirnya tampak terangkat, menunjukkan bahwa ia geli. Sementara Felicio tidak peduli, ia masih tetap merangkul gadisnya itu sampai di parkiran. Sama sekali tidak ambil pusing dengan banyaknya pasang mata siswa-siswi yang mengamati mereka. Cowok ini memang betul-betul bangga berpacaran dengan Echa.

Bahkan ketika keduanya sudah sampai di mobil dan meninggalkan area sekolah, tangan kiri Felicio malah asyik menggenggam tangan mungil Echa. Sesekali jarinya memainkan jari Echa, membuat Echa jadi salah tingkah sendiri. "Kamu kenapa sih, Bang Cio?"

"Kenapa apanya?" Felicio tersenyum, menggoda pacarnya yang terlihat malu itu.

"Kamu tumben bucin banget hari ini."

"Iya lah, kangen seharian nggak ketemu. Bosen aku di kelas liatnya muka Rey doang." Ucapan Felicio membuat tawa Echa meledak, geli mendengar kata-kata gombal dari bibir pacarnya itu. Dari mana sih dia belajar? Sambil menahan senyum Echa merasakan kupu-kupu di dalam tubuhnya bertebangan karena ucapan Felicio.

Décembre ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang