S E P U L U H

461 203 58
                                    

A/N : Yeay! Update 2 hari berturut-turut! Happy reading!!

🎭🦋

"KEBAKARAN! Ada kebakaran di lantai satu....!"

Seluruh anak kelas sepuluh dan sebelas yang masih tersisa di sekolah itu berlari-lari dengan panik. Kehebohan itu membuat anak-anak kelas XII-IPA-3, yang sedang terkantuk-kantuk mendengar pelajaran tambahan Matematika Minat, memalingkan wajahnya ke jendela dengan penasaran.

"Ada apaan sih?" tanya Bu Elisa, guru Matematika, heran.

"Nggak tahu, Bu," jawab salah satu anak kelas XII-IPA-3 dengan bingung. Kehebohan itu benar-benar parah sampai manusia-yang-cuek-akan-segalanya-kecuali-soal-Echa seperti Felicio ikut mengamati kerumunan itu. Rey, yang duduk di sebelahnya, tampak santai saja. Sementara Felicio, entah mengapa firasatnya langsung tidak enak begitu melihat anak-anak kelas sepuluh dan sebelas itu berlarian dengan wajah panik.

Semoga Echa baik-baik saja. Dengan cemas cowok itu mengeluarkan ponsel dari sakunya, lalu menulis pesan singkat untuk gadis pujaannya itu.

Felicio R.

Cha, dimana? Ktnya ada kebakaran. Lo jangan deket-deket, ya. Lari ke tempat aman.

Sedetik kemudian, pesan itu terbaca. Melihat itu, Felicio langsung merasa lega. Bila Echa dapat membacanya, berarti gadis itu baik-baik saja. Berarti kebakaran yang disebut-sebut oleh kehebohan ini, tidak ada sangkut-pautnya dengan Vanessa Justicia.

Echa

Gw baik-baik aja kok. Gw lagi di lobby, sans. Tunggu gw, kak.

Baru saja Felicio hendak mematikan ponselnya, mendadak pintu kelas terbuka. Mendengar itu, seluruh anak kelas XII-IPA-3 langsung menoleh ke arah pintu. Alangkah herannya mereka, terutama Felicio, ketika melihat Arion di pintu kelas. Cowok itu berdiri tegap di sana, dengan wajah pucat-pasi dan nafas tersengal-sengal.

"Arion!" teriak Bu Elisa kaget, "Ada apa?"

"Selamat sore, Bu," Arion menundukkan kepalanya sedikit, "Saya meminta izin untuk berbicara pada Felicio Revano sebentar."

Bu Elisa terkejut. "Oh? Ya sudah, deh, ini sekalian bubar saja. Toh sudah mau jam empat. Kelas dibubarkan!" seru Bu Elisa, membuat anak-anak kelas itu bernapas lega. Sementara Felicio langsung berlari ke luar kelas tanpa membawa barang-barangnya.

"Arion, Felicio, tunggu!"

Arion dan Felicio berhenti berlari. Keduanya menoleh. Di belakang mereka, Rey, tampak tersengal-sengal mengejar mereka.

"Kenapa?" tanya Felicio datar. Sejak Felicio melihat Rey berjalan dengan seorang gadis yang jelas bukan adik kembarnya, Felicio memang tidak bertegur sapa dengan laki-laki itu. Ia hanya berbicara ketika laki-laki itu yang mengajaknya berbicara.

"Ada apa? Kenapa buru-buru? Gue boleh ikut?" tanya cowok itu.

Felicio mengangkat bahu. "Tergantung Arion. Lo mau ngapain manggil gue, Yon?"

"Ya sudah, semuanya ikut gue. Kita harus cepet!" seru Arion, "Kita harus lari ke lantai satu."

"Lantai satu? Kenapa?" tanya Felicio.

"Firasat gue nggak enak ini, anjrit," Arion tampak geram, "Lima menit yang lalu grup OSIS gue heboh. Salah satu anak OSIS bilang kalau ruangan Bu Gilda kebakaran sejak beberapa menit yang lalu. Tapi, anehnya, pintunya terkunci. Dan lebih anehnya lagi, pintu itu diganjal dengan keset yang di bakar. Karena keset itu terbakar, pintunya juga terbakar. Saat ini, kunci ruangannya lagi di cari sama janitor. Lalu..." Ucapan cowok itu terputus, kemudian ia menggelengkan kepalanya. "Udahlah, pokoknya kita cek aja, oke? Ini lah kenapa gue panggil elo, Felicio. Soalnya, gue takut kalau korbannya..." Arion mengatupkan mulutnya, ekspresinya terlihat begitu panik.

Décembre ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang