"LO udah tahu siapa pelakunya?"
"Nggak. Sialan makanya," Astrid mendecakkan lidahnya. Tampak jelas gadis itu tidak puas dengan dirinya sama sekali. "Bisa-bisanya gue nggak berhasil ngebekap gayung brengsek itu! Kayaknya gue harus kayak orang-orang, ganti nama kalau gagal."
Felicio tertawa mendengar ucapan gadis itu. "Bukan salah lo, kok. Menurut gue, kita udah gercep banget tadi. Cuma yah... ternyata gayungnya cerdik, guys."
Echa menundukkan kepalanya, tak tahu ingin berbuat apa. Saat itu hari telah beranjak sore, dan lebih dari separuh siswa SMA Pemhara telah pulang ke rumah mereka masing-masing. Namun, ia masih di sekolah bersama Felicio dan Astrid untuk membicarakan mengenai bagaimana cara menangkap Si-Gayung-Kecil-Bertelinga-Panjang. Well, technically sebenarnya hanya Felicio dan Astrid yang berdiskusi. Echa tidak. "Gue tadi kepikiran chat Arion biar dia ngasih akses ke kita supaya kita bisa ngecek CCTV sekolah, tapi kalau gue nggak salah ingat, nggak ada CCTV di daerah rooftop itu. Brengsek!" Echa mendengar Astrid mengumpat-umpat di sebelahnya. Entah sudah ke berapa kalinya gadis itu mengumpat hari ini.
"Tapi, nggak ada salahnya kita tetap coba ngehubungin Arion," Felicio berbicara lagi. "Mana tau ada CCTV, tapi nggak kelihatan. Nah, Strid, karena gue nggak mau ngomong sendiri sama Arion, berarti itu tug—" Ucapan cowok itu terputus begitu saja setelah melihat Echa mengangkat tangan kanannya seraya menggelengkan kepala. "Cha?"
"Sudahlah," Echa menghembuskan napasnya lelah. Kepalanya serasa ingin meledak. "Kita nggak perlu menebak-nebak terus begini. Nggak ada gunanya juga. Lagipula, hari udah makin sore. Aku capek," katanya, membuat Felicio dan Astrid terperangah. Masalahnya, sejak pembicaraan mereka di rooftop itu, Echa langsung bisu sebisu-bisunya. Gadis itu memilih untuk tidak berbicara sedikitpun, walau wajahnya yang semakin lama terlihat memutih karena pucat itu menunjukkan besarnya rasa frustasi dalam diri Echa kini.
"Lo emang nggak penasaran siapa yang ngupingin kita, Cha?" tanya Felicio. "Karena siapapun dia, sudah pasti dia sekarang tahu kalo elo itu Rebecca Alessiya. Karena lo nggak mau identitas lo kesebar, udah pasti kita harus nyumpel mulut dia, dong?"
"Iya aku tahu," Echa memijit pelipisnya yang terasa sangat pusing, "tapi nggak ada gunanya juga kita ngomong-ngomong aja dari tadi, tapi nggak jelas keputusan apa yang mau di ambil. Kalian kira aku nggak pusing apa denger kalian debat dari siang?"
Astrid terlihat ingin memprotes ucapan Echa, namun Felicio memberi isyarat pada Astrid untuk diam. "Ya sudah kalau itu mau lo. Kita pulang aja kalo begitu," Felicio berdiri, lalu meraih tas sekolahnya. "Gue anter lo. Mau gue anter juga nggak, Strid?"
"Boleh deh," Astrid mendadak nyengir. "Lumayan tumpangan gratis."
"Sialan lo, itu aja yang lo pikir!" Felicio mencibir. "Ya udah, ayo."
Ketiganya berjalan meninggalkan tempat mereka duduk tadi dan menuju parkiran. Ketika mereka sampai di lobby, dari kejauhan mereka melihat Reynold. Namun anehnya, tidak ada Felicity di samping cowok itu.
"Loh, itu Reaynold," gumam Astrid heran. "Tumben nggak bareng Felicity?"
Felicio menatap sahabatnya itu dengan ekspresi heran. Sudah bukan hal asing melihat adik kembarnya itu selalu berada di sisi laki-laki itu, namun kali ini adiknya itu tidak ada. Baru Felicio hendak berteriak untuk memanggil Rey untuk menanyakan keberadaan adik kembarnya itu, tiba-tiba ada sesosok gadis muncul dan mengaitkan lengannya ke lengan Rey yang kokoh. Rey menoleh, lalu senyumnya merekah.
Felicio membeku.
Lebih-lebih Echa.
"Itu—" Astrid yang ternyata shock juga, menatap kedua orang itu dengan wajah tercengang. Semakin tercengang saat melihat gadis itu mencubit pipi Reynold, dan Reynold balas menjawil hidung gadis itu dengan gemas. "—Reynold pacaran?" Astrid menoleh ke arah Echa dengan wajah heran. "Cha?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Décembre ✔️
Action[#1 - Echa, Feb-Mar '22] Echa punya dua kehidupan. Terkadang dia menjadi selebriti top yang bernama Rebecca Alessiya, terkadang dia menjadi gadis sekolahan biasa yang bernama Vanessa Justicia. Masyarakat mengira hidupnya menyenangkan, karena ia hidu...