2 - Pengakuan

1.9K 399 482
                                    

"Tindakanmu membuatku gila. Tapi, aku suka."

----------

Pria yang memakai topi tiba-tiba berdiri dan menarik kerah Asya ke arahnya. Ia mengangkat satu kanannya seolah ingin menyakitinya, Asya hanya bisa memejamkan mata. Pasrah, akan kelanjutannya. Namun tidak ada yang terjadi, hening. Asya membuka mata perlahan dan melihat sebuah tangan menahan tangan pria bertopi itu. Pinggangnya di tarik kebelakang oleh seseorang.

"Z-Zac?!" pria bertopi itu terlihat terkejut, seketika Zackhirja mengangkat tinggi kerah baju pria bertopi itu hingga ia terlihat kesulitan bernafas.

"Pertemanan kita sudah berakhir!" teriak Zackhirja dingin.

BRUUKK

Zackhirja mendorong pria bertopi itu ke arah tiga temannya hingga mereka berempat ambruk bersamaan. Asya hanya menatap datar ke arah mereka berempat, toh mereka pantas mendapatkannya. Pandangannya beralih ke arah Zackhirja, wajah pria di sampingnya terlihat menunduk menahan amarahnya, tangannya mengepal sangat kuat.

"Kau baik-baik saja?" tanyanya ragu. Zackhirja mengulum bibirnya sambil menggelengkan kepalanya pelan.

"Ayo kita pergi, aku akan mengantarmu pulang," katanya tanpa melirik Asya, Zackhirja langsung pergi dan Asya hanya mengikuti.

Dalam perjalanan terasa hening, tidak ada yang bersuara. Mereka melalui gang yang sepi, hanya terdengar suara langkah mereka berdua. Situasi ini benar-benar tidak enak, ditambah dari tadi Zackhirja hanya menunduk lemah. Asya tidak tahu harus melakukan apa setelah melihat situasi ini. Menghibur bukanlah gayanya.

"Apa kau sedih?" Asya mulai membuka suara.

"Tidak, aku sangat senang," Ucapnya lemah, wajahnya begitu murung. Tiba-tiba hati Asya bergetar melihatnya, Zackhirja berubah 180 derajat menjadi sesosok laki-laki yang polos.

Asya berpikir sejenak, apa yang dapat ia lakukan untuk Zackhir. Ia tidak pernah memiliki teman sebelumnya, jadi jika ada teman yang bersedih ia tidak tahu harus berbuat apa. Ide yang muncul di televisi muncul di otaknya. Perlahan Asya mendekatinya dan berjinjit agar dapat mengusap kepalanya pelan. Setidaknya ia ingat adegan pemilik mengelus kepala anjing kesayangannya.

"Tidak apa-apa, tidak akan butuh waktu yang lama untukmu dikelilingi oleh banyak orang," katanya lembut penuh perasaan. Zackhir terpana sejenak, ia baru pertama kali diperlakukan seperti ini.

"Aku akan mencoba berangkat sekolah," ucapnya yakin, perlahan Asya melepaskan tangannya dari kepalanya. Asya menatapnya dalam diam, ia tidak menyangka Zackhir berubah pikiran secepat ini.

"Syukurlah." Asya tersenyum semanis mungkin, sudah sangat lama Asya tidak pernah tersenyum seperti ini. Entah kenapa senyumannya bisa terukir saat bertemu dengan pria itu. Zackhirja hanya diam menatap lama wajahnya, senyuman Asya hilang seketika melihat pria itu berekspresi aneh.

"Sepertinya jantungku berdebar-debar dengan cepat, kurasa aku menyukaimu Assyami," ucapnya dengan blak-blakan.

DEG

Asya mematung, jantungnya terasa berhenti mendadak dilanjutkan dengan deguban suara jantung yang lebih cepat. Apa laki-laki ini mabuk?

"H-huh? Ma-maksudmu sebagai teman kan?" tanyanya dengan wajah grogi.

"Kurasa bukan." Ia langsung memajukan wajahnya ke arah gadis itu, refleks Asya mundur untuk menjaga jarak darinya.

"Tu-tunggu sebentar! Mu-mungkin itu hanyalah perasaan kagum. Kau salah memahami perasaanmu karena kau tidak pernah mempunyai teman sebelumnya," Ucap Asya meyakinkan.

ZaczacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang