"Kamu tak akan pernah tahu kapan kebahagiaan akan datang. Untuk itu, ketika kebahagiaan menghampiri, jangan lupa untuk berbagi."
----------
Gerimis begitu mobil berwarna merah itu memasuki pintu masuk Kafe. Suasana Kafe di sore hari ini tidak terlalu ramai. Beberapa meja terlihat terisi pengunjung.
Kafe itu memang termasuk salah satu Kafe favorit yang paling disukai pengunjung di kota ini. Entah apa yang menyebabkan Kafe itu menjadi destinasi utama masyarakat kota ini untuk nongkrong, menghabiskan sebagian waktunya untuk mengobrol ria.
Tidak ada sesuatu di tempat itu yang sangat istimewa. Mulai dari menu makanan yang ditawarkan semua serba standar Kafe, demikian pula dengan performa live music sudah menjadi hal lumrah bagi pengunjung Kafe. Desain interior dari kafe ini yang agak sedikit berbeda, cukup unik dan menarik.
"Sini, Sya!" perempuan bernama Aimi memanggil Assyami yang masih mematung di depan pintu Kafe. Cukup nyaring terdengar karena suasana Kafe yang tidak terlalu ramai. Dia tampak melambai-lambaikan tangannya untuk mengarahkannya duduk di meja dimana dia berada. Assyami yang baru sadar dari dunianya, sedikit menunduk dan berjalan menghampiri Aimi.
"Bengong aja daritadi, mikirin dua curut itu ya?" Dia langsung bertanya pada Assyami begitu gadis itu mulai menarik kursi di bawah meja. Wajahnya tidak menunjukan khawatir, ekspresinya malah terlihat rumit. Assyami menghembuskan nafasnya pelan dan menatap wajah Aimi di depannya.
"Entahlah." begitu katanya.
"Sebenarnya aku sedikit khawatir, mereka tidak akan mati kan?" Aimi mempertanyakan apa yang ada di otaknya. Suaranya lamat-lamat, seakan tidak yakin mengeluarkan pertanyaan itu. Melihat berita di tv, tawuran juga memakan korban. Jika tahu tawuran membahayakan, mengapa sekarang masih ada tawuran. Ya, dunia ini memang kejam.
Assyami terdiam, ia sendiri tidak memikirkan hal itu. Jika mereka mati bagaimana? Kalau dipikir-pikir tampang Zackhir sudah layaknya petarung jalanan, gadis itu cukup yakin tipikal cowok seperti itu sering berantem. Kalau Kevin, cowok itu terlihat atletis dan sering berolahraga. Jadi ia rasa mereka akan baik-baik saja.
"Kurasa mereka baik-baik aja," kata Assyami santai. Aimi menggigit bibir bawahnya, tak ada alasan untuknya menyetujui perkataan Assyami. Aimi mengangguk pelan.
Tak lama berselang setelah mereka mengambil duduk, seorang laki-laki berpakaian rapi namun terkesan santai menghampiri mereka dengan wajah ramah. Seolah memaklumi maksud kedatangan pelayan tersebut, Aimi langsung meminta segelas jus alpukat untuk dirinya dan segelas susu coklat hangat untuk perempuan yang duduk di hadapannya.
"Aku masih kepikiran, siapa ya yang ngunciin aku. Sya, coba pikir deh, akhir-akhir ini ada seseorang yang mencurigakan nggak?" tanya Aimi memecah keheningan yang menyelimuti mereka. Dan, perempuan yang ditanya itu memilih diam. Aimi pikir pasti ada seseorang yang tidak menyukai Assyami, hingga ingin mengurungnya di tempat penyimpanan alat olahraga. Dari sorot matanya, Assyami jelas juga kepikiran.
"Aku tidak tahu," kata Assyami, ia meminum susu hangatnya untuk menenangkan dirinya. Matanya mengitari ruangan, hanya terlihat beberapa pengunjung dan pelayan berjalan bolak-balik. Dari duapuluh meja yang mengisi ruangan itu hanya ada sepuluh yang terisi.
"Yah bagaimana pun juga aku disini jadi korban, aku akan membalas dendam. Kita akan bersama-sama mencari orang sinting itu!" Aimi mengepalkan kedua tangan di atas meja, sikapnya seolah-olah seperti siap menghajar orang. Assyami tersenyum kecil, ia hanya mengangguk pelan.
Aimi mengambil hp dalam tasnya, kini ia asyik mengotak-atik benda pipih itu. Tak lama, ia berfose dengan mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya membuat huruf V. Lalu ia kembali berfose narsis tanpa malu. Assyami hanya geleng-geleng kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zaczac
Teen FictionZaczac nama panggilan pria itu. Memang cukup aneh didengar. Cowok penuh misteri, ia juga suka berantem, membuat ulah di sekolah dan di cap oleh warga sekolah sebagai cowok yang patut dihindari. Cerita ini berawal dari Assyami Marlena yang bertemu de...