19 - Liburan

393 40 47
                                    

"Tidak ada yang mampu membawa kedamaian hatiku selain senyumanmu."

----------

Assyami berdiri di depan cermin dengan wajah datar. Ia berputar sekali memperhatikan penampilannya hari ini. Lumayan. Ia berusaha tersenyum dan meyakini bahwa hari ini ia tampil cukup menarik.

Asya berjalan menuju ke arah jendela, langit cukup cerah. Ia kembali tersenyum dan melangkahkan kaki dengan ringan menuju meja makan. Ia menyesap susu cokelat hangat dan roti selai cokelat kesukaanya. Suasana hatinya baik hari ini. Membayangkan bahwa hari ini ia akan pergi liburan bersama teman-temannya membuatnya senyum-senyum sendiri.

Tak lama suara klakson mobil terdengar dari luar rumah Assyami. Tepat, Assyami sekarang sudah siap. Ia mengambil tas dan membukakan pintu dengan tergesa-gesa. Ia tidak mau teman-temannya menunggu lama.

Melihat Assyami keluar dari rumah, teman-temannya langsung melambai ke arahnya. Ada dua mobil disana, milik Ami dan Recky. Mereka akan liburan ke rumah nenek Hilmi. Setelah banyak perdebatan di grup chat, akhirnya terpilih liburan ke rumah nenek Hilmi.

"Eh?" Assyami terkejut saat menyadari ada seorang gadis di samping Zackhir. Dia adalah Vannya, kakak kelas mereka. Penampilan Vannya pun terlihat cantik tidak seperti biasanya. Dibandingkan dirinya ia merasa bukan apa-apa.

"Aku yang mengajaknya," kata Zackhir. Asya hanya mengangguk, entah kenapa ia merasa tidak senang. Asya mencoba tersenyum ke arah Vannya.

Ami benar-benar tidak mengerti dengan perasaan Zackhir. Apakah pria itu pura-pura tidak peka? Ami berubah jadi geram. "Zackhir bau!  Belum mandi ya?!" tuduhnya. Otomatis semuanya menjauh dari Zackhir.

"Jangan percaya pada penyihir jelek ini." Zackhir memasukkan tangannya di kantong jaket seakan tidak terganggu dengan perkatan Ami.

"Apa katamu?" Ami tidak terima dibilang penyihir jelek.

"Penyihir jelek," jawab Zackhir mantap sambil meledek Ami.

"Kau benar-benar membuatku naik darah!" marahnya. Melihat mimik wajah Ami berubah, pria itu langsung berlari dan Ami mengejarnya.

"Pake sapu terbang nek, jalannya kok lamban!" ledek Zackhir yang tertawa melihat Ami kesusahan mengejarnya.

"Awas ya, kalau ketangkep aku sihir kau jadi tai kuda!"

"Mulai lagi deh," kata Kevin geleng-geleng kepala. Ami dan Zackhir memang sering berkelahi layaknya bocah. Mereka bisa memakluminya.

"Biarkan mereka, ayo masuk ke mobil. Jangan buang-buang waktu lagi!" perintah Recky.

"Ashiaappp!" teriak Tio dan Hilmi.

"Diantara kalian ada yang mau gak nih naik mobil kita? Didalam isinya maho semua." Angga berbicara kepada Assyami dan Vannya. Lantas mereka berdua menggeleng enggan bersamaan, membuat Angga menghela nafas berat. 

****

Mereka telah sampai di daerah rumah nenek Hilmi. Sejenak mereka mengerjab kaget menatap pemandangan sekitar. Danau dengan permukaan air berwarna biru yang tenang, padang rumput hijau yang terbentang luas, diselingi pepohonan dan berlatar belakang bukit hijau gelap. Langit terlihat biru cerah dan mereka bisa mendengar gemeresik dedaunan yang ditiup angin.

"Wah, benar-benar indah!" kata Ami berlarian seperti anak kecil. Tio dan Angga ikut berlarian. Hilmi memang tidak pernah mengajak siapa pun ke rumah neneknya, ini untuk pertama kalinya.

"Untunglah kita memilih liburan kesini," Ucap Kevin.

"Yah, lumayan." Recky mengakuinya. 

Melihat Zackhir sendirian di belakang, Vannya berlari kecil mendekati pria tersebut. "Terima kasih sudah mengajakku kesini." Vannya tersenyum manis.

ZaczacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang