7 - Cemburu?

704 146 118
                                    

"Cemburu itu sulit dijelasin dan sulit diucapin. Cuma bisa dirasain atau dipendam."

----------


Suara beker memecahkan mimpi aneh Asya tentang sekolah. Ia mematikan bekernya yang kini menunjukkan pukul lima. Mimpinya benar-benar aneh. Masih teringat jelas, ia bermimpi Zackhir memakai pakaian ala negara Arab sambil menaiki unta pergi ke sekolah.

Ia disambut besar-besaran oleh warga sekolah layaknya raja yang dihormati. Ia dikawal oleh prajuritnya yang tak lain adalah Kevin, Recky, Angga, Hilmi dan Tio. Disitu Asya dan Ami jadi babunya yang disuruh membentangkan karpet merah saat ia lewat. Lalu Zackhir menghampiri seorang gadis yang sudah berdiri menunggunya di ujung karpet merah. Setelah itu Zackhir melamarnya dan Asya terbangun.


Drrttt, hpnya bergetar di atas meja belajar. Asya mengambilnya dan melihat siapa orang yang menelphone sepagi ini. Asya membulatkan mataku karena terkejut, nama yang tertera di layarnya adalah Zaczac. Rasanya aneh sekali, selama ini Zackhir tidak pernah menghubunginya. Asya bingung harus mengangkatnya atau tidak. Setelah berpikir, ia menggeser tombol warna hijau dengan rasa gugup.

"Ha-halo?" katanya dengan suara serak habis bangun tidur.

"Sya..." itu suara Zackhir yang terdengar serak. Sepertinya ia juga baru bangun tidur.

"Hmm."

"Aku mimpi aneh," katanya. Kok sama? Asya juga mimpi aneh.

"Oh ya?"

"Iya, aku mimpi kau Sya."

Deg

"Emang mimpinya kayak gimana?"

"Gak jelas sih, tapi endingnya tuh kau dimakan buaya."

"...." Asya terdiam berapa saat. Asya dimakan buaya? Dengan cepat gadis itu mematikan hpnya. Pagi-pagi kok udah ngomong nggak jelas. Dasar gendeng.

Dengan setengah hati Asya berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan berharap beban batinnya hanyut dengan guyuran air yang sejuk ini. Sesudah berganti pakaian dan mempersiapkan segala Asya pun memandangi cermin.

Terlihat seorang gadis remaja dengan kunciran dua rapi dihias ikat rambut berwarna hitam yang manis. Wajah gadis itu standar, sederhana, dan sedikit memancarkan aura kaku. Kemeja putih bersih dibalut dengan sweater hitam dan rok berlipat sepanjang lutut. Apik, rapi, sederhana.

Asya menyadari semua keadaan dirinya. Ia merasa tidak cantik, tidak jelek juga. Asya juga tidak imut, meski tidak amit-amit. Pintar? Lumayan. Ekonomi keluarganya pun menengah. Intinya Asya ini tidak istimewa. Asya hanyalah seorang gadis normal biasa.

Sesudah perenungan penampilan singkat itu, Asya pun turun ke lantai bawah yang telah disambut oleh Ayahnya. Ayahnya seperti biasa sedang menikmati berita hangat di Koran. Di meja makan sudah ada nasi goreng udang kesukaannya.

"Ayo dimakan mumpung masih hangat." Ayah meletakkan korannya dan membuyarkan lamunan Asya tentang adaptasi lingkungan yang ia hadapi sekarang ini.

ZaczacTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang