"Saat di dekatmu aku merasakan suatu getaran rasa yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata."
----------
Pagi ini, Zackhir datang ke sekolah dengan wajah yang masih berantakan. Di wajahnya terdapat memar bekas perkelahian di tempat perkumpulan offline kemarin. Belum lagi, semalaman ia tidak tidur dengan nyenyak. Matanya terlihat merah dan bengkak akibat tidak tidur se-jam pun.
Sialnya, hari ini jam pertama adalah mata pelajaran bu Yera yang punya hobi marah-marah. Zackhirja langsung duduk di kursi paling belakang tepatnya di samping Assyami. Zackhir terus-terusan menguap karena mengantuk.
"Zackhir mengacaukan segalanya! Dasar jahattt!" teriak Aimi yang sedang protes dihadapan Assyami dan Zackhirja. Ia lalu pergi menuju mejanya sambil menutup wajahnya dengan tas.
Zackhir mendesah berat. Ia kembali duduk di kursi mencoba untuk tidur, tapi baru memejamkan mata beberapa menit Bu Yera sudah memasuki kelas.
"Keluarkan alat tulis kalian! Ada beberapa soal yang harus kalian jawab." Bu Yera berhenti bicara melihat Zackhir dengan kepala yang menempel di atas meja.
"Bangun!" Bu Yera menggebrak meja membuat Zackhir terkejut. Pria itu langsung mengangkat kepala melihat ke hadapan Bu guru.
"Wajah kamu kenapa? Pasti abis bertengkar lagi kan?" Bu Yera menunjuk luka memar yang ada di wajah Zackhir.
"Itu, ibu tau."
"Cepat keluarkan alat tulismu." Bu Yera memberikan soal dengan membantingnya.
"Tapi Bu, saya lagi nggak enak badan. Jadi gak bisa berpikir dengan jernih." Zackhir mengembalikan soal yang diberikan bu guru.
"Tidak bisa, semua harus selesai dalam hari ini juga!" kata Bu guru tegas.
"Ibu nggak bisa gitu, itu namanya melanggar hak asasi bu." Zackhir berdiplomasi.
"Tau apa kamu tentang hak asasi? Bukannya di otak kamu hanya tau bagaimana caranya membuat onar?" kata Bu guru dengan tatapan sinis.
"Ibu tau apa tentang saya?" Zachir menatap Bu guru dengan penuh rasa menantang.
"Yang saya tau, kau itu anak yang nggak tahu sopan santun dan biang onar!" suara Bu Yera meninggi. Zackhir dan Bu guru saling menatap benci. Mata mereka seakan memancarkan aliran petir.
"Bu, kapan kita ngerjakan soalnya nih?" tanya Assyami tiba-tiba di suasana yang tegang itu, mata semua murid di kelas tertuju pada Assyami. "Zackhir, berhentilah melawan. Kerjakan saja soalnya, apa sih susahnya." lanjutnya lagi, Zackhir terdiam sejenak kemudian ia mengambil alat tulisnya untuk mengerjakan soal. Semua siswa-siswi yang berada di dalam kelas itu tertegun melihat Zackhir yang patuh pada ucapan Assyami.
"Hhh...sudahlah." Bu Yera pun kembali ke depan untuk duduk di kursinya.
***
Terlihat Asya masih berada di kelas meski bel istirahat sudah berbunyi sejak tadi. Para penghuni di kelas berlarian bersama teman mereka menuju luar kelas. Matanya menatap kosong ke arah papan tulis. Lalu beralih ke arah meja, disana buku dan alat tulisnya masih berserakan. Ia lupa merapikannya.
Asya melirik ke arah tempat duduk yang berada di sampingnya. Kosong, orang yang duduk disana sudah lama tidak ada. Saat mengerjakan tugas tadi, dia yang pertama kali menyelesaikan tugasnya dengan sangat cepat. Ya, si Zackhir. Bu guru dan seisi kelas sontak terkejut, terutama Asya.
Zackhirja yang sudah mengerjakan tugas langsung minta izin ke UKS, katanya buat ngobatin luka di wajahnya sekaligus istirahat alias tidur. Sekarang Asya disini bingung harus kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zaczac
Teen FictionZaczac nama panggilan pria itu. Memang cukup aneh didengar. Cowok penuh misteri, ia juga suka berantem, membuat ulah di sekolah dan di cap oleh warga sekolah sebagai cowok yang patut dihindari. Cerita ini berawal dari Assyami Marlena yang bertemu de...