Venus

670 16 1
                                    

Hai, nama gue Neta. Neta Ilona. Jadi anak tunggal itu kadang nggak enak. Di rumah sepi sendiri, apalagi kalau papa-mama sedang pergi. Siap-siap deh masuk ke kamar dan melewati sepanjang malam bersama gadget, dengerin musik sambil menjalin percakapan di medsos! Atau kalau nggak ya ngestalk medsos orang lain yang sedang gue kepoin. Nyesek! Galau. Mellow. Mau turun ke dapur ambil minum aja kadang nggak berani. Si Mbak udah keburu molor di kamarnya. Atau nggak malah pacaran sama satpam rumah sebelah. Coba kalau gue punya abang, kan bisa teriak,"Bang! Air putih segelas! Mie pakai telur semangkuk! Nggak pakai lama, bang!" Eh, itu abang-abang tukang jajanan di kantin sekolah gue ya?

Tapi gue masih beruntung. Sebuntung-buntungnya gue karena nggak punya kakak dan adik, gue masih punya teman dekat. Anak tetangga sebelah. Sejak gue pindah dari Surabaya ke sini, sejak delapan tahun silam, ya hanya dia satu-satunya teman yang nyata dalam didup gue. Yang lain-lain sih cuma teman sekedar lewat. Datang kalau pas lagi butuh doang. Nggak terlalu dalam nyangkut di hati. Menurut gue, teman itu biasanya datang kalau ada kepentingan individu saja, atau hadir karena kepentingan yang sama dengan kita, tapi kalau anak sebelah tuh beda. Dia datang ya datang begitu saja, jadi dekat karena biasa berjumpa, sejauh ini nggak pernah membawa kepentingan apapun. Makanya gue merasa nyaman dekat sama dia. Gue percaya sama dia. Bersyukur banget punya teman seperti dia.

Dari kecil gue dan dia punya hobby yang sama dan bisa dibilang nggak mainstream, yaitu liatin bintang dari loteng di rumahnya. Biasanya kalo lagi malam libur dan nggak ada tugas sekolah, kami bertemu di sana untuk mengintip karya cantik Tuhan di langit dari jendela loteng rumahnya. Karena dia, gue jadi tau apa bedanya bintang kejora dan bintang lainnya. Bintang kejora itu, katanya bukan bintang, tapi planet Venus. Makanya tidak berkedip seperti bintang lainnya, karena tak memiliki cahaya sendiri. Melainkan hanya memantulkan cahaya dari matahari. Ternyata bintang yang tampaknya sama dari bumi itu, menyimpan macam-macam rahasia pribadi! Sudah kayak anak puber aja, banyak rahasianya! Dari berjuta-juta bintang, bintang kejora itulah yang kusuka. Gara-gara suka melihat bintang di langit, cita-citaku fix, pengin jadi astronot!

Dari SD kelas 2 saat pindahan dari Surabaya itu, gue sekolah di sekolah swasta. Sekarang gue kelas 10 di SMA Maju Terus. Sebuah SMA swasta ternama di kota ini. Kata guru BK gue, kalau mau jadi astronot, gue harus masuk jurusan IPA. Tapi karena kemampuan berhitung gue cekak dan hasil tes IQ juga pas-pasan, gue terpaksa kejeblos di kelas IPS. Yah, kandas deh cita-cita gue! Ya udah, harus berlapang dada, cukup jadi pembaca bintang zodiac di majalah anak gaul aja lah ya.

Selain hobby mengenali bintang-bintang di langit, gue suka banget main basket. Di sekolah, gue termasuk tim inti dan bintang lapangan lho. Dengan tubuh gue yang semampai dan postur ideal, serta rambut hitam berkilau lurus sebahu, tentu lah banyak cowok-cowok yang meminta pin BB atau ID Line setelah selesai pertandingan. Tapi gue nggak pernah mau kasih. Entahlah, kok mereka tetep aja tahu pin BB gue, tau ID Line gue, bahkan maksa-maksa minta di follback di instagram. Ternyata mereka minta ke sahabat gue itu. Awalnya gue kesel dan nggak nyaman, sampai ganti HP. Gue marah-marahi sahabat gue itu. Tapi lama-lama gue menyadari, itulah resiko dari sebuah prestasi. Ehm! Jadi ya dinikmati saja. Kan kita nggak akan eksis tanpa penggemar. Maka musti ramah sama fans. Ya nggak? Kalau ada yang bilang Hai, ya gue bales Hallo. Kalau ada yang ngajak ngobrol soal basket, ya gue jawab sebisanya. Tapi kalau mulai ngomong ngalor-ngidul menjurus ke soal pribadi, apalagi modus mau deket-deket, awas aja, gue blokir atau gue dellcon! Biar hidup gue nggak ribet!

Soal nama gue, papa mengambilnya dari bahasa Spanyol dan Yunani. Keren deh pokoknya! Neta itu dalam bahasa Spanyol artinya perempuan yang serius. Sedangkan Ilona diambil dari bahasa Yunani yang berarti cahaya penerang. Jadi kira-kira artinya, gue ini diharapkan jadi anak perempuan yang serius dan menjadi cahaya penerang. Ya semacam RA. Kartini gitu kali ya? Tau deh, kayaknya nama gue itu cuma bagus artinya saja, tapi sulit buat diwujudkan. Malah jadi beban berat buat gue. Papa sih, kebarat-baratan! Gaya banget! Coba kalau gue dikasih nama Sri Rejeki. Kan lebih Indonesia dan lebih enteng ngejalaninnya. Rejeki bakalan terus datang ke hidup gue.

Pacar? Ah, gue baru kelas 10, baru 16 tahun. Belum butuh pacar! Ya nggak tau ya kalau 2 atau 3 tahun lagi. Soalnya kalau lihat temen-temen gue yang udah pada teken, pacaran itu ribet! Over protective dan rasa cemburu pacar bakal bikin kita kehalang untuk maju. Ini dikit dilarang, itu dikit dinasehatin bejibun, deket sama sana ditinggal ngambek, deket sama sini BBM cuma diread doang! Huh, ribet deh! Mama aja kalau ngelarang nggak seribet itu! Padahal untuk maju, kita ya harus coba ini, berani itu, dan butuh dekat dengan banyak orang. Gimana gue yang sekolah di SMA Maju Terus bakal bisa maju kalau buru-buru punya pacar? Lagian, ngurus diri-sendiri aja kadang gue belum becus, lha gimana mau ngurus pacar coba?

Mama gue juga wanti-wanti agar gue sebaiknya nggak pacaran dulu. Katanya anak belasan tahun yang lagi pubertas itu sering nggak bisa kontrol diri, rasa ingin taunya tinggi, suka nekat, padahal belum bisa bertanggung jawab. Gue anak satu-satunya, dan mama gue takut gue kenapa-kenapa. Mama bekerja, berangkat pagi pulang petang, nggak bisa nemenin gue terus, jadi mungkin sangat khawatir. Misalnya takut prestasi gue turun karena patah hati, berpacaran sampai melanggar norma susila, kehilangan keperawanan, atau bahkan hamil. Padahal baru SMA. Hih, amit-amiiiiiiit!!!!!! Gue mah ogah! Mending nurut dah gue sama mama. Padahal sebenarnya gue ini bisa jaga diri dan bisa dipercaya lho.

Yang gue butuhin saat ini mungkin sahabat, teman dekat, teman curhat, atau seseorang yang bisa jadi kakak kali ya. Makanya, kalau nembak gue, jangan bilang,"Mau nggak lu jadi pacar gue? Ntar gue kasih cinta segambreng lu!" Pasti gue tolak. Tapi kalau sampai ada yang nembak begini,"Mau nggak lu jadi adik angkat gue? Ntar warisan bokap gue bakalan gue bagi berdua sama lu dah!" Pasti langsung gue terima.

Eh, udah dulu ya! Gue musti ke rumah Golan dulu, mumpung malam Minggu dan nggak ada tugas! Ntar keburu malam. Soalnya akhir-akhir ini ibunya Si Golan sering nggak suka ada cewek dan cowok nongkrong sampai malem di loteng rumahnya. Bukan mukrim, katanya. Padahal dulu waktu kami masih kecil juga sering begitu dan ibunya Golan nggak banyak komentar. Lagian kami juga nggak pernah ngapa-ngapain. Lihat bintang doang! Golan juga anak soleh, otaknya lurus mirip penggaris, dan jelas bukan tipe cowok modus. Aman deh pokoknya sama dia! Gue musti cabut dulu ke markas besar kami ya! Semoga dia sedang menemukan bintang baru di langit.

Kerlip di LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang