BAGAI MEMELUK JUPITER

109 3 0
                                    



Malam Minggu ini, kulihat Aura, diantar sopirnya, datang ke rumah Golan. Nggak tau mau ngapain. Gue juga nggak pengin tau. Yang jelas gue dengar suara canda tawa di ruang tamu tetangga sebelah gue itu. Kayaknya memang Golan nggak pernah ngajakin Aura ke loteng sih. Bagus! Mereka hanya ngobrol di ruang tamu.

"Netaaaa...." Ah, Kak Marko.

"Ngapain?" Balas gue di Line.

"Kalau malam ini kita nonton dan makan malam, mama lu kasih ijin nggak ya?"

"Kasih." Daripada gue suntuk di rumah.

"Asyiiiiik."

"Tapi gue yang atur dan bayarin semuanya."

"Lagak lu."

"Jangan sekali-kali ngeremehin gue. Atau nggak usah jadi aja sekalian."

"Eh, jangan gitu dong. Iya maaf."

"Ya udah. Datang ke rumah gue jam tujuh. Bilang dan minta ijin sama mama gue kalau kita mau nonton dan makan malam."

"Ya, Neta. OK."

Jam tujuh tet, Kak Marko sudah ada di depan pintu rumah gue. Searogan apapun seorang cowok, dia ternyata akan blingsatan juga kalau mau ketemu ayah cewek yang sedang didekatinya. Lumayan, dia cukup punya nyali.

"Selamat malam, Om. Maaf, apakah saya boleh bertemu Neta, Om?" Mereka berkenalan. Papa sempat tanya-tanya dan Kak Marko pede aja ngejawabnya. Mereka ngobrol di ruang tamu.

"Maaf Om. Saya mau minta ijin ajak Neta keluar, Om. Kami mau nonton sekalian makan malam."

"Oh, boleh. Neta tadi sudah bilang kok sama Om." Gue keluar menenteng laptop. "Loh, katanya mau keluar, Net? Kok nenteng laptop segala? Sambil ngerjain tugas sekolah?" Tanya papa. Kak Marko juga bengong.

"Emang kami mau keluar kok, Pa. Keluar ke teras maksudnya."

"Loh gimana sih?" Tanya Papa heran.

"Ya tetep mau nonton dan makan malam di luar, di teras maksudnya. Ayo, Kak. Kita pindah ke teras. Kami minta ijin keluar sebentar ya, Pa. Ke teras." Papa tersenyum sambil geleng kepala. Kalau papa mah udah biasa sama petingkah gue. Kak Marko masih bengong. Tapi nurut aja ngikutin gue ke teras. Dia mengangguk kepada papa sambil bilang permisi.

"Maksud lu apa sih, Net?"

"Mau nonton dulu atau mau makan malam dulu?"

"Ya, kita jadi keluar kan?"

"Kan udah keluar kita. Udah di teras."

"Gimana sih lu?"

"Sini deh. Kan gue udah bilang. Gue yang bakalan atur dan traktir. Nah sekarang kita mending nonton film dulu aja ya. Mau yang romantis atau yang perang-perangan?" Tanya gue sambil nyalain laptop.

"Kita nonton film di laptop? Di teras ini?"

"Ya iya lah, Kak."

"Sinting lu!"

"Emang! Udah deh, nurut aja sama gue. Mau nonton film apa? Ni gue ada DVD ori banyak. Gie? Ada Apa Dengan Cinta? Laskar Pelangi? Chinderella? Frozen? Doraemon? Inside Out? Barbie?" Kak Marko diam aja. Diam berarti setuju. Baiklah, nonton Frozen aja! Film kartun terlaris sepanjang masa! Sountracknya juga keren. Penyanyinya aja seberkelas Demmi Lovatto.

Kami duduk lesehan di teras. Laptop ada di meja. Dua gelas jus tomat dan setoples kripik jagung siap menemani. Selama nonton Frozen, dia tetep diem. Tau bête atau ngambek. Tau deh. Biarin aja. Mungkin sedang sangat menikmati filmnya. Di tengah-tengah film, waktu Anna dan Christof dikejar-kejar raksasa salju Marsmellow, tukang nasi goreng lewat. Tek! Tek! Tek!

Kerlip di LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang