SURPRISE BIRTHDAY DI AWAN

83 4 1
                                    


Gue sering mimpi ketemu Golan. Nyata banget rasanya. Dia ada di lantai dua sekolah sedang ngelihat gue main basket. Pada mimpi yang lain seolah gue ketemu dia di UKS. Pernah juga mimpi sedang nemenin dia ngetik cerpen di loteng. Juga mimpi nungguin dia di bawah pohon manga depan laboratorium Fisika.

Gue kadang belum bisa menerima kenyataan ini. Golan nggak ada. Kayaknya dia cuma sedang ijin nggak masuk sekolah aja. Kadang kalau gue main basket, gue masih sering ngedongak ke lantai dua. Berharap dia ada di sana. Tapi gue nggak nemuin apa-apa. Kadang gue duduk lama di bawah pohon manga di depan laboratorium Fisika. Gue ingin dia keluar dari laboratorium Fisika bareng Aura. Tapi Aura hanya keluar sendirian. Lalu nyamperin gue dan ngajak pulang bareng.

Golan benar-benar sudah hilang. Nggak tau di ruang angkasa sebelah mana dia ngumpet. Yang jelas dia ada di hati gue terus. Selalu gue tungguin di mimpi. Kadang gue mengintip dari jendela rumah, siapa tau ayahnya datang dengan mobilnya dan Golan diajak pulang seperti dulu waktu habis ngumpet dari planet Pluto. Tapi itu nggak pernah terjadi. Gue harus menerima. Golan memang sudah nggak ada. Sudah jauh pergi.

"Mbak! Mbak Neta! Lihat siapa yang datang!" Teriak Si Mbak. Gue kaget banget. Hah? Bang Gibran? Mungkin sudah hampir dua bulanan kami nggak ketemu. Dan dia datang dari Yogya?

"Bang!"

"Neta! Happy Birthday ya....." Oh Tuhan, ini tanggal 29 Februari. Gue sampai nggak inget kalau hari ini umur gue genap 16 tahun.

"Trimakasih ya, Bang." Gue nggak bisa ngomong apa-apa lagi.

"Bang Gibran baru datang?"

"Udah dari tadi pagi."

"Ih, kok diem-diem? Jahat! Kalau tau kan gue minta antar dan jemput ke sekolah! Udah lama banget gue nggak diantar sama lu, Bang."

"Trus selama ini kalau ke sekolah gimana?"

"Kan gue udah bisa naik motor, bang. Lu kan bang yang ngajarin gue."

"Wah, hebat. Eh, ke loteng yuk."

"Ke loteng? Ngapain?"

"Udah ayo ikut!" Kami pun ke rumah sebelah. Begitu masuk, semua kenangan akan Golan kembali gue ingat. Lalu kami naik ke loteng. Sumpah! Gue kaget! Balon dan kertas krep warna-warni. Tulisan It's Neta's Day di kertas asturo segitiga warna hitam yang ditempel di dinding pakai benang kasur. Roti bakar bikinan Bang Gibran. Dan kue tart penuh lilin kecil di atas meja. Kok bisa persis banget dengan cerita gue ke Golan waktu itu? Gue bingung.

"Waktu itu, Golan pernah minta ke gue buat bikinin ini semua pada tanggal 29 Februari buat kamu, Neta." Gue hanya bisa diam mendengar penjelasan Bang Gibran. Air mata gue meleleh. "Ayo dong make a wish dan tiup lilinnya."

Gue memejamkan mata dan berdoa,"Tuhan, peluklah Golan di surga-Mu sana. Terimakasih dia sudah membalas cinta Neta. Walau dengan cara yang seperti ini." Lalu gue tiup lilinnya. Gue dengar lagu happy birthday dinyanyiin seseorang. Aura? Dia dari tadi ngumpet dan tiba-tiba udah nongol aja. Ulang tahun gue dirayakan dengan cara yang persis seperti yang gue minta ke Golan waktu di rumah sakit itu. Trimakasih ya, Go. Aura memeluk gue erat-erat.

"Net, ini laptop Golan. Waktu itu dia minta ke gue supaya ngasih laptop ini ke lu. Di dalamnya masih banyak naskah cerpen yang belum sempat dikirim. Katanya, dia minta tolong supaya naskah-naskahnya lu yang urus. Lu juga boleh nerusin cerpen-cerpennya yang belum kelar." Kata Bang Gibran. "Katanya, semua cerpennya dia kembangin dari cerita-cerita dan curhatan-curhatan lu ke dia ya?" Gue mengangguk.

"Ya bang, nanti gue urus."

"Makasih ya, Net."

"Iya, Bang. Sama-sama."

"Oh ya, gitar akuistik punya Golan, yang satu mau gue bawa ke Yogya. Yang satu lagi lu yang simpan ya. Kalau lu kangen sama Golan, mainin gitar ini."

"Pasti. Makasih ya, bang."

"Oh ya, katanya lu mau traktir kita makan mie ramen di mol tengah kota."

"Ya ampun. Golan juga bilang begitu ke abang?" bang Gibran mengangguk.

"Eh, tapi kita makan roti bakar dan kuenya dulu." Kata Aura.

Kami pun makan kue dan roti bakar sambil melihat langit sore lewat jendela besar di loteng. Gue yakin Golan bahagia melihat kami dari tempatnya sana.

Dan seandainya bisa, Go, gue mau lu hadir juga di ultah gue. Kalau lu udah nggak bisa nginjek bumi lagi, ya udah nggak papa. Bawa gue ke awan. Surprise birthday buat gue sore ini biar serasa berada di atas awan. Ada lu dan bareng lu di sana. Seandainya bisa.....

:(H

Kerlip di LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang