Bang Gibran waktu jemput pas pulang sekolah sempat curiga dengan sedan putih yang terus ngintilin kami dari depan sekolah. Sedan itu ikutan berhenti waktu Bang Gibran dengan sengaja mampir ke sebuah kios untuk beli pulsa. Merasa dibuntuti, Bang Gibran malah ngajak kami muter-muter lalu masuk ke gang sempit perumahan lain. Dan sedan putih itupun berlalu begitu kami masuk gang sempit itu. Begitu sedan putih itu lenyap, barulah kami pulang.
"Siapa sih tu orang? Dari tadi ngikutin kita mulu!" bang Gibran jengkel. "Apa kalian lagi punya musuh?"
"Enggak." Jawab gue. Golan juga menggeleng.
"Trus apa coba salah kita? Sampai dikepoin kayak gitu?"
"Penculik kali, Bang." Kata Golan.
"Trus siapa yang mau diculik?"
"Neta kali." Jawab Golan. Kok gue? "Sekarang kan lagi
jamannya gadis-gadis dijual ke luar negeri. Dijadiin wanita penghibur gitu."
"Ih, amit-amit! Tega bener sih lu! Lu kali yang diincer! Kan sekarang lagi jamannya orang diculik buat diambil ginjalnya gitu."
"Enak aja!"
"Gini deh. Sekarang kalian harus tetap waspada, hati-hati, nggak mudah percaya sama orang asing. Neta, jangan pernah pulang sendirian. Gue bakalan jemput terus. Kalau Golan pas pulang bareng Aura, biarin aja. Gue bakalan tetep jemput lu. Ngerti?"
"Iya, bang." Jawab gue.
"Dia kan kadang pengin pulang bareng Marko juga, bang."
"Ih, siapa yang pengen?sok tau!"
"Ya kalau pas bareng Marko ya nggak papa. Tapi kasih tau gue. OK? Mama lu udah kasih kepercayaan ke gue buat ngejagaain lu tiap berangkat dan pulang sekolah, Net."
"Iya, Bang."
*
Sebenarnya apa sih yang menarik dari diri Kak Marko? Sampai-sampai cewek-cewek di sekolah gue tergila-gila sama dia? Gue udah tiga bulan lebih sering ngobrol, pergi, ketemuan, dan ngechat sama dia. Tapi kok biasa aja ya? Malah yang gue lihat dari dia tuh kekurangannya banyak banget! Ah, cewek-cewek yang ngefans sama dia tuh nggak tau kalau mereka ketipu!
Ya emang sih, kelebihan dirinya tuh nggak main-main. Nomer satu, secara fisik dia menarik, termasuk cogan. Kedua, anak orang tajir dan terpandang. Ketiga, suaranya lumayan, tapi ya masih kalah sih kalau dibanding sama Judika atau Ari Lasso. Keempat, bisa pasang tampang penuh kharisma di muka umum. Ya kelebihannya cuma itu doang sih kalau gue lihat.
Selebihnya dia tuh labil, manja, memble, nggak tahan banting, selengekan, egois, dan nggak danta! Dan kayaknya dari ratusan cewek di sekolah gue, hanya gue yang bisa ngelihat kekurangan-kekurangannya itu. Heran! Cewek-cewek yang lain udah tertutup mata batinnya kali ya.
Sore itu dia sebenarnya ngajakin gue jalan-jalan ke mol tengah kota. Mau cari hiburan sekaligus makan. Siapa tau lagi ada konser band atau penyanyi solo gitu. Tapi gue nggak mau. Takut gue jalan sama dia di tempat-tempat kayak gitu. Ntar kalau ada cewek yang ngefans sama dia ngelihat kalau dia jalan sama gue, bisa-bisa gue digebok pakai botol air mineral. Ogah dah pokoknya. Maka, atas saran gue, kami pergi ke pasar malam di kampung dekat perumahan gue. Nggak ada yang kenal. Nggak ada yang peduli. Jadi aman.
Ampun deh, dia kocak banget! Masak sih naik ontang-anting dan komidi putar aja girangnya minta ampun. Bahkan ketagihan minta naik lagi. Gila tu orang! Gue sampai malu sama anak-anak kecil yang pada naik mainan itu. Ibu-ibu udah pasti seneng banget ngelihat dia. Mungkin pikir mereka, ni kok ada cowok kece main ke kampung. Coba pada punya anak perawan, udah bakal dipaksa dijadiin mantunya kali dia. Mana Kak Marko senyum-senyum lagi setiap kali dilihatin sama ibu-ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kerlip di Langit
Genç KurguPersahabatan antara 2 anak SMA, Golan dan Neta. Mereka sejak kecil sudah bersama. Melalui suka duka dalam pertumbuhan mereka memasuki masa remaja. Saling menyayangi, saling menjaga, dan saling melndungi menjadi roh mereka dalam menjalin sebuah persa...