part 2

35.1K 1.4K 22
                                    

Erena membuka kelopak matanya sekejap dan terpejam lagi, semuanya tampak kabur dan berbayang. Dia segera mengerjapkan netra coklatnya untuk dapat menyesuaikan diri. Dengan susah payah Erena coba bergerak, tapi rasa sakit seketika mendera kepalanya. Gadis itu kembali pasrah dan memandang sekelilingnya. Sebuah ruangan bercat putih, dengan aroma khas obat- obatan.

Kenapa aku bisa berada di sini?

Sekilas kejadian tadi melintas di kepalanya.

Tentu saja kecelakaan itu.

Mendadak kepalanya menjadi sangat pusing. Ia mencoba memijat pangkal hidungnya, bermaksud untuk mengurangi rasa nyeri yang semakin mendera.

Erena begitu terkejut, ketika tanpa sengaja menyentuh wajahnya.

Mengapa mereka memperban
Seluruh wajahku?

Sebuah pemikiran buruk yang melintas di otaknya membuat bibir gadis itu bergetar. Dengan panik ia mencoba melepas perban yang menempel di seluruh wajahnya.

Bertepatan dengan itu, seorang dokter bersama dengan perawat muda memasuki kamar inap tempat Erena di rawat. Pria itu sangat terkejut dan segera berlari  mendekati gadis itu, Sebelum dirinya sempat menarik perban yang melekat di wajahnya, dokter itu telah terlebih dulu menahan tangannya,

"Sinta, cepat suntikkan obat penenang sekarang!" Seru dokter itu pada perawat muda yang berdiri di sampingnya.

Dokter tersebut sudah memperkirakan kalau pasien akan shock setelah tersadar dari pingsannya, sehingga ia menyuruh perawat yang menemaninya bertugas hari ini untuk membawa obat penenang sebelum menuju kamar pasien.

"Baik dok."

Suster itu dengan cepat mengambil suntikan dan obat penenang dari saku bajunya, dan menyuntikan ke lengan gadis itu.

Tidak lama setelah obat di suntikkan, pergerakan gadis itu semakin melemah dan akhirnya kembali tertidur.

"Untung saja kita datang tepat waktu." Desah dokter itu lega.

Dokter itu tidak dapat membayangkan, bagaimana jadinya jika dia datang terlambat sedikit saja. Luka di wajah gadis itu sangat parah. Karna beberapa pecahan kaca tersebut, mengenai sebagian parasnya yang mengakibatkan luka sobek melintang yang cukup dalam, dari bawah mata hingga mendekati rahang. Gadis itu juga mengalami luka bakar di pelipis dan pipi  sebelah kiri yang tidak terkena goresan benda tajam.

Setelah gadis itu kembali tenang, dokter muda berperawakan mungil tersebut bergegas keluar dari kamar pasien.

Seorang pemuda tampan dengan masih mengenakan setelan pakaian kerja lengkap, menatap dokter itu datar. Dia dengan langkah mantap, segera menghampi-ri dokter yang masih berdiri di depan pintu kamar inap pasien, tanpa memperduli-kan sedikitpun, beberapa pasang  mata gadis muda yang menatapnya lapar. Seakan mereka semua terpesona akan kesempurnaan fisiknya.

"Anda keluarga pasien?" Tanya dokter muda itu langsung tanpa berbasa-basi.

"Bukan dok, saya yang membawa gadis itu kemari." Ucapnya datar.

"Bagaimana kondisinya?"  Tanya pemuda itu.

"Tidak begitu baik, kami terpaksa memberinya obat penenang, karna pasien sempat histeris dan memberontak akibat terlalu shock dengan luka di wajahnya," lanjut dokter itu.

Dendam Dan Cinta (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang