part 15

19.3K 970 4
                                    

Erena baru saja pulang dari kampus, ia lalu merebahkan tubuhnya di sofa hitam. Keadaan ruang tamu tampak lenggang, entah kemana para pelayan Karel yang biasanya tampak berseliweran di sana.
Ia memejamkan matanya sejenak, sekelebat kejadian
Kemarin sore kembali muncul, semburat merah tampak menghiasi pipi gadis itu, ia segera memukul pelipisnya sendiri untuk mengusir bayangan karel di pikirannya.

"Auw ..." ringisnya pelan akibat dari pukulannya sendiri, ia segera bangkit menuju ke kamarnya, tapi keresahannya tak kunjung hilang. Alhasil Erena malah mondar-mandir tak jelas dalam ruang tidurnya.
Lebih baik aku tidur saja, kata hatinya sendiri sambil merebahkan tubuhnya di kasur king size tersebut.

+++

Erena mengerjapkan matanya sejenak setelah terbangun dari tidurnya. Keadaan di sekeliling kamarnya tampak gelap.

"Sudah malam rupanya," gumam gadis itu pelan, ia segera bangkit dari tidurnya, menyandarkan punggungnya pada kepala tempat tidur. Tanpa sengaja gadis itu melihat sesosok bayangan yang sedang duduk di pojok ruangan sambil memandangnya lekat. Dengan cepat Erena  menyalakan lampu tidur yang terletak di nakas samping tempat tidurnya.

Seketika kegugupan kembali menderanya, ketika Erena menyadari siapa lelaki yang memandangnya lekat tadi.

"Aku kemari untuk mengajakmu makan malam. Tapi kulihat kau masih terlelap, jadi aku menunggu kau bangun," ucap Karel datar, sambil bangkit dari duduknya untuk menghampiri Erena.

Seketika Erena menegang, gadis itu mengeratkan genggaman selimut di tangannya.

Langkah kaki lelaki itu terhenti seketika, Karel memicingkan matanya penuh curiga atas tingkah gadis itu.

"Kau kenapa Eren?" Jawab lelaki itu heran.

"Tidak apa-apa." Jawab gadis itu buru-buru, semburat merah kembali menghiasi wajahnya yang putih.

Seringaian seketika muncul di wajah tampan Karel, pria itu kembali melangkah sambil menatap dalam Erena.

"Apa kau sedang memikirkan ciuman kita waktu itu?" Tanya Karel dengan nada menggoda.

Gadis itu terbelalak kaget, ia segera menggeleng cepat, tapi semburat merah di wajahnya semakin tampak jelas.

Pria itu lalu duduk dan berhadapan dengan Erena yang langsung menunduk malu.

"Jangan coba-coba menggodaku dengan tingkahmu itu Eren."

"Aku tidak..." Bantah Erena panik

Suara ketukan di pintu menghentikan ucapan Erena. karel segera bangkit. Lelaki itu melangkah tenang menuju pintu.

"Nona Eren ini ... eh tuan!?" ucap bibi Naura terkejut.

"Ada apa bi?" Tanya Karel datar.

"Tidak apa-apa tuan. Saya hanya ingin mengantarkan makan malan untuk nona Eren." Ucap bibi Naura canggung, sambil memperlihatkan nampan yang berisi makanan di tangannya. Karel mundur sedikit. Memberi jalan pada bibi Naura untuk lewat.

Wanita paruh baya itu lalu meletakkan nampan di atas meja dekat sofa tunggal. Dan langsung beranjak pergi setelah pamit pada keduanya. Lampu kamar telah dinyalakan, sehingga ruangan tersebut menjadi terang benderang.

Pemuda itu lalu meraih nampan perak berisi nasi, capcay, udang tepung, daging goreng dan juga potongan melon. Setelah itu kembali berjalan menghampiri Erena yang masih duduk bersandar di atas pembaringan.

"Terimakasih," ucap gadis itu pelan. Karel hanya mengangguk samar, lalu duduk kembali di sebelah Erena.

Erena mulai menyuapkan sesendok nasi beserta sayur dan lauk ke dalam mulutnya, cukup lama mereka berdiam diri, sampai akhirnya pria itu kembali berkata.

"Besok pagi, aku sudah harus berangkat," ucap Karel kemudian.

Gadis itu sejenak terdiam, tapi akhirnya meneruskan kegiatannya lagi tanpa berkata apapun.

"Aku sudah menghubungi Kevin untuk menjagamu." Karel memperhatikan sejenak ekspresi gadis itu, tapi wanita yang di tatapnya tersebut tampak tak acuh. seolah tak peduli.

"Selama aku pergi, kau..."

"Aku tahu." jawab Erena memotong kata-kata karel. Sekilas ada tatapan terluka di balik manik coklat itu.

Karel tertegun sejenak, mungkin aku salah lihat, ucap pria itu dalam hati.

Pria itu mengelus rambut Erena pelan kemudian beranjak pergi. Setelah kepergian Karel Erena meletakkan makanannya kembali di atas nakas. Wajahnya seketika berubah murung.

"Mengapa mencintaimu begitu sakit Karel, tak dapatkah kau memandangku selain sebagai alat balas dendammu. Aku mencintaimu Karel. Diriku teramat mencintaimu," gadis itu kembali terisak.

TBC

Dendam Dan Cinta (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang