Karel tampak terlihat gelisah di dalam ruangannya. Lelaki itu telah beberapa kali mencoba mengalihkan fokusnya pada lembaran berkas di dalam tangannya. Tapi walau begitu, keresahan yang kini tengah melanda dalam diri karel, tak juga hilang walau sekejap.
Karena telah beberapa kali mencoba namun gagal. Akhirnya, dengan perasaan kesal lelaki itu menghempaskan semua berkasnya ke meja.
Bertepatan dengan itu, pintu ruangannya terbuka. Jack yang baru saja masuk, tampak bingung menatap Karel yang terlihat sangat berbeda dari hari biasanya.
"Kau kenapa?" Tanya Jack tak acuh, sambil meletakkan beberapa dokumen penting di meja Karel.
"Kenapa kau tak mengetuk pintu?" Ucap Karel balik bertanya dengan nada kesal.
"Aku sudah mengetuknya dari tadi." Jawab Jack tak terima.
"Sebenarnya ada apa denganmu?" lelaki itu kembali bertanya. Padahal ia masih kesal atas perdebatan mereka waktu itu. Tapi, ketika melihat Karel yang terlihat kacau selama beberapa hari ini, membuatnya sangat penasaran.
"Aku tidak apa-apa," jawab Karel kembali tak acuh.
Sebenarnya ia juga sangat bingung pada dirinya sendiri. Mengapa ia tidak dapat berhenti memikirkan Erena. Seperti ada dorongan kuat yang terus memaksa dirinya, untuk memiliki gadis itu hanya untuk dirinya sendiri.
Jack menatapnya tajam. Lelaki itu memperhatikan raut wajah Karel sambil memicingkan matanya, nampak berpikir.
"Apa kau tahu. Tingkahmu itu, sudah seperti orang yang sedang jatuh cinta." ucapnya sedikit tak acuh.
Karel seketika terbelalak. Ia menatap lawan bicarany tak percaya.
"Itu tidak benar!" Gertak pemuda itu marah.
Jack hanya mengangkat alis penuh selidik, dan kembali berkata.
"Ya, mana mungkin patung es sepertimu bisa jatuh cinta. Kau bahkan tidak punya hati." Jawabnya sedikit ketus. Selesai mengatakan hal itu, Jack lalu melangkah pergi. Meninggalkan ruang kerja Karel dengan perasaan dongkol.
+++
Siang itu, Karel memutuskan untuk pulang cepat. Ia memarkirkan mobilnya di halaman depan sebelum beranjak masuk. Di ruang tengah, ia bertemu dengan bibi Naura, yang tengah sibuk membersihkan guci besar yang terdapat di pojok ruangan, wanita paruh baya itu nampak sedikit terkejut. Saat melihat tuan mudanya yang pulang lebih awal dibanding hari biasanya.
"Anda sakit tuan?" Tanya bibi Naura khawatir.
"Tidak bi, aku hanya sedikit lelah saja hingga ingin pulang cepat." Jawab Karel sopan.
"Mau bibi buatkan kopi?" Tanyanya kembali.
"Tidak usah bi, terimakasih." Jawabnya lagi.
Karel kembali meneruskan langkahnya menuju kamar. Di anak tangga, pria itu berpapasan dengan Erena yang sudah terlihat rapi.
"Kau mau kemana?" tanya Karel penuh selidik.
Gadis itu berhenti sejenak di pinggir tangga dan menoleh.
"Ke kampus kak. Kebetulan hari ini ada mata kuliah penting." Jawabnya.
"Tunggu aku di bawah, aku akan mengantarmu." Jawab Karel sambil kembali melanjutkan langkahnya menuju lantai atas.
" tapi kak...!"
"Kenapa? Kevin akan menjemputmu." Tanya Karel yang seketika berhenti melangkah. Memotong ucapan Erena dengan tatapan tajam.
"Bu... Bukan begitu. Kak Karel pasti capek baru pulang dari kantor. Dan sudah akan pergi lagi mengantarku," jawab Erena dengan nada khawatir.
"Aku tidak begitu lelah. Oh ya Eren, lebih baik kau panggil namaku saja jika kita hanya berdua. Menurutku itu lebih nyaman, bukankah begitu Eren?" Tanya pria itu dengan di iringi oleh sebuah senyuman yang sangat menawan. Setelah mengucapkan kalimat bernada manis tersebut. Karel kembali melangkah menaiki tangga, kejadian tak terduga itu tentu saja membuat Erena terpukau. Apalagi saat mendapati senyum Karel yang mempesona. Membuat hati Erena menjadi berbunga-bunga. Senyum lebar perlahan tercetak jelas di wajah gadis itu.
Erena menunggu di teras dengan hati berdebar. Tak lama, Karel muncul dengan penampilan casual. Membuat lelaki itu semakin terlihat tampan.
"Ayo," ucapnya dengan menarik tangan Erena lembut.
Erena tampak tidak percaya dengan semua ini. Dia tidak berhenti menatap jemari tangannya yang tengah di gandeng mesra oleh pria itu. Senyum gadis itu seketika mengembang sempurna.
Dalam perjalanan menuju kampus. Erena tampak lebih ceria, sikap Karel padanya hari ini lebih hangat daripada biasanya. Sesekali pria itu tersenyum menanggapi cerita Erena. Walau lelaki itu jarang bicara. Setidaknya, tatapan matanya tidak dingin seperti biasanya.
"Bagaimana kuliahmu?" Tanya Karel yang masih tampak fokus menyetir.
"Sangat menyenangkan Karl, mereka semua baik dan ramah," jawab Erena antusias.
Erena melirik pria yang masih terlihat fokus menyetir di sampingnya. Dia ingin mengetahui lebih jauh, tentang kehidupan pria yang telah memenjarakan hatinya tersebut.
"Karl, bisa Kami ceritakan bagaimana masa kuliah kamu dulu?" Tanya Erena yang mylai terlihat santai.
Karel menghela nafas. Lelaki itu diam sejenak sebelum kembali berbicara,
"Tidak ada yang istimewa pada masa kuliahku." Jawab Karel singkat.
"Gadis-gadis dikampusmu dulu pasti sangat cantik. Seorang most wanted sepertimu, pastinya banyak di kelilingi oleh para wanita." Jawab Erena, dengan nada sedikit kesal.
Pria disebelahnya hanya tersenyum tipis, sambil tetap fokus menatap jalan raya.
"Benar begitukan?" tanya Erena sedikit jengkel karna pria itu hanya diam saja. Pasti semua itu benar. Tidak mungkin pria sesempurna seperti dirinya tidak di gilai para gadis. Pikirnya kesal.
"Aku hanya fokus pada kuliahku saja. sejak dulu, papa telah mendidikku dengan sangat keras. Beliau ingin menjadikan aku sebagai penerus usahanya. Yang ada di fikiranku saat itu adalah belajar, dan terus belajar. Tidak ada sedikitpun waktu untukku memikirkan gadis manapun. Apalagi dekat dengan mereka." Ucap Karel menjelaskan.
"Kau sangat menyayangi papamu ya?" Tanya gadis itu lagi.
"Ya, dan aku sangat kehilangan, saat dia pergi meninggalkanku.
"Maaf, aku tidak bermaksud untuk membuatmu sedih," lirih gadis itu.
Karel hanya tersenyum tipis. Ia lalu menepikan mobilnya di pinggir jalan yang cukup sepi. Walau tampak heran Erena hanya diam. Ia tidak berusaha untuk bertanya.
Karel merubah posisi duduknya menghadap Erena. Ia lalu memutar bahu gadis itu pelan agar menghadap padanya. Karel mulai bercerita tentang kisah getir yang dialaminya selama ini, yang disebabkan oleh Kevin.
"Aku merasa kebahagianku hancur Eren. Demua musnah, andai saja pria brengsek itu tidak pernah hadir dalam kehidupan adikku. Mungkin saat ini adik dan ayahku..."
Pria itu tertunduk, ia tidak dapat meneruskan kata-katanya, matanya tampak merah menahan amarah.
Erena tertegun. Gadis itu tidak tahu harus berkata apa. Pemuda yang biasanya selalu terlihat tenang dan tak acuh tersebut tampak rapuh dihadapannya.
Dengan ragu, Erena meraih bahu pemuda itu dan memeluknya erat. Mencoba memberikan dukungan dan kekuatan bathin pada Karel.
Erena tersenyum ketika Karel tidak berusaha menolak dan membalas pelukannya.
Cukup lama mereka berpelukan, sampai akhirnya lelaki itu lebih dulu melepaskannya.
"Terimakasi Eren." Ucap pria itu tulus. Yang hanya dibalas Erena dengan seutas senyum tipis.
Karel segera melajukan mobilnya menuju kampus Erena wajah lelaki itu kembali datar tanpa ekspresi.
TBC
Hai guys, saya updates siang ni, pas ada ide langsung nulia aja. walau cerita ini makin gaje dan jauh dari yang diharapkan, sebagai penulis amatir, yang masih harua banyak belajar saya minta dukungan dari kalian semua, jangan bosan untuk membaca cerita aneh ini
see you, saya sayang kalian semua.
![](https://img.wattpad.com/cover/65876290-288-k401004.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Dan Cinta (End)
Romansa[18+] Dia datang saat kuterpuruk dan dicampakkan, dia dgn sejuta pesonanya, dapatkah diriku memilikinya, pada kenyataannya aku hanyalah sebatas alat, untuk balas dendam kepadanya (sebagian cerita di private)