Saat ini Erena sedang berada di ruang kerja pemuda itu. Mencoba bersikap wajar dengan berusaha terlihat tenang, di atas bangku tinggi dengan kaki kursi terbuat dari besi ringan berlapis bahan kulit berwarna gelap.
karel menatapnya sekilas sebelum berkata. Pemuda itu nampak sedikit ragu untuk berbicara kepada Erena.
"Kau mungkin merasa sedikit aneh, mengapa aku bersedia untuk menolong-mu sampai sejauh ini," ucap karel tenang, sambil menatap langsung ke manik coklat Erena.
Gadis itu hanya terdiam, dia tidak tahu harus berkata apa.
Ucapan pemuda di hadapannya itu benar. Ia sempat bertanya tanya dalam hati, mengapa lelaki itu harus bertanggung jawab sampai sejauh ini. Bersedia menolongnya dengan membiayai semua pengobatannya, bahkan sampai tinggal di rumah pemuda itu secara cuma-cuma.
Padahal karel bukanlah orang yang harus bertanggung jawab atas kecelakaan yang telah menimpanya.
Jika pemuda itu tidak cepat menolongnya, mungkin ia akan mati terpanggang dalam mobilnya sendiri. Karna tabrakan itu telah menyebabkan tangki bahan bakarnya bocor, ia sempat melihat percikan api, sebelum akhirnya tidak sadarkan diri.
"Kau tahu Eren? tidak ada yang gratis di dunia ini." Ucap pemuda itu pelan.
"A ... apa ... yang kau inginkan?" tanya Erena takut-takut, sehingga kata-katanya terdengar gugup.
Pemuda itu menyeringai, tatapannya semakin tajam, membuat sekujur tubuhnya meremang takut.
"kau tenang saja dan tak perlu merasa secemas itu Eren, karna aku tidak akan meminta kesucianmu, apalagi untuk wanita sepertimu ..." ucap Karel dengan nada mengejek.
Erena hanya terdiam, perkataan kejam pemuda itu sungguh menyakitinya.
Karna wanita itu hanya diam, Karel akhirnya kembali berkata.
"Aku hanya ingin melakukan semacam penawaran, yang tentu saja akan sangat menguntungkan bagi kita berdua." Ucapnya datar.
"Aku tidak mengerti maksudmu? kau mungkin salah jika meminta padaku, maafkan aku." ucap gadis itu.
"Aku tidak salah Eren, aku sangat mengetahui tentangmu, kehidupanmu, dan juga mantan tunanganmu yang bernama Kevin." Ucap Karel penuh tekanan.
Erena sangat terkejut, ia menatap Karel dengan ekspresi tak percaya, sedangkan pria itu hanya cuek saja, menghadapi tingkah Erena.
Pemuda itu menghampiri Erena, langkahnya tampak tenang. Setelah sampai di hadapan Erena, tangannya segera meraih dagu gadis itu dan mendongakkannya ke atas, matanya yang tajam tepat memandang ke manik coklat gadis di hadapannya.
"Jadi ... apa kau mau bekerjasama?" Tanya Karel.
"A ... A... Apa, yang harus kulakukan?" tanya gadis itu gugup.
Pemuda itu kembali menyeringai, ia mengelus pipi gadis itu lembut dan akhirnya melepaskan tangannya di dagu Erena, tanpa sadar Erena menarik napas lega.
"Gadis pintar, baiklah akan kukatakan. Aku hanya ingin kau membantuku untuk membalaskan dendamku pada mantan tunanganmu itu, dan secara tidak langsung kau juga dapat membalas sakit hatimu padanya juga, bukan begitu Eren?" tanya Karel datar.
"Mengapa kau bisa berpikir, kalau aku adalah orang yang tepat?" tanya Erena ingin tahu.
"Mengapa katamu? Tentu saja karna kita berdua memiliki dendam dengan orang yang sama!" Jawab pemuda itu sedikit lantang.
"Kau salah Karel, aku memang sakit hati atas penghianatannya padaku dulu, tapi diriku sama sekali tidak menaruh dendam pada dirinya, karna walau bagaimanapun Kevin pernah sangat berjasa dalam hidupku, dialah yang selalu membantuku selama ini, dia adalah pelindungku dan Kevin tidak pernah mengewakan diriku," jawab Erena tidak terima.
Pemuda itu mendengus marah, seketika dia menarik tangan gadis itu kencang dan mendorongnya ke dinding. menekan kedua tangan Erena hingga tidak dapat bergerak.
"Lantas, sekarang apa yang dia lakukan padamu, apa hah!" teriaknya lantang. Matanya tampak memerah, sarat akan emosi.
Erena sangat ketakutan, wajah gadis itu seketika memucat. Ia tidak menyangka Karel akan semarah itu.
"Aku tidak peduli, Kau harus melakukan apa yang kuminta. jika kau mencoba mengelak, apalagi tidak mengindahkan apa yang ku perintahkan, aku juga tidak akan segan untuk menghancurkan dirimu. Camkan itu baik-baik Erena, sekarang pergilah!" Perintah pemuda di hadapannya dingin.
Karel akhirnya melepaskan gadis itu. Tubuh Erena tampak bergetar, matanya sedikit berkaca-kaca, dengan cepat ia meninggalkan ruangan itu.
TBC
Aku update cepat nih.
Author gak pernah bosan buat ngingetin. Vote comentnya, please.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Dan Cinta (End)
Romance[18+] Dia datang saat kuterpuruk dan dicampakkan, dia dgn sejuta pesonanya, dapatkah diriku memilikinya, pada kenyataannya aku hanyalah sebatas alat, untuk balas dendam kepadanya (sebagian cerita di private)