part 3

28.6K 1.2K 6
                                    

Sore itu, seorang gadis sedang duduk termenung di atas bangku kayu panjang berwarna putih, dalam area taman rumah sakit. Tatapan di balik nektar coklatnya nampak kosong, seperti tidak memiliki gairah hidup lagi.

Mengapa semua ini harus terjadi dalam hidupku.
Aku sebatang kara di dunia ini. Kedua orangtua ku telah meninggal dunia 3 tahun lalu, akibat Pesawat yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan, dan terjatuh di luar lepas, tanpa menyisakan korban selamat. Sedang paman, satu-satunya keluarga yang dimiliki olehku, dengan begitu teganya merebut perusahaan yang di bangun lama oleh kedua orangtua ku.
Kini, putri tunggal mereka yang bernama Lisa, tanpa perasaan sedikitpun telah merebut Kevin dari sisiku.
Kevin yang selama ini menjadi pelindung dan penyemangatku.

Kevin ... Mengingat Nama itu, hatinya kembali berdenyut Sakit.

"Nona, sebaiknya anda kembali ke kamar, angin di luar cukup kencang. Saya tidak ingin anda jatuh sakit," ucap wanita paruh baya itu bernada cemas.

Erena mengangguk pelan dan segera beranjak dari duduknya, melangkah dengan lesu meninggalkan taman rumah sakit, bersama dengan wanita paruh baya yang melangkah di sampingnya.
Ia berjalan sambil tertunduk dalam, berusaha untuk
menghindari tatapan beberapa pasang mata yang menatap wajahnya dengan rasa penasaran sekaligus ngeri. Wajah yang masih terbalut dengan perban itu.

Ketika sampai di kamarnya, ia segera merebahkan tubuhnya di ranjang besi rumah sakit bersprai putih polos.Wanita di sebelahnya hanya diam, dan menatapnya iba.

"Bi, bisa saya minta tolong ?" Tanya gadis itu ragu.

"Tentu saja nona, apa yang dapat bibi bantu." Jawab wanita itu tenang dengan tersenyum lembut.

"Tolong sampaikan pada dokter, bisakah saya pulang hari ini." ucap Erena dengan suara rendah.

"Itu tidak mungkin nona, anda masih sakit." Jawabnya merasa keberatan.

"Aku tidak apa-apa bi, tubuhku baik-baik saja, dan aku bisa melakukan aktifitas seperti biasa." ucap Erena, berusaha meyakinkan wanita paruh baya yang masih berdiri dengan setia di samping tempat tidurnya.

"Maaf nona saya tidak bisa, tuan Karel pasti tidak akan menyetujuinya," ucap wanita tersebut, membuat Erena mengernyitkan alisnya heran.

"Karel?" Tanyanya bingung.

"Tuan Karel adalah majikan saya nona, dialah yang telah membawa anda kerumah sakit ini." jawab bibi Naura menjelaskan.

"Tapi bi saya harus pulang sekarang, lagipula jika terlalu lama saya di sini, biayanya akan semakin membengkak." ucap gadis itu lirih.

Wanita itu kembali tersenyum. "Anda tidak perlu khawatir nona, tuan Karel yang akan membiayai semuanya."

"Eh, tapi bi ..."

"Sudahlah, nona tenang saja. Lebih baik nona sekarang beristirahat," kata wanita itu sambil memasangkan selimut berwarna coklat polos ke tubuh Erena.

"Bi, bisakah diriku bertemu dengan tuan anda, saya hanya ingin menyampaikan rasa terimakasih saya atas kebaikannya selama ini." ucap Erena lembut.

"Tentu saja nona, tapi sayang sekali saat ini tuan Karel sedang berada di Jerman," jawab wanita itu.

"Saya permisi dulu nona, besok pagi saya akan datang lagi."

"Terimakasih bi." ucap Erena lembut.

Wanita setengah baya itu hanya mengangguk sambil tersenyum, dirinya segera melangkah keluar setelah menutup kembali knop pintu di kamar inap Erena.

Kesunyian kembali di rasakan oleh gadis itu setelah bibi Naura pergi.

Apakah hidupku akan kembali sunyi seperti ini, satu-satunya milikku pun telah pergi meninggalkanku.
Kuatkanlah aku Tuhan ...

Suara langkah kaki yang mendekat kembali menyadarkan Erena dari lamunannya.

Seorang perawat dengan tubuh sedikit gemuk berjalan menghampirinya, di tangannya tampak sebuah alat tensi juga beberapa butir obat dalam wadah stenlis berbentuk oval.

Dengan sigap ia memasang alat tensi di lengan kanan Erena dan mencatatnya dalam buku catatan kecil yang tersimpan dalam saku bajunya.

"Tekanan darah anda bagus nona, terimakasih atas waktunya, selamat sore." Ucap perawat itu.

Sebelumnya ia sempat menyerahkan beberapa butir obat yang tadi di lihat Erena dalam plastik transparan di wadah kecil tadi.

"Terimakasih suster," ucap Erena sopan.

"Iya, semoga lekas sembuh nona, permisi." Jawabnya ramah, Erena hanya membalasnya dengan anggukan pelan.

TBC

Dendam Dan Cinta (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang