part 4

26.2K 1.2K 7
                                    

Seorang pria nampak serius menatap jalanan kota di bawahnya, dari balik jendela besar di dalan ruang kantornya yang terletak di lantai dua puluh.

Wajah pemuda itu terlihat datar tanpa ekspresi. Pandangannya tampak tajam menatap keindahan kota yang sudah terlihat ramai. Kerlap kerlip lampu jalanan, bagai kunang-kunang raksasa yang bertengger dengan angkuhnya menghiasi kelamnya malam. langit petang ini tampak mendung, dengan sinar bulan yang terlihat sedikit memudar. Tertutupi oleh awan.

karel mengalihkan pandangannya dari jendela kaca, dia menatap benda persegi yang tergeletak di atas meja kerjanya. Sejenak berfikir hingga akhirnya melangkah ke mejanya, pemuda itu meraih ponsel yang tergeletak tadi dan menekan beberapa digit angka, menunggu sebentar sampai seseorang mengangkatnya.

"Hallo Jack, tolong kau pesankan tiketku sekarang. Aku akan pulang malam ini.

+++

Erena tampak gelisah dikamarnya.

Lebih tepatnya kamar di dalam mansion lelaki itu. Sudah sebulan Erena tinggal di tempat ini, dan semua ini karna paksaan dari bibi Naura, orang yang begitu baik padanya.

Perban yang melekat di wajahnya telah di lepas beberapa minggu yang lalu, dan kini wajah gadis itu tidak tertutupi apapun dan menampilkan wajah buruknya.

Lebih baik aku pergi ke dapur untuk membuat coklat panas, mungkin setelah itu aku dapat tertidur lelap.

Dengan langkah perlahan Erena menuruni anak tangga, ruangan di bawah tampak sunyi dan lenggang, tentu saja ini sudah hampir pukul dua pagi.

Bergegas gadis itu melanjutkan langkahnya menuju dapur. Tapi suara deru kendaraan yang memecah keheningan malam menghentikan pergerakan kakinya.

Siapa pada tengah malam begini datang bertamu, apa mungkin keluarga dari bibi Naura, ah ... lebih baik aku temui saja, siapa tahu sangat penting.

Karna penasaran Erena membatalkan langkahnya menuju dapur dan segera berbalik menuju ruang tamu.

Sejenak Erena nampak tertegun menatap seorang pemuda yang baru saja muncul dari balik pintu kayu. Pemuda itu sedikit terkejut, tapi dengan cepat ekspresi wajahnya berubah datar.

Ya Tuhan...! pemuda itu tampan sekali.

mulut Erena tanpa sadar terbuka, sedang yang di tatap hanya menatapnya dingin dan tajam.

Seketika gadis itu tersadar. Ia segera tertunduk dan menyembunyikan wajah buruknya.

Tak lama seorang pemuda lain yang tidak jauh berbeda usianya dengan pemuda yang satunya muncul di belakangnya setelah menutup pintu, sosok yang baru datang tadi cukup tampan, dengan bayangan janggut yang tampak samar di dagunya.

"Karl .... salinan dokumen untuk rapat besok sudah di kirim lewat email oleh sekretarismu lima menit lalu," ucap Jack sambil menatap lawan bicaranya tanpa menyadari keberadaan Erena di ruangan itu juga, yang sejak tadi berdiri mematung menatap kedua pemuda tersebut.

Ketika pemuda itu berbalik, dia baru menyadari kehadiran Erena, pemuda itu sedikit kaget dan akhirnya tersenyum ramah pada gadis itu yang tampak canggung.

"Hai ... apa kabar, kau pasti yang bernama Eren." Ucap Jack sopan.

Erena tampak terkejut, gadis itu mendongakkan kepala-nya dan menatap Jack bingung.

Pria itu tertawa pelan, sikapnya nampak bersahabat. "Ekspresimu lucu sekali nona, perkenalkan namaku Jack, aku adalah sahabat, sekaligus rekan kerja dari pemilik mansion ini," ucapnya, sambil menghampiri gadis itu dan berjabat tangan.

"Apa kau tahu lelaki yang berdiri di sana itu. Dia adalah Karel pemilik mansion ini." Ucapnya, sambil menunjuk ke arah pemuda yang satunya.

Sekali lagi gadis itu sangat terkejut, dia tidak menyangka sama sekali, selama ini Erena berfikir bahwa Karel adalah pria tua yang sangat kaya.

Gadis itu lalu menghampiri pemuda yang masih mengenakan setelan kerja berwarna gelap dengan sedikit canggung.

Pemuda itu menatapnya tajam, Kegugupan dengan cepat menghampiri Erena. Dengan tangan sedikit gemetar, ia mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan pemuda itu. Tapi pemuda itu dengan begitu acuhnya, malah pergi meniggalkan Erena yang masih berdiri mematung dengan tangan terulur.

Jack hanya dapat menarik napas datar menghadapi sikap Karel pada gadis di hadapannya tersebut.

"Sungguh kesan pertama yang sangat baik, bukan begitu sobat?" sindir Jack pada Karel dengan senyum mengejeknya.

Dulu Karel adalah pemuda yang hangat dan ramah, tapi peristiwa tragis yang menimpa salah satu anggota keluarganya tersebut, telah merubah segalanya. Membuat sahabat baiknya berubah menjadi pribadi yang sangat berbeda.

"Jack, ikut ke ruang kerjaku sekarang," ucap Karel datar. Dia lalu melangkah lebih dulu menuju ruangannya. Tanpa mengindahkan samasekali sindiran dari Jack.

Jack segera mengikuti langkah Karel ke ruang kerjanya, setelah terlebih dulu memberikan senyuman tipis. Kepada gadis yang masih berdiri kaku di tempatnya.

Erena hanya membalasnya dengan tersenyum canggung, gadis itu telihat meremas ujung blouse yang di kenakannya dengan gugup.

Jack tersenyum sendiri ketika mengingat kembali segala tingkah Erena yang tampak imut dan lucu di matanya.

"Kenapa kau tersenyum sendiri sejak tadi?" Tanya karel heran, setelah pemuda itu duduk di kursi Kerja miliknya, sambil menatap Jack dengan ekspresi datar seperti biasanya.

"Tidak ada, bisa kita mulai sekarang? Aku sudah sangat lelah, dan ingin segera pulang untuk beristirahat," ucap jack, terlihat tidak sabar.

Pemuda itu hanya tersenyum samar menanggapi ucapan protes dari sahabatnya tersebut.

Karel segera membuka laci meja kerjanya, dan mengambil selembar photo lalu menyerahkannya pada jack.

"Aku ingin kau segera mencari tahu tentang pemuda yang berada dalam foto ini. Begitu juga dengan perusahan miliknya," ucap karel tenang.

"Kau merencanakan sesuatu Karl?" Tanya jack penuh selidik.

"Kau akan tahu nanti, lebih baik kau lakukan saja apa yang telah ku perintahkan padamu saat ini," jawab pemuda itu datar.

"Oke ... memangnya aku bisa apa? Kau adalah bosnya." Ucap Jack sedikit kesal.

"Aku pergi sekarang." Ucap Jack sambil berdiri dari duduknya, Karel hanya membalas dengan anggukan samar tanpa berniat untuk menjawab, Pemuda tersebut segera membuka knop pintu ruangan kerja Karel, dan menghilang dari pandangan Karel setelah menutupnya kembali.

TBC

Vote and coment ya guys

Dendam Dan Cinta (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang