Bab 1

2.5K 93 5
                                    

Halo!
Ff ini sedang dalam tahap revisi ya, mohon dukungannya!:))
BUDAYAKAN VOTE DAN COMENT. KLIK BINTANG DIPOJOK KIRI GAK SUSAH KOK💙









Pagi cerah untuk aktivitas yang membosankan. Kuliah.
Park Soo Young adalah salah satu dari sekian banyak pelajar disalah satu Universitas di'Indonesia yang berada ditengah Ibukota yang super padat penduduk dan terkenal dengan macetnya itu. Jakarta.

Tapi karena namanya dianggap awam untuk beberapa lidah Indonesia ia lebih sering dipanggil Joy, sebenarnya ia juga bingung berasal dari mana asal nama panggilan macam itu.
Memang betul kalau ia keturunan blasteran.
Itu seolah tercetak jelas diwajahnya. campuran Jakarta-Seoul yang diturunkan kedua orangtua-nya sangat terlihat pada struktur wajah dan tubuhnya.

Tak jarang ada pria yang terang-terangan memperhatikannya, atau coklat valentine yang berjajar dimeja nya. Itu sungguh hal biasa yang ia alami dimasa kuliahnya yang hampir berakhir.
Usianya masih terbilang muda untuk menamatkan masa Sarjana yang ia tempuh dari usia 16 tahun. Salahkan saja otak nya yang kelewat jenius karena berhasil melewati tes akselerasi saat ia masih SMA.
Awalnya hidupnya baik-baik saja, ia akan melanjutkan hidup dengan bekerja dari bawah diperusahaan manapun selain perusahaan Ayahnya -ia benci disebut pewaris tunggal- walau itu memang kenyataannya. Ia bisa memikirkan satu itu nanti, yang terpenting saat ini ia ingin fokus dengan prinsip dan sidang skripsi nya yang semakin dekat.


.
.
.


"Joy! Kau baru datang?"

Soo Young menoleh, memperhatikan lekat-lekat pria berbadan semampai yang baru saja menyapanya santai. Ah, ternyata dia.
Ia berdehem, tak mempedulikan kehadiran pria itu dan terus melanjutkan langkahnya menuju gedung utama Fakultas Bisnis dan Manajemen.

"Sudah sarapan? ingin sarapan bersama? atau kita juga bisa makan siang setelah jam kuliahmu berakhir! Bagaimana?"

Akhirnya ia memutar mata jengah mendengar ocehan dari manusia bebal yang baru saja berhasil mensejajarkan langkah dengannya.

"Dengar, Ivan. Aku tidak sedang ingin berdebat denganmu hari ini, tidak ada makan bersama. Selesai. Sampai jumpa"

Ivan bergeming, secara tidak langsung memberikan Soo Young kesempatan untuk segera enyah dari hadapannya.

Ia berlari kecil menaiki tangga menuju kelas ilmu Saham dilantai 3 gedung ini, sedikit menyiksa tapi bisa apalagi. Menurutnya menaiki lift hanya membuang waktunya dan membuat jiwa malasnya kembali. Jadi, ia akan tetap menaiki satu persatu anak tangga malang itu dengan sabar.

Sial. Dia terlambat.


Mr. Kertia, dosen Ilmu saham yang terkenal sangat hobi mencontrengkan tinta merah dinilai harian memandangnya murka. Ia hanya terlambat 2 menit lewat 37 detik dan beliau sudah seperti mendapati anak nakal yang baru saja pulang dari Club atau tempat semacam itu.

"Park Soo Young!!"

Ia menggerutu dalam hati, berharap seseorang menenggelamkannya sekarang juga. Berpikir tidak realistis kadang memang diperlukan.

"Maaf saya terlambat, Master"

"Kau pikir kelas ini milikmu hah? JANGAN BERLAKU SEENAKNYA"

Demi tiga puluh lima koma tujuh puluh sembilan saham-nya diperusahaan Ayahnya, ia berani mengatakan bahwa situasinya saat ini sungguh mengesalkan.

"Maaf Master, tidak akan saya ulangi"

Soo Young menggeram tertahan, berharap pak tua ini segera meloloskannya atau keluarkan saja ia sekalian dari kelas-nya agar ia dapat libur secara gratis hari ini.

"Cepat duduk! Jika saya mendapati kamu mengulangi kesalahan yang sama, jangan harap kamu dapat bergabung dikelas saya lagi! Mengerti?!"

"Ya, Master"

Soo Young sedikit kecewa dengan keputusan yang diberikan Mr. Kertia karena sebelumnya ia sudah membayangkan bersantai ria disalon. Salahkan saja otaknya yang tidak pernah bisa diajak kompromi itu, ada-ada saja hal gila yang melintas dipikirannya.

Gisel, sahabatnya menggeleng-geleng dengan wajah menyebalkannya saat ia mendaratkan bokongnya pada kursi yang tepat bersebelahan dengan gadis berkacamata itu.

"Kenapa telat?" Gisel membual, Soo Young yakin dia sudah tahu jawabannya.

"Kesiangan"

Ia menjawab singkat sambil mengeluarkan alat tulis dan laptopnya untuk pembelajaran ini dari dalam tas, lalu menatap Gisel kesal sedangkan gadis itu hanya tertawa melihat Soo Young yang kelimpungan.

Seperkian detik selanjutnya, Soo Young dan Gisel fokus pada pembahasan tentang Pentingnya nilai saham yang disampaikan oleh Mr. Kertia didepan sana.

Ada satu amanat untuk kalian, sekalipun kalian tidak menyukai karakter pengajar tapi jangan sampai mempengaruhi kalian dalam pembelajaran itu sendiri. Setidaknya kau harus membuat pengajar itu tahu bahwa kau bisa.







"Lo pulang sendiri?" Gisel bertanya tanpa mau susah-susah menolehkan wajahnya pada Soo Young.

"Hmm, kaya biasa. Kenapa?"

"Gak, kali aja sekarang sudah ada yang jemput"

"Lo niat nanya apa ngeledek gue sih?"

Soo Young mendengus kesal, memasukkan buku-buku yang sedari tadi berserakan dimejanya satu persatu. Sedangkan Gisel tertawa melihat tingkahnya yang sebenarnya jauh dari kata lucu.

Getaran dari handphone yang ia letakkan disamping salah satu buku yang masih tergeletak rapi dimeja membuatnya dan Gisel spontan menoleh.

Dengan segera Soo Young menggeser tombol hijau setelah melihat sekilas nama penelepon,

"Iya Mah?"

"Kamu sudah selesai kuliah sayang?"

"Sudah, tapi masih dikampus. Ada apa, ma?"

"Bisa pulang cepet? Mamah lagi arisan, temen-temen mamah minta kenalin ke kamu"

"Ohh yaudah ma, Soo Young pulang sekarang ya"

"Iya, hati-hati dijalan sayang. Mommy loves you"

"Mee to, mom"

Ia menjauhkan benda itu dari telinga kanannya setelah telpon terputus, segera memasukkan kembali buku-buku yang masih tersisa dimeja dengan gerakan cepat.
Setelah yakin tak ada yang tertinggal, Ia menoleh pada Gisel. Seperti sudah tahu apa yang akan Soo Young katakan, Gisel hanya mengangguk sembari mengajaknya berdiri.

"See you Joy, gue mau nyamperin Nick dulu keruang musik."

Soo Young tersenyum lebar, sepertinya hubungan Gisel dan Nick mulai mengalami perubahan. Tidak sia-sia usaha Nick untuk mendekati Gisel selama dua bulan terakhir ini. Ah omong-omong Nick adalah sepupu jauh Soo Young, kalau dipikir-pikir.

Gisel melambaikan tangannya kearah Soo Young setelah setengah berlari dan berada beberapa meter didepan gadis itu, Soo Young membalasnya sebelum  juga ikut melangkahkan kaki-nya menjauh dari area kelas.

Soo Young terus berjalan sambil memikirkan banyak hal yang sebenarnya tidak penting untuknya sampai matanya menangkap jelas mobil kepunyaannya disalah satu zona parkir kampus.
Dan seperti biasa, Soo Young membawa mobilnya membelah jalanan kota Jakarta.














To be continue...

Ma BreathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang