Part 2

7.9K 236 5
                                    

Cakka berpikir sejenak sebelum berkata, "Yaudah nanti gua coba tanya deh sama Via.  By the way thanks bro udah bantu gua nanti siang gua traktir makan okey" ujar Cakka sambil menepuk bahu
Sahabat nya itu.

"Okey brotha. Gua cabut dulu ya mau ketemu sama my darling Angel bye" pamit Gabriel.

Cakka melambaikan tangan nya kepada Gabriel lalu beranjak dari kursinya.

Sekarang Cakka tengah berdiri menatap keluar jendela. Seketika otaknya memutar kejadian beberapa waktu lalu, seleksi pencarian jodohnya tadi. Oik.  Ya nama itu terlintas di pikirannya, entah kenapa Cakka merasa aneh dengan gadis itu sorotan matanya setelah Cakka menolaknya tadi membuatnya resah. Cakka tidak tau ada apa dengan gadis itu. Entahlah mungkin itu hanya persaan nya saja.

* * *

Sivia sedang bersantai didalam kamarnya sambil membaca novel kesukaannya. Dia merasa bosan karena baru saja kekasihnya Alvin pulang, sekarang hanya dia sendiri di rumah. Kakaknya pasti sedang sibuk bekerja sekarang.

"Hmm.. sepi banget nih rumah coba aja kak Cakka pulang cepet pasti ga bakalan sesepi ini" Sivia sangat merindukan kakaknya itu, sudah beberapa hari ini kakaknya jarang di rumah. Mungkin dia frustasi karena tuntutan mama dan papa yang memintanya untuk cepat-cepat menikah.

Sebenarnya Sivia mempunyai calon untuk kakaknya tapi Sivia tidak berani mengatakan itu kepada Cakka karena dia tau bagaimana tipikal wanita idaman kakaknya itu.

"Cakka pulang" suara itu membuyarkan lamunan Sivia. Dengan cepat dia turun ke lantai bawah untuk menghampiri sumber suara tersebut.

"Baru aja gua mikirin kapan lo pulang kak" ucap Sivia dan langsung memeluk kakak nya itu membuat Cakka terkekeh.

Cakka sangat sayang dengan adik perempuannya ini sikap kekanak-kanakkannya itu selalu sukses membuat Cakka tersenyum.

"Cie, ada yang kangen gua nih" ujar Cakka cengengesan, Sivia hanya nemutar bola matanya malas mendengar perkataan Cakka. Entah sejak kapan kakaknya mempunyai sifat narsis seperti itu.

"Vi gua mau nanya boleh ga?" Tanya Cakka tiba-tiba. Membuat Sivia yang masih berada dalam pelukan Cakka itu menjauh dan menatap Cakka dengan kening berkerut.

"Nanya apa?"

"Alvin punya kakak cewek ga sih? Yang gua denger dari Gabriel, Alvin punya kakak cewek" tanya Cakka.

"Iya emang kenapa? Tumben lo nanyain cewek ke gua udah gitu calon ipar lo sendiri lagi." Lipatan di kening Sivia bertambah, tidak biasanya Cakka bertanya hal yang berkaitan dengan Alvin, apalagi mengenai kelurga Alvin.

"Ga kenapa-napa sih," jawab Cakka sambil menggaruk kepalanya, menambah kecurigaan yang bersarang di hati Sivia sedari tadi

"Oh, gua ngerti. Pasti ini tentang rencana gila mama yang nyuruh lu cepet-cepet kawin kan?" selidik Sivia yang mulai mengerti kemana arah pembicaraan Cakka, "eits, tapi jangan bilang, lo mau bawa-bawa calon kakak ipar gua ke masalah lo? "

Cakka melongo mendengar ocehan panjang lebar adik cerewetnya itu.
Bagaimana Sivia tahu, kalau Cakka ingin memanfaatkan kakak Alvin dalam rencana gila mamanya itu?

"Duh, via lo kalau ngomong yang bener aja dong, mama itu nyuruh gua nikah bukan kawin. Kalau kawin mah gua udah pernah." ujar Cakka.

"Menikah atau Dinikah Kan?" (Cakshill)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang