Shilla duduk dengan diam di depan meja kerjanya. Satu minggu telah berlalu, setelah kejadian ia menangis minta tolong pada Cakka di telepon. Semenjak kejadian itu ia belum pernah bertemu dengan pria yang terkadang bersikap menyebalkan itu lagi.Flashback on
Shilla duduk bersender di sudut ranjang nya dengan lutut bergetar. Di luar sana, Debo-mantan pacarnya, sedang mengetuk pintu sambil berteriak memanggil nama Shilla dengan nada yang sarat akan kemarahan. Shilla takut dengan sikap Debo yang tiba-tiba seperti itu.
Setengah jam yang lalu gadis dengan rambut hitam sepinggang itu tengah asik menonton di ruang keluarga saat Debo tiba-tiba masuk tanpa izin lalu menariknya keluar rumah dengan kasar.
Pria itu tampak berang, tangannya tidak lepas dari lengan Shilla, ia bahkan semakin mencengkramnya dengan kuat saat Shilla meronta meminta untuk dilepaskan. Shilla bahkan tidak mengerti apa yang membawa Debo datang ke rumahnya, dan menariknya seperti orang gila.
Padahal ia baru saja ingin menghabiskan akhir pekannya dengan bersantai untuk menghilangkan stress yang belakangan ini selalu menghinggapinya. Namun, gagal karena Debo yang tiba-tiba masuk dan mengubah semuanya menjadi berantakan.
"Lepaskan! Kau menyakiti ku" Shilla meronta berusaha melepaskan tangannya, tapi sia-sia. Bahkan tangannya sekarang sudah di pelintir kebelakang membuatnya menjerit kesakitan.
'Pria ini gila' batinnya.
"Kau pikir, kau bisa lari dari ku Shilla?" tanya Debo sambil menekan tangan Shilla dengan keras dan langsung di sambut teriakkan yang memekakkan telinga dari bibir ranumnya. Shilla menangis sambil menggigit bibir bawahnya dengan kuat menahan rasa sakit yang tak tertahankan.
"Aku mohon lepaskan, ini sakit!"
"Siapa pria bernama Cakka itu, apa hubungan mu dengannya?" bukannya memenuhi permintaan Shilla, pria berahang tegas itu membalik tubuh Shilla dengan sekali hentak dan langsung berhadapan dengannya.
"Jawab aku Ashilla! Siapa dia Cakka?!"
Shilla tak kuasa menahan tangisnya lagi. Setelah lengannya, sekarang pundaknya juga terasa sakit karena cengkraman pria bajingan tidak bermoral ini. Ia tidak mengerti apa masalah yang tengah di hadapi pria dihadapannya ini, tiba-tiba menariknya dengan kasar kemudian bertanya tentang Cakka yang tak akrab dengannya. Shilla bahkan tidak mengerti apa pentingnya hubungannya dengan Cakka bagi Debo.
Shilla memohon berkali-kali agar Debo melepaskannya namun pria itu malah mempererat cengkraman di bahunya, tidak mau melepaskan Shilla sebelum mendapatkan jawaban. Shilla menghela napas dalam, ia berhenti menangis. Karena menangis tidak akan membuat pria dihadapannya ini merasa kasihan, ia menatap mata Debo yang sedang menatapnya dengan tatapan marah.
"Bukan urusanmu!" jawab Shilla sambil menarik tangan Debo dari bahunya dengan sekuat tenaga hingga terlepas. Lalu berjalan sambil memijat pelan lengannya yang terasa sakit, namun belum sampai setengah jalan menuju pintu utama, tangannya kembali di tarik dengan paksa.
"Jadi benar, pria brengsek itu yang telah membuat mu memutuskan hubungan denganku?!" tangan besar Debo kembali mencengkram bahu Shilla dengan kuat, bahkan lebih kuat dari sebelumnya sehingga terdengar bunyi kretek yang jelas sekali, membuat Shilla menggigit kembali bibirnya berusaha menahan tangis.
Netranya menatap wajah Shilla yang memerah, ia sungguh frustasi selama beberapa bulan ini. Setelah yang ke-dua kalinya ia melihat Shilla bersama dengan pria bernama Cakka itu, dirinya merasa di khianati. Debo berpikir ternyata selama ini bukan hanya ia yang berkhianat, Shilla juga berkhianat karena berselingkuh dengan pria brengsek Cakka itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
"Menikah atau Dinikah Kan?" (Cakshill)
FanfictionKata-kata yang selalu saja terlintas setiap menit di kepalanya. Menikah atau dinikahkan? Kata-kata itu bagaikan Hantu. Melayang-layang di pikirannya seolah-olah terperangkap disana dan tidak bisa keluar dari sana selamanya.