Part 7

4.3K 151 2
                                    

Gadis itu tersenyum kepada ku. "Tidak apa apa" ujarnya.

Gadis ini? Seperti nya aku pernah bertemu dengan nya, tapi dimana?

Aku ingat. Dia..dia gadis yang waktu itu....

Flashback on

Malam ini aku pulang terlambat. Karena ada acara penting yang harus aku hadiri tadi.

Aku bergegas memasuki mobilku. Aku lupa kalau hari ini ada janji dengan Debo.

Debo andryos.

Pria berahang tegas, dengan mata hitam legam yang membuat sebagian gadis terhipnotis di buatnya termasuk aku, lengkap dengan senyuman manis nan menawan.

Selama satu tahun ini Debo lah yang mengisi hari-hari ku. Awalnya aku dan Debo tidak saling kenal, hanya saja kita satu jurusan di satu universitas yang sama. Dan hal itu membuat kita dekat, sampai akhirnya kita memutuskan untuk menjalin hubungan.

Sekitar tiga puluh menit aku berbaur dengan kemacetan di jalanan Jakarta, dan akhirnya aku sampai di apartemen Debo.

Debo meminta ku untuk ke apartemennya, karena saat ini Debo sedang sakit. Aku sudah berada di depan pintu, segera aku memasukkan password apartemen dan pintu itu akhirnya terbuka.

"Debo" Aku memanggil namanya,  namun tidak ada sahutan.

"Mungkin dia lagi di kamar" Aku melangkahkan kakiku ke dapur untuk menyiapkan makanan yang aku beli sebelum datang ke sini tadi.

Setelah makanannya siap, aku membawa makanan ini nenuju kamar Debo. Saat aku sudah sampai di depan kamar Debo, kamar itu tidak tertutup rapat.

Tanpa berpikir panjang, langsung saja aku masuk tanpa mengetuk pintunya terlebih dahulu.

Samar-samar aku mendengar suara, seperti suara dengkuran dan juga desahan. Aku tidak mempedulikan hal itu, aku hanya ingin segera bertemu dengan Debo dan menyuapi makanan ini padanya.

Aku sampai di tepi ranjang. Debo tertidur sangat pulas, melihat hal itu aku menyungingkan senyuman. Aku menyibakkan selimut yang dipakainya membiarkan udara dingin membangunkannya.

Betapa terkejutnya aku saat melihat di sebelah Debo ada seorang gadis tengah meringkuk menghadap Debo. Dan hal yang membuat aku semakin sakit melihatnya, mereka berdua tidak mengenakkan sehelai benangpun.

Air mataku mengalir begitu saja makanan yang ada ditanganku terjatuh. Aku kecewa sangat kecewa. Kakiku lemas, rasanya aku ingin pingsan. Beraninya Debo mebuat ku menangis seperti ini.

"Debo bangun!" Teriak ku.

Debo menggeliat di tempatnya, perlahan membuka mata dan akhirnya dia sadar. Debo terkejut dengan kehadiran ku.

"Shilla, aku bisa jelasin ini semuanya sayang" masih sempat-sempatnya dia berusaha untuk membela dirinya sendiri.

Aku bergeming ditempat ku, air mata ku mengalir semakin deras aku tak sanggup berkata apa-apa.

Aku dapat melihat gadis yang ada disebelah debo menggosok matanya.

"Sayang ada apa sih kok berisik banget" ujarnya masih menggosok matanya.

Ingin rasanya aku menjabak rambut gadis itu.

"Oik diamlah!" Bentak Debo.

"Loh kok kamu jadi marah-marah sih" katanya dengan nada manja. Cih! Dasar jalang batin ku.

Debo tidak menghiraukan gadis bernama Oik itu. "Shilla... aku mohon ini semua ga seperti yang kamu lihat"

"Tidak ada yang perlu di jelaskan lagi tuan Debo" Jelas ku, aku memberanikan diri untuk mengatakan itu. Walau sebenarnya itu sangat sakit. Aku hapus air mata ku secara kasar dan melangkah pergi.

"Oh ya...dan satu lagi mulai sekarang kita putus. Dan nikmati lah aktivitas mu dengan wanita itu sampai kau puas!" Ujar ku dan akhirnya pergi meninggal kan dua insan yang tidak tau malu itu.

Flashback off

"Udah selesai milih-milih nya sayang". Seketika lamunan ku terbuyarkan oleh suara seseorang.

Tunggu... suara itu sepertinya aku mengenal suara itu. Suara yang dulu sering aku rindukan, suara yang penuh kelembutan dan kasih sayang. Aku mendongak dan mendapati seseorang yang baru saja aku pikirkan ketika bertemu dengan gadis yang ada di sebelahnya kini, dia Debo.

"Shilla" Panggilnya. Aku menanggapi nya dengan raut wajah datar,meski hati ku terasa sangat sakit.

Pria itu terlihat lebih rapi sekarang, dia terlihat lebih terawat. Mungkin saja dia dirawat dengan baik oleh gadis itu. Kenapa aku jadi seperti ini? Seharusnya aku senang karna dia tidak lagi mengharapkan ku.

"Kamu sama siapa ke sini Shill?" Tanya nya.

Baru saja aku ingin menjawab pertanyaan Debo, tiba-tiba ada sebuah tangan yang memeluk pinggang ku dari belakang.

"Udah selesai belanja nya sayang?"
Tanya orang yang kini tengah memeluk pinggang ku. Aku terkesiap saat mendapati orang tersebut adalah...

"Cakka?"

"Kalau belanja nya udah selesai kita pulang ya. Nanti keburu hujan". Ujarnya sambil mengedipkan sebelah matanya padaku dan mempererat pelukan dipinggang ku.

Hah? Aku masih terdiam di tempat ku. Bingung dengan tingkah Cakka. Apa maksudnya dengan kata sayang? Dan juga kedipan mata itu? Mungkin matanya kelilipan atau sebagainya, Ah entah lah.

Kini tangan nya beralih menggenggam tangan ku. Aku mencoba melepaskan tangan Cakka tapi tidak bisa, Cakka menggenggam tangan ku terlalu kuat sehingga membuat tangan ku terasa sakit.

Cakka membawa ku keluar dari tempat itu dengan cepat, bahkan aku tidak sempat melihat ekspresi dari wajah pasangan menjijikkan yang sudah merusak hari ku.

"Hey! Lepaskan tangan ku. Kau membuat tangan ku sakit" Aku berteriak. Tetapi Cakka tidak menghiraukan nya.

Sial! Kenapa aku bisa bertemu dengan pria ini
Oh tuhan tolong aku!!.

Okey ini part 7 nya semoga hasilnya memuaskan ya.

Aku tunggu voment nya guys. Terimakasih sebelum nya buat yang udah baca 😊

"Menikah atau Dinikah Kan?" (Cakshill)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang