"Mau makan dengan sendok atau lewat mulut ku?". Cakka berbisik tepat di telingaku.
Aku merasa ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan di perut ku. Sontak aku menarik diri kebelakang dan langsung menyantap nasi goreng yang di pesan Cakka tadi, Sebelum Cakka menjalankan aksi nya itu.
Cakka tersenyum puas di seberang meja makan, berani-berani nya dia membuat ku blushing seperti ini. Awas saja kau, nanti akan ku balas. batin ku.
Aku tersedak.
"Minumlah" ucap nya sambil memberikan segelas lemon tea. Dengan cepat aku menyambar gelas itu dan meminumnya hingga tersisa setengah lagi.
"Tadi katanya tidak lapar, tapi nasi gorengnya habis juga" Ucap nya sambil terkekeh.
"Itu semua karena ulah mu" jawab ku sarkatis.
"Oh jadi kamu mau makan hanya karena ulah ku tadi?" Tanya nya sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Iya" jawab ku seadanya. Dasar pria menyebalkan! Sudah untung aku mau makan.
"Oke kalau begitu, sekarang kamu saja yang membayar tagihan nya" ucap nya lalu melenggang pergi meninggalkan ku sendiri.
"Aish dasar pria aneh, untung saja kau tampan, kalau tidak aku cakar wajah mu" Sungut ku. Aku meninggalakan dua lembar uang seratus ribu lalu pergi.
*
Aku berjalan dengan senyum sumringah. Entah mengapa aku suka kalau mengganggu Shilla, dan sepertinya sekarang sampai seterusnya aku mempunyai hobi baru. Yaitu mengganggu Shilla.
Aku meninggalkan gadis itu dan memintanya untuk membayar makanan yang kami makan.
Aku tertawa sendiri mengingat ekspresi Shilla saat aku minta untuk membayar makanan itu. Bukan aku tidak mau membayar makanan nya sendiri, hanya saja dompet ku ketinggalan di rumah karena terburu- buru tadi.
Sivia ternyata sudah berada di samping mobil dengan wajah cemberut. Aku menghampiri nya dengan langkah santai sampai akhirnya aku sudah berdiri di depan Sivia.
"Dari mana aja lo kak? Lo tau ga , gua dari tadi nyariin lo tapi lo ga ada dimana-mana. Terpaksa deh gua bawa semua belanjaan ini sendiri dan ini semua berat!". Celoteh Sivia.
Aku hanya nyengir kuda. "Maaf embul kka ga ulang agi deh". Aku meminta maaf dengan suara yang di mirip miripkan seperti anak kecil.
"Iya iya, sana bawa ke mobil". Ujarnya. Baiklah sekarang pria tampan ini jadi babu.
+ + +
"Dasar pria aneh,ngeselin tak tau diri. Awas aja kalau ketemu lagi akan aku balas" umpat gadis ini dari tadi.
Dia menghampiri seorang wanita yang sedang berdiri di samping mobil Jazz putih. Wanita itu sepertinya ingin melemparkan seribu pertanyaan pada gadis yang menghampiri nya.
"Kamu dari mana aja Shilla? Ibu dari tadi nyarin kamu tau". tutur wanita itu sarat akan marah.
"Maaf. Tadi itu Shilla diculik sama om om gila bu".ujar gadis yang ternyata Shilla.
"Maksud kamu di culik om om gila?" Tanya ibu Shilla.
Shit!
"Mm.. ta-tadi Shilla cuma ngawur kok bu, iya ngawur. Mana ada yang mau nyulik orang yang banyak makan kaya Shilla kan?" Elak nya.
Ibu Shilla tampak berpikir sebentar sebelum mengatakan.
"Kamu ini ada-ada aja. Yaudah sekarang kita pulang aja ya, badan ibu cape semua".
Shilla menggangguk.
"Selamat" ujar Shilla sambil mengusap dada. Dan akhir nya berjalan mengikuti ibunya yang sudah masuk mobil.
+ + +
Cakka membantu Sivia menganggkat barang belanjaan kedalam rumah.
Cakka meletakkan semua barang belanjaan itu di dapur, kecuali barang yang Sivia beli untuk diri nya sendiri.
"Gila panas banget, jadi haus gua". Ujarnya sambil berjalan menghampiri lemari es untuk mencari sesuatu yang segar untuk di minum.
Cakka meneguk semua air yang ada di gelas saat ada suara seseorang yang memanggilnya.
"Mas Cakka, nyonya besar nyuruh mas Cakka ke kamarnya". Kata bi Inah asisten rumah tangga Cakka.
"Aduh bi, bibi bikin kaget aja. Untung aja air nya udah Cakka telen semua kalau ga udah basah semua muka bibi". Ujar ku sedikit jengkel.
Bi Inah sering sekali muncul tiba tiba dan membuat ku kaget.
Yang di ceramahi hanya nyengir kuda.
"Ada apa ya bi mama manggil Cakka ke kamar?". Tanya ku
"Kata nyonya besar tadi ada yang mau diomongin, penting kata nya den". Jelas bi Inah dan pergi meninggalkan ku sendiri.
"Pasti mama mau bahas tentang itu lagi, Oh ya tuhan apakah takdir ku memang harus seperti ini?". Gerutu ku sebelum melangkah menuju kamar mama.
Bersambung~
KAMU SEDANG MEMBACA
"Menikah atau Dinikah Kan?" (Cakshill)
FanficKata-kata yang selalu saja terlintas setiap menit di kepalanya. Menikah atau dinikahkan? Kata-kata itu bagaikan Hantu. Melayang-layang di pikirannya seolah-olah terperangkap disana dan tidak bisa keluar dari sana selamanya.