Cakka membuka pintu dengan hati- hati, ada seseorang yang tengah terlelap di dalam ruangan ini.
Takut kalau seseorang itu terusik karna ulah nya jadi Cakka menutup pintu dengan pelan agar tidak menimbulkan suara.
Masih di tempat yang sama , sewaktu dirinya berada di pangkuan Mama nya pada waktu itu.
Pada waktu itu Cakka masih berumur 3 tahun, anak yang setiap harinya di banjiri kasih sayang oleh kedua orang tua nya.
Berbeda dengan sekarang, tak ada lagi kasih sayang dari Papa dan Mama nya. Yang ada hanyalah tuntutan dan tuntutan tak ada yang lain selain itu.
Ingin sekali rasanya Cakka mengulang masa kecilnya, bermain bersama , bersenda gurau tanpa ada rasa canggung atupun kesal.
Tanpa sadar butiran kristal bening itu mengalir begitu saja dari matanya, tanpa permisi membasahi pipinya.
"Cakka sejak kapan kamu di sini?"
Cakka tekejut. Refleks membalikkan badan untuk menghapus air matanya.
"Aww!" Jerit Mama dari tempat tidur.
Segera Cakka menghampiri Jennyfer , untuk membantu nya duduk.
"Mama kenapa?" Tanya Cakka.
"Lah kok kamu malah nanya balik sih, seharusnya Mama yang nanya sejak kapan kamu disini,terus kenapa itu mata berair?".
"Dari 10 menit yang lalu Ma, hmm ga kenapa napa cuma kelilipan aja tadi". Jawab Cakka sebelum merebahkan kepalanya di pangkuan sang Mama.
"Kamu bohong sama Mama,kamu habis nangis kan?" Tanya Jennyfer lagi.
Kali ini Cakka tidak bisa mengelak. Butiran itu mengalir tanpa permisi , kali ini lebih deras.
"Kamu kenapa sayang? Apa mama punya salah sama kamu?"Pertanyaan itu membuat tangisan Cakka semakin menjadi-jadi.
"Cakka rindu sama Mama yang dulu, Mama yang selalu meluk Cakka kalau Cakka ada masalah. Cakka rindu tidur di pangkuan Mama."
Cakka sudah berganti posisi menghadap Mama nya. Menatap Mamanya yang kini juga sudah bercucuran air mata, dengan lembut Cakka menghapus air mata yang membasahi pipi Jennyfer.
"Maafin Mama nak, Mama ga bisa selalu ada buat kamu". Ujar nya sambil mentap Cakka, tangan nya membelai lembut rambut Cakka.
Cakka memeluk Jennyfer erat menumpah kan seluruh kesedihan di pelukan Mama nya.
Hening.
Sampai akhirnya Jennyfer memecah keheningan.
"Udah dapet calon kamu kka? Waktu kamu tinggal bentar lagi"
Pertanyaan sekaligus pernyataan itu seketika merubah mood Cakka.
"Ma, bisa ga kita bahas itu nanti aja? Aku lagi ga mau bahas itu, please" Ujar Cakka ada sedikit nada kesal di setiap perkataan nya.
"hmm.. baiklah". Ujar Jennyfer pasrah.
+ + +
"Via".
"Hmm". Jawab nya lebih tepatnya bukan jawaban tapi gumaman. Mulut nya penuh dengan sushi buatan kakak ku - Shilla
Gadis ku ini memang hobby sekali makan. Tapi aneh nya walau sebanyak apapun Sivia makan, berat badan nya tidak pernah bertambah. Aneh.
"Sivia udahan dulu makan nya, aku mau nanya sesuatu nih". Ujarku sedikit merajuk.
Sivia menghentikan aktivitas nya dan berganti posisi menghadap ku sekarang.
"Okey okey. Via udah tseletsai makan nya. Apin mau nanya apa?". Ucap nya dengan suara anak kecil. Mau tak mau aku tertawa di buatnya.
"Kamu tuh ya selalu aja bikin aku ketawa pas waktu aku lagi pengen serius". Ujar ku sambil mencubit gemas pipi Sivia yang chubby.
"Aww! Alvin sakit tau". Kini gantian dia yang merajuk.
"Via kamu tau ga kenapa waktu itu kak Cakka kerumah sama kak Shilla?" Tanya ku tanpa mempedulikan delikan tajam dari gadis ku ini.
"Yang aku tau sih Kakak aku lagi cari jodoh" Jawabnya singkat."Jodoh?" Tanya ku.
"I Y A"Jawab Sivia lebih singkat padat dan jelas.
Jodoh. Apa jangan jangan kak Cakka milih kak Shilla jadi....
+ + +
Okey guys segitu dulu ya, mohon maaf banget kalau pendek aku lagi ga ada ide soalnya 😣.
Happy reading readers jangan lupa voment nya thanks. Mohon maaf lahir dan batin juga ya =))))
KAMU SEDANG MEMBACA
"Menikah atau Dinikah Kan?" (Cakshill)
FanficKata-kata yang selalu saja terlintas setiap menit di kepalanya. Menikah atau dinikahkan? Kata-kata itu bagaikan Hantu. Melayang-layang di pikirannya seolah-olah terperangkap disana dan tidak bisa keluar dari sana selamanya.