Jakarta 12 april 2015.
"Menikah atau dinikahkan?" Tanya wanita paruh baya yang ada didepanku saat ini dengan tegas. Walaupun umurnya sudah menginjak kepala empat tapi wajahnya sama sekali tidak memberi kesan bahwa dia sudah berumur empat puluh tahun.
What the hell!
Pertanyaan macam apa ini? Tidak ada hujan bahkan badai disertai petir tapi kenapa pertanyaan ini membuat aku bergidik ngeri.
"What!?" Teriak nya
"Are you serious mom? Menikah? yang benar saja! aku baru dua puluh tahun dan mama sudah meminta ku untuk segera menikah?!"
"Tidak. Cakka tidak bisa!" Ucap pria tampan yang kini sudah beranjak dari tempat duduk nya tersebut.
'Kenapa tiba-tiba meminta ku menikah?' batinnya.
"Mama dan papa sudah mengambil keputusan yang tepat untuk kamu Cakka, dan mama tidak ingin mendengar bantahan!" ujar wanita paruh baya tersebut dengan tegas.
"Terserah sih kalau kamu mau bantah. Tapi, kamu harus menikah dengan gadis pilihan mama dan papa. Oh ya, satu lagi kalau masih tetep ga mau dinikahin kamu bakalan mama kirim ke Texas untuk ngurusin peternakan papa kamu yang ada disana biar kamu dikelonin sapi-sapi yang ada disitu." ucap Jennyfer sebelum meninggalkan Cakka sendirian yang tengah frustasi.
" Arghh! " Cakka mengacak
rambutnya karna frustasi, tega sekali orang tuanya itu dan apa kata mama tadi? Cakka akan dikirim ke Texas buat ngelonin sapi yang ada disana? Membayangkan hal itu saja sudah membuat hidup Cakka susah apalagi kalau benar terjadi.Ahh entahlah.
Ia mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan kepada seseorang lalu beranjak pergi.
* * *
Cakka turun dari lamborghini warna hitamnya dan berjalan menuju sebuah caffe ternama di Jakarta. Sesampainya didalam dia mencari orang yang tadi dia kirimi pesan.Sekitar lima menit mencari orang itu akhirnya ketemu juga, dengan langkah besar Cakka menghampiri meja yang diduduki orang itu.
"Whats up bro!" Sapa seorang pria berkulit sao matang yang tengah duduk santai dengan segelas vanilla latte di mejanya. Keningnya berkerut melihat wajah kesal sahabatnya yang susah sekali ia temui belakangan ini.
"Kenapa muka lo? Kaya baju belum di setrika aja, lecek." ledek pria itu santai sambil menyeruput minuman ditangannya. Pria itu adalah Gabriel Stevant Damanik sahabat Cakka dari kecil.
" Sialan lu, pake acara ngatain muka gua kaya baju lecek segala." Kesalnya tangan nya menarik kursi yang bersebrangan dengan Gabriel lalu duduk dengan wajah kesalnya.
"Gua bete nih. Masa iya gua dipaksa nikah dalam waktu kurang dari enam bulan ini coba, kalau gua ga mau gua bakalan dinikahin sama pilihan mama" Curhatnya.
Gabriel yang mendengar itu malah tertawa terbahak-bahak.
"Gimana bisa seorang playboy sekelas lo di suruh nikah, apalagi dijodohin" Gabriel tak henti-hentinya tertawa membuat beberapa orang disekitar mereka menatap risih pada Gabriel.
"Kampret lu bukannya nolongin gua, ngasih solusi kek apa kek malah ngetawain. Ga guna lu jadi sahabat " kesal Cakka lalu melempari Gabriel dengan kentang goreng.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Menikah atau Dinikah Kan?" (Cakshill)
FanfictionKata-kata yang selalu saja terlintas setiap menit di kepalanya. Menikah atau dinikahkan? Kata-kata itu bagaikan Hantu. Melayang-layang di pikirannya seolah-olah terperangkap disana dan tidak bisa keluar dari sana selamanya.