Part 11

3.9K 137 6
                                        


'Jodoh. Apa jangan jangan kak Cakka milih kak Shilla jadi....Tidak, tidak mungkin. Gua ga bakalan setuju, kalau Kak Cakka sama Kak Shilla terus gua punya abang ipar kaya Kak Cakka? Mati gua'.

Aku bergidik ngeri membayangkan kalau itu benar benar terjadi.

"Alvin! Kamu kenapa sih bengong mulu dari tadi?"

"Alvin ih! Jangan bengong kaya gitu dong aku takut nih".

Sivia mengguncangkan tubuh ku seperti orang ketakutan, mata nya berair seperti orang ingin menangis.

"Eeh Via kamu kenapa nangis". Aku menarik Sivia mendekat ke tubuh ku.

"Kamu yang kenapa, bengong ga jelas kaya orang kesurupan". Ujar nya sambil memukuli dada ku.

"Emang tadi aku bengong ya? Kok aku ga ngerasa kalau aku bengong". Ujar ku sambil menggaruk-garuk telinga.

"Tau ah! Kamu nyebelin aku mau pulang aja". Kali ini Sivia benar-benar merajuk, dia pergi meninggalkan ku yang masih kebingungan.

"Emang tadi gua ngelamunin apaan ya?
Ck! Au ah mending gua pergi sebelum kesurupan beneran".

Aku berlari mengejar Sivia yang sudah hilang entah kemana.

+ + +

"Selamat pagi semuanya!" Sapa seorang gadis dengan kemeja merah maroon lengan panjang ini.

"Selamat pagi bu guru" Sahut anak anak berumur 4 sampai 6 tahun yang memakai seragam sekolah.

"Hari ini kita belajar tentang Orang Tua ya". Jelas nya.

"Siapa yang tau Orang tua itu apa?" Tanya gadis itu pada anak murid nya.

Kelas yang tadi nya hening seketika menjadi ricuh. Anak-anak berebut untuk menjawab pertanyaan yang diberikan Ibu guru.

"Okey Bagas, menurut Bagas Orang tua itu apa? " Tanya bu guru suara nya lembut sekali sarat akan kasih sayang seorang ibu.

Bagas maju kedepan berdiri tepat di sebelah Ibu guru. Ibu guru mengisyaratkan pada anak-anak yang lain untuk diam. Dan meminta Bagas untuk menjawab pertanyaan nya.

"Olang tua itu yang jalan nya pake tongkat bu gulu" Jawab Bagas.

Kelas kembali ricuh dengan suara anak-anak yang tertawa karna jawaban dari Bagas.

Gadis itu ikut tersenyum mendengar jawaban anak murid nya yang cadel itu.

"Jawaban Bagas benar tapi kurang tepat sayang, yang benar itu Orang tua adalah Ayah dan Ibu yang merawat kita, yang memberikan kasih sayang pada kita". Koreksi Ibu guru.

"Sekarang Bagas boleh duduk lagi". Ujar nya dengan senyuman.

Bagas membalas senyuman Ibu guru dan berjalan ke tempat duduk nya dengan membusungkan dada.

"Permisi,Ibu Shilla ada yang ingin bertemu dengan anda". Panggil seseorang yang berdiri diambang pintu kepada Ibu guru yang ternyata Shilla.

Shilla menoleh ke sumber suara dan mendapati Dea yang tengah berdiri di sana dengan raut wajah yang tidak bisa di jelaskan.

Senyuman jail yang terukir di bibir nya merupakan pertanda buruk bagi Shilla, tapi Shilla tidak tau hal buruk seperti apa itu.

Shilla meminta pada anak murid nya agar tidak berisik saat dia pergi, melihat anak-anak murid nya mengerti Shilla pun beranjak pergi menghampiri Dea yang masih berdiri diambang pintu lengkap dengan senyuman jail nya.

"Siapa de?" Tanya Shilla.

Dea menyeringai seperti orang gila (?) sambil mengangangkat kedua alisnya bergantian (??) membuat Shilla semakin bingung dengan teman nya ini.

"Hey, kamu kenapa sih?" Tanya Shilla sekali lagi.

Dea malah cekikikan sendiri sekarang, mungkin dia habis makan sesuatu yang mengandung gula berlebihan dan efek nya seperti ini.

"Kamu lihat aja sendiri, Ayo ikut aku" Dea menarik Shilla menuju taman depan.

"Ada apa sih de, tangan aku sakit nih megang nya jangan kenceng-kenceng dong" Jerit Shilla di perjalanan menuju taman depan.

Cengkraman tangan Dea sudah mulai mengendur saat mereka—Dea dan Shilla—berada di taman. Akhirnya Shilla bisa bernafas lega. Tangan nya kemerahan karna cengkraman Dea yang terlalu keras.

"Shill liat deh" Dea memegang tangan Shilla yang kemerahan karna ulah nya tadi hal itu membuat Shilla memekik.

"Aww! De lepasin tangan aku, sakit tau" Pekik Shilla sambil melepaskan tangan Dea dari tangan nya.

"Eeh sorry Shill aku ga sengaja" Dea malah nyengir.

"Liat nih tangan aku merah gara-gara kamu " Keluh Shilla memperlihatkan tangan nya pada Dea.

"Iya maaf deh ntar aku obatin, sekarang kamu liat deh ke sana" Dea menunjuk ke sebuah bangku.

Di sana ada seorang pria mengenakkan tuxedo hitam, pria itu duduk dengan posisi membelakangi Shilla.

Dari postur tubuh nya Shilla sudah bisa mengenali siapa pria ini. Pria yang pernah mengisi hari-hari nya dulu, pria yang pernah ada dalam hati nya sebelum kejadian itu.

Dea menepuk bahu Shilla. Menyadarkan Shilla dari lamunan nya, pria yang ada di tempat duduk itu sudah tidak ada. 'kemana pergi nya dia' Shilla bertanya tanya dalam hati, sebelum suara bariton itu menyadarkan nya kembali.

"Hai, apa kabar?" Suara itu menyapa Shilla dengan lembut, tak ada getaran yang sama seperti dulu, perasaan hangat saat suara bariton itu menyapa nya lagi.

"Hai" Balas Shilla singkat tak ada senyuman di bibir nya. Ekspresi dingin membuat suasana di sekitar nya pun dingin.

Bersambung~~

"Menikah atau Dinikah Kan?" (Cakshill)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang