"Hai, apa kabar?" Suara itu menyapa Shilla dengan lembut, tak ada getaran yang sama seperti dulu, perasaan hangat saat suara bariton itu menyapa nya lagi.
"Hai" Balas Shilla singkat tak ada senyuman di bibir nya. Ekspresi dingin membuat suasana di sekitar nya pun menjadi dingin.
"Hmm.. Shilla aku pergi dulu ya, takut anak-anak pada keluar kelas" Ujar Dea. Dia tersenyum penuh arti kepada ku, kali ini bukan senyuman jail khas nya.
Mau tak mau aku mengizinkan nya untuk pergi, agar aku bisa leluasa untuk melakukan apapun terhadap pria ini.
"Permisi,"Lanjutnya sebelum pergi meninggalkan aku berdua dengan pria ini.
"Apa kabar?" Tanya nya sekali lagi.
"Aku baik, ada perlu apa kamu kesini?"Tanya ku dingin.
Pria yang bernama Debo ini berjalan ke arah depan ku, posisi nya sekarang tepat mengahadap ku. Aku berbalik ke belakang , tak ingin melihat wajah pria ini lagi setelah kejadian yang menyakitkan itu dan kejadian satu bulan yang lalu.
"Shilla aku mohon, jangan seperti ini" Ujar nya dengan sedikit menarik tangan ku
Aku menepis tangan nya, "Langsung saja ke intinya Pak Debo, saya masih banyak pekerjaan" Ujar ku terdengar sarkastis. Aku tidak ingin memperlihatkan bahwa sebenarnya aku ini lemah untuk menolak diri nya.
Debo menghembuskan nafas dengan kasar sebelum berkata, "Shilla segitu bencinya kah kamu terhadap ku?" Pertanyaan yang seharus nya tidak usah di tanyakan lagi.
Sudah sangat jelas aku benci sekali pada nya, pria bajingan yang berani -berani nya selingkuh dengan gadis lain saat aku masih berstatus kekasih nya.
"Aku sangat sangat membenci mu Debo andryos, sangat! Dan sekarang aku minta kamu pergi dari sini" Aku beteriak tepat di depan wajah nya, air mata ku mengalir begitu saja. Bukan karna aku masih mencintainya atau masih mengharapkannya, aku menangis karna aku sangat membencinya dan tidak ingin melihat nya lagi di dalam hidupku.
Sudah sangat cukup penderitaan yang dia berikan dalam hidupku, luka lama yang telah dia torehkan di hati ku, luka itu masih basah belum sembuh seutuh nya.
Dan sekarang dia datang lagi untuk menabur garam pada lukaku lagi? Tidak. Aku tidak akan mengizin kan nya.
"Maaf. Tapi aku masih ingin berbicara pada mu Shilla, tolong dengarkan aku sekali saja". Pinta nya.
"Aku tidak peduli! Pergi atau aku panggilkan security untuk mengusir mu?!" teriak ku dengan nada mengancam. Aku tetap teguh dengan pendirian ku, aku tidak ingin melihat pria ini lagi.
"Baiklah aku akan pergi, tapi ingat satu hal Shilla aku masih mencintai mu. Dan aku kesini hanya ingin memberikan ini aku harap kamu tidak berhalangan untuk datang". Ucap nya dia memberikan sebuah undangan kepada ku.
"Aku pergi Shilla" Ujar nya sekali lagi dan pergi.
Aku tidak merespon perkataan nya, dan akhir nya derap langkah itu menghilang. Mata ku tertuju pada undangan yang diberikan Debo pada ku sebelum dia pergi.
Disana tertera nama 'Debo Andryos & Oik Rahmadani' aku tersenyum kecut melihat nama orang yang akan bersanding dengan pria bajingan itu. Memang pantas pria bajingan di sandingkan dengan gadis jalang itu.
"Bu gulu" Panggil seseorang, aku menghapus air mata yang mengalir sedari tadi. Entah mengapa aku bisa menangis seperti ini.
Aku berbalik dan mendapatai Bagas yang sedang berdiri di belakang ku. Bagas tersenyum manis pada ku, sekejap aku bisa menghilangakan rasa kesal ku karna melihat senyuman Bagas. Aku berjongkok untuk menyamakan posisi dengan Bagas.
"Kok Bagas ada di luar sih, ibu tadi bilang apa sama Bagas masih inget ga?"Tanya ku sambil mengusap rambut anak murid kesayangan ku ini.
"Ga boleh kelual kelas sama belisik". Jawab Bagas dengan wajah polos.
"Terus kenapa Bagas keluar kelas?". Tanya ku lagi.
"Di suluh sama om-om yang ada di situ, om itu tadi nanyain bu gulu ke kelas telus Bagas bilang bu gulu nya lagi pelgi, tapi om nya malah gendong Bagas telus bawa Bagas kesini. Om itu nyuluh Bagas buat manggil bu gulu". Jelas nya panjang lebar.
"Om yang mana?" Tanya ku yang ketiga kali nya.
"Om yang ganteng, itu om nya ada di situ". Bagas menunjuk pada seseorang yang sedang bersandar pada sebuah mobil. Aku sedikit menyipit kan mata untuk melihat siapa yang berdiri disana.
Pria itu berjalan mendekati kami --Shilla dan Bagas--. Dia tersenyum manis pada ku, 'siapa sih?' Tanya ku pada diri sendiri.
"Hallo Shilla dan hai little boy". Sapa pria itu dengan senyuman lebar. Tunggu seperti nya aku kenal dengan orang ini, 'Oh my god! Kenapa orang ini ada disini' aku berteriak di dalam hati.
"Hai om" Jawab Bagas antusias dia berlari ke arah pria yang dia panggil dengan sebutan 'Om' itu.
Pria itu tersenyum manis kepada ku, Tidak! mungkin bagi sebagian orang itu senyuman manis tapi bagi ku itu adalah senyuman yang menjijikan.
Bersambung~~

KAMU SEDANG MEMBACA
"Menikah atau Dinikah Kan?" (Cakshill)
Hayran KurguKata-kata yang selalu saja terlintas setiap menit di kepalanya. Menikah atau dinikahkan? Kata-kata itu bagaikan Hantu. Melayang-layang di pikirannya seolah-olah terperangkap disana dan tidak bisa keluar dari sana selamanya.