Pagi ini sangat menyenangkan bagi Shilla. Setelah dua bulan kejadian itu. Ibunya, —Farah—pulang pagi ini. membangunkannya dengan senyuman.
Hal itu membuat perasaan Shilla yang akhir-akhir ini beku tiba-tiba mulai mencair karena senyuman hangat ibunya pagi ini.
Pagi ini Shilla akan menemani ibunya berbelanja untuk membuat sarapan yang spesial untuknya dan Alvin.
Shilla melangkahkan kakinya dengan perlahan menuruni anak tangga. Kakinya belum terlalu pulih karrna kejadian kemarin.
Sekarang Shilla sudah berada di ruang keluarga. Menunggu ibunya yang mungkin masih bersiap-siap di kamar.
Rasa nyeri di kakinya masih terasa, hal itu membuat Shilla memijit kakinya pelan. Sesekali mendesah kesakitan."Shhh" Shilla tak sengaja mengusap bagian kakinya yang berwarna kebiruan dan yang pastinya itu adalah bagian yang terkilir kemarin. Karena itu Shilla merasakan perih yang teramat disana.
"Shilla kamu kenapa sayang?" suara itu mengejutkannya. Ternyata disana ada ibu Shilla yang sudah siap.
"Gapapa kok bu, kemarin waktu Shilla naik tangga ga sengaja tergelincir, jadi kaki Shilla terkilir" Shilla terpaksa berbohong kepada ibunya.
"Udah diobatin kaki
nya?" Tanya Farah khawatir."Udah kok bu" ujarnya sambil tersenyum.
"Yaudah kalau gitu. Yuk kita berangkat nanti keburu macet" ujar Farah.
Farah membantu Shilla beranjak dari sofa. Dan menuntun anak perempuan nya ini dengan hati-hati menuju garasi.
+ + +
Jujur saja aku sangat malas kalau Sivia meminta ku untuk mengantar dan menunggunya berbelanja.
"Kak ayo temenin gua masuk kedalem dong" ujar Sivia sambil menyeretku kedalam salah satu swalayan terbesar di Jakarta ini.
Mau tak mau aku harus menurutinya. Dengan langkah malas aku mengikuti Sivia yang menempel di lenganku. Hal itu mengundang perhatian dari beberapa wanita yang ada di swalayan ini.
Ada yang menatapku seolah baru menemukan sebuah oasis di padang pasir nan tandus, ada yang berbisik- bisik, ada juga yang melihat iri kearah Sivia.
Aku tidak memerdulikan itu semua. Aku hanya ingin cepat-cepat keluar dari sini.
Sivia membawaku pada rak yang berisikan buah-buahan. Sivia membeli Apel, pisang, nanas dan yang lainnya. Aku mengambil sebuah Apel yang ada dikeranjang Sivia kemudian memakannya, lalu Sivia mengajakku ke tempat yang menyediakan makanan ringan.
Sivia memilih apa saja yang akan dia beli. Membandingkan harga yang satu dengan yang lainnya. Dasar wanita selalu saja seperti itu.
"Ambil aja yang lo mau via , ga usah dibanding-bandingin" ucap ku sarkastis.
"Aihh ga bisa gitu dong kak. Kita itu harus pinter milih, kalau lo ambil yang mahal tapi ga enak kan percuma" Oceh adik ku yang cerewet ini.
"Terserah lo!" Ucapku. Karena sudah sangat bosan jadi aku ingin berkeliling di sekitar sini. Siapa tau dapet calon iya ga?
(Cakka cakka -_-)."Eh.. mau kemana lo kak?" Tanya Si embul yang ngeselin ini dengan sedikit berteriak.
"Ke neraka. Lo mau ikut?" Ujar ku. Lalu pergi meninggalkan Sivia.
"Aihh.. dasar Cicak belang"
*
Aku sedang asik memilih sayuran segar yang ada di depanku. Aku dan ibu berpisah untuk mencari keperluan untuk bulan ini.
Aku meninggalkan ibu di tempat makanan ringan, sedangkan aku mencari sayuran untuk dimasak nanti.
Saat ingin mengambil brokoli, tanpa sengaja aku menyenggol seseorang. Alhasil sayuran dan semua barang yang ada di tangan nya berjatuhan.
Aku membantu mengembalikan barang belanjaannya ke dalam keranjang yang dia pegang.
"Maaf. Aku tidak sengaja" ujarku sambil membantunya berdiri.
Gadis itu tersenyum kepada ku. "Tidak apa-apa" ujarnya tersenyum tulus.
Gadis ini? Seperti nya aku pernah bertemu dengan nya, tapi dimana?
Yeayy part 6 nya udah ada nih readers.
Hayolohh siapa yang shilla senggol?
Semoga pada penasaran ya wkwk.Jangan lupa vomment nya readers. Terimakasih =)))
KAMU SEDANG MEMBACA
"Menikah atau Dinikah Kan?" (Cakshill)
FanfictionKata-kata yang selalu saja terlintas setiap menit di kepalanya. Menikah atau dinikahkan? Kata-kata itu bagaikan Hantu. Melayang-layang di pikirannya seolah-olah terperangkap disana dan tidak bisa keluar dari sana selamanya.